แชร์

CHAPTER 54. BAYANG TAKTIS

ผู้เขียน: Selena Vyera
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-11 20:00:59

Di bawah tanah, semua bau mematikan: tembakau, logam, darah.

Ruang taktis bawah tanah itu dipenuhi aroma tembakau mahal dan bau logam dingin dari senjata yang tersusun rapi.

Lampu redup menggantung rendah, memantulkan bayangan panjang dua lelaki misterius yang duduk di kursi kulit tua, membelakangi deretan monitor yang menampilkan rekaman pelabuhan Velmora Barat.

Joshua Brown melangkah masuk, bajunya berlumur darah dan debu, napasnya masih memburu sisa kegagalan.

Sepasang matanya liar, gelisah, tapi di hadapan dua lelaki itu, keberaniannya terkikis.

Di depan meja kayu hitam itu, kedua lelaki hanya menatap layar—tak menoleh, tak bicara.

Satu di antaranya, Salvatore Xavier, lelaki tua dengan topi fedora rendah menutupi separuh wajahnya, mengangkat cerutu, mengepulkan asap tebal yang mengaburkan sinar lampu.

Di sampingnya, Immanuel Morgan, paman Helena, menyilangkan kaki, ujung sepatunya m
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 54. BAYANG TAKTIS

    Di bawah tanah, semua bau mematikan: tembakau, logam, darah.Ruang taktis bawah tanah itu dipenuhi aroma tembakau mahal dan bau logam dingin dari senjata yang tersusun rapi.Lampu redup menggantung rendah, memantulkan bayangan panjang dua lelaki misterius yang duduk di kursi kulit tua, membelakangi deretan monitor yang menampilkan rekaman pelabuhan Velmora Barat.Joshua Brown melangkah masuk, bajunya berlumur darah dan debu, napasnya masih memburu sisa kegagalan.Sepasang matanya liar, gelisah, tapi di hadapan dua lelaki itu, keberaniannya terkikis.Di depan meja kayu hitam itu, kedua lelaki hanya menatap layar—tak menoleh, tak bicara.Satu di antaranya, Salvatore Xavier, lelaki tua dengan topi fedora rendah menutupi separuh wajahnya, mengangkat cerutu, mengepulkan asap tebal yang mengaburkan sinar lampu.Di sampingnya, Immanuel Morgan, paman Helena, menyilangkan kaki, ujung sepatunya m

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 53. VELMORA BARAT: JERAT TAK TERLIHAT

    Velmora Barat tak butuh peluru untuk mengancam. Cukup gelap. Cukup sunyi. Cukup satu langkah salah, dan maut menanti tanpa belas. Mobil Kevin berhenti mendadak. Deru mesinnya padam. Ia turun seorang diri. Angin laut menampar wajahnya, bau karat dan garam menyengat hidung. Matanya menyisir gelap. Begitu Kevin turun, suara Dendy di earpiece bergema. “Kevin, pastikan posisi. Kami dekati radius. Jangan bikin aku harus ngubur kau di sini.” Disusul suara David singkat dan tajam. “Konfirmasi sinyal. Support disiapkan. Jangan gegabah, Kevin.” Kevin sentuh earpiece, rahangnya mengeras. “Tak ada waktu. Aku selesaikan ini semua sendiri.” Klik.Jalur mati. Kevin ingin ini menjadi urusannya. Helena tetap di dalam. Kevin mengunci pintu dari remote—satu langkahnya penuh waspada, bagai bayangan hitam di alta

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 52. VELMORA BARAT: PERBURUAN PERTAMA

    Velmora Barat tak menunggu fajar untuk berperang. Malam ini, peluru bicara... dan darah jadi jawabannya. Velmora Barat dipilih. Jalur pesisir, lima jam menuju Blackstone. Cepat, tapi penuh kuburan tanpa nisan. Mobil Kevin — sport hitam, bodi anti peluru, kaca buram pelindung panas, mesin meraung menantang malam. Angin laut membawa bau asin bercampur karat darah. Lampu pelabuhan gelap mulai terlihat di kejauhan. Helena menggenggam jaket Kevin, tapi jari-jarinya mulai gemetar. Napasnya tak beraturan. Mata beningnya membesar, bayang-bayang panic attack mulai menyergap. Dan saat peluru pertama menyalak — BRAK! kaca spion pecah. Mobil oleng sedikit sebelum Kevin menguasai kemudi lagi. Kevin melirik cepat. Lena… Ada sekejap luka di sorot mata Kevin saat melihat Lena hampir tenggelam di g

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 51. JALUR KE NERAKA

    Dua jalur membentang. Satu terjal, satu licin. Keduanya berlumur darah. Mobil Kevin melaju pelan, menyusuri jalur terakhir Velmora Utara. Kabut pagi mulai menipis, digantikan hembusan angin asin dari jauh. Suara mesin satu-satunya teman, membelah sunyi yang menggantung di udara. Pohon-pohon pinus yang setia mengawal perjalanan mereka kini hilang di kaca spion, tertelan bayang Velmora Utara yang makin jauh di belakang. Helena duduk diam di kursi penumpang, tubuhnya bergeming tapi jari-jarinya mencengkeram ujung jaket Kevin erat, seolah tak mau melepaskan jangkar hidup satu-satunya. Matanya lurus menatap jalan basah di depan mereka. Suara David terdengar dari komunikator, serak tapi jelas. “Kalian sudah keluar perimeter Velmora Utara. Aman sampai sini. Tapi di depan… kalian akan temui persimpangan. Pilihan kalian akan tentukan segalanya.” Kev

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 50. NAFAS PAGI DI VARK

    Tak ada tempat aman bagi musuh. Nafas pagi ini adalah awal hukuman. Pagi merangkak pelan di Vark. Kabut tipis menggantung di luar jendela kecil safehouse itu, menyusup lewat celah-celah kayu tua, membawa hawa dingin yang menggigit. Helena masih terlelap. Tubuh nya menggenggam jaket Kevin seperti takut kehilangan jangkar hidupnya. Kevin terjaga sejak tadi. Matanya sayu menatap wajah gadis itu. Lingkar mata lelahnya jadi saksi malam panjang yang baru mereka lewati. Jemarinya tak berhenti membelai lembut rambut Helena, seolah memastikan setiap helainya tetap ada, tetap nyata di pelukannya. Ia menarik napas panjang, dada bidangnya mengembang. Aroma samar rambut Helena, bercampur bau kayu tua safehouse itu, jadi satu-satunya hal yang membuat Kevin tetap waras. “Cantiknya kau waktu damai begini…” bisik Kevin nyaris tak terdengar, takut membangunkan Helena.

  • DI ANTARA DUA MAFIA : DALAM PELUKAN MUSUH   CHAPTER 49. DI BALIK TEMBOK VARK

    Kadang, kekuatan bukan ada di tangan yang memegang senjata... tapi di tangan yang berani menggenggam yang rapuh. Safehouse itu tersembunyi di pinggiran Vark, kota perbatasan dingin yang seolah dilupakan peta. Hanya hutan pinus dan kabut yang jadi temannya. Bangunan tua berbatu, tak ada tanda, tak ada jejak. Hanya mereka yang pernah hidup di pinggir dunia yang tahu jalannya. Mobil hitam Kevin berhenti di depan gerbang baja berkarat. Mesin dimatikan. Hanya ada suara angin malam yang menggerogoti dinding-dinding tua itu. Kevin menekan perangkat komunikator. Sinyal tersendat, suara David dan Dendy hanya terdengar sepotong-sepotong. “...kau di mana…?” “...jawab, Kev…” Kevin menarik napas dalam, menahan rasa frustrasi. Lalu, ia kirim satu pesan pendek, cukup untuk dua alpha yang mengerti kode. [KEVIN: Helena aman. Vark. Safehouse. Janga

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status