Dengan menahan perut yang terasa mual, aku pun membuka pintu.
"Indah." Ternyata Pak Bos yang datang dengan beberapa teng-teng belanjaan.
"Bapak ngapain kesini, Pak. Saya gak enak. Ini kan kosan khusus wanita," ucapku.
"Ya saya cuma mau mastiin kamu baik-baik saja! Emang tidak boleh?" ujarnya.
"Boleh kok. Tapi bapak jangan terlalu baik sama saya! Apalagi kita cuma karyawan sama bos. Nanti timbul fitnah," ucapku.
"Peduli amat apa kata orang. Yang penting adalah aku sama kamu," ujarnya lagi. Dengan santai ia pun duduk di kursi yang berada di depan kamar kostku.
"Mem
POV REYHAN"Oh iya, sekalian saya minta tolong Bapak pura-pura jadi pasangan saya ya saat bertemu laki-laki menyebalkan itu? Setidaknya dia tidak akan menerima perjodohan ini. Gimana? Sekali-kali tolongin saya, Pak," ucap Novi."Akan saya pikirkan ….""Gimana, Pak? Sudah dipikirkan?" tanya Novi setelah aku lama terdiam."Nanti setelah di dalam mobil saya jawab!"***"Gimana, Pak?" Novi kembali bertanya saat kami sudah berada di dalam mobil. Baru mau menginjak pedal gas, kutatap saja matanya hingga membuat perempuan itu langsung menunduk."Mem
POV REYHANPukul 00.30 kami tiba di rumah orang tua Novi."Pak, semisal nanti orang tua saya nanya, Bapak siapa, boleh tak saya jawab calon suami saya?" pinta Novi."Loh, kok malah semakin jauh? Bukankah perjanjiannya cuma ngaku di depan laki-laki yang mau dijodohin sama kamu? Jangan begini, takutnya nanti jadi semakin rumit," ucapku. Novi mendengus. "Tolong, Pak.""Kalau nanti orang tua kamu berharap dan nanti memaksaku untuk segera menikahimu bagaimana? Gak mau saya! Ribet nanti. Saya juga punya istri! Ngawur kamu!""Sumpah itu jadi urusan saya, Pak. Tolong!""Kamu bisa memaksa saya tapi kenapa tidak bisa memaks
"Loh, perempuan itu mau kemana?" tanya Novi. Saat melihat perempuan yang duduk di samping laki-laki itu, berdiri dari tempat duduknya kemudian beranjak. Mungkin ke toilet."Ya udah buru. Kamu bukan ingin bertemu perempuan itu kan? Tapi mau bertemu calon jodohmu?" ujarku. Novi pun mengangguk dan kami langsung menghampiri laki-laki itu."Permisi," ucap Novi. Laki-laki itu menoleh ke arah kami. Betapa terkejutnya aku ternyata laki-laki itu adalah Edwan. Temanku."Edwan!" ucapku girang langsung melepaskan tangan Novi."Reyhan!" Kami saling berjabat tangan dan saling berpelukan. Novi sendiri terlihat bingung. "Nov, laki-laki yang mau dijodohkan sama kamu ini sahabatku!" ujarku sambil menepuk bahu
"Kok bisa kebetulan gini ya, Nov?" ucap Edwan."Mana gue tahu!" jawab Novi sinis. Ribet ini kalau sudah begini."Ternyata Indah istri sahabat gue sendiri. Sekalinya suka sama cewek, malah punya orang," keluh Edwan membuat kedua bola mata Novi mendelik."Kalau gak ada perempuan lain, gak apa-apalah gue sama elo aja, Vi. Daripada gue disangka gak normal," lanjutnya lagi."Gue udah punya pacar. Biarpun dia nunggu sukses dulu. Ogah gue juga nikah sama cowok dingin kaya elo!" balas Novi sambil melihat keluar kaca."Gue gak dingin. Manis begini," ucap Edwan. Terlihat menghibur padahal hatinya luar biasa hancur. Shock mengetahui wanita yang
"Lalu bagaimana? Hah? Apa kamu mau ikut kembali sama aku atau enggak?!" Reyhan yang sudah bingung mau berbuat apa untuk meyakinkan Indah pun hanya bisa pasrah dengan jawaban Indah. Meskipun tidak bisa dipungkiri kalau di dalam hatinya ada harapan supaya Indah mau ikut bersamanya.Indah yang bingung dengan hati bergemulut, hanya bisa terdiam. Karena ia memang membutuhkan waktu untuk berpikir. Bagaimana lagi? Hatinya sudah terlampau sakit. Banyak hal yang harus Indah pikirkan. Saat ini dia tidak bisa memutuskan."Kamu pergilah, Reyhan. Aku minta waktu selama tiga hari untuk berpikir. Tidak semudah itu aku memberi jawaban. Sekarang silahkan pergi. Aku mau beristirahat," pinta Indah. Reyhan melepas tangan Indah, kemudian ia langsung berdiri. Membalikkan badan dan berjalan ke arah pintu. Ind
"Itu si wanita brengsek sialan!" gumam Danang saat melihat Maya baru saja keluar dari mall Grand Indonesia. Danang yang sudah melakukan operasi plastik bertransformasi menjadi Dany. Semata-mata agar aku bisa bebas berkeliaran. Danang hadir dengan identitas baru. Semua mudah karena dia melakukan semua dengan uang untuk menyogok oknum tertentu.Beruntung dirinya memiliki sebuah Vila yang bisa dijual dan digunakan untuk berinvestasi di beberapa perusahaan yang pasti menguntungkan. Seperti perusahaan Reyhan juga Adit. Selain itu Danang juga bisa mengintai Indah. Apa dia bahagia dengan rumah tangganya? Atau dia berhasil membuat hidup Indah menderita karena membuatnya menikah dengan Reyhan. Laki-laki yang ia tahu tidak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalu Indah.Danang menghampiri Maya, berusaha mendekatinya. Semata-mata
"Halo, Pak Bos." Dengan santai Indah menjawab telepon. Mendengar suara indah, Edwan begitu bersemangat."Halo, gimana kabar kamu? Baik-baik saja kan? Kenapa tidak pamitan sama saya kalau kembali ke Jakarta hari ini?" Edwan bertanya diseberang telepon. Sementara Reyhan pura-pura cuek meskipun kupingnya menguping. "Gak mungkin Edwan jadi saingan gue. Dia kan tahu Indah istri gue. Masih berani nelpon. Parah," batin Reyhan. "Kalau saja tidak sedang ingin meyakinkan Indah pasti udah gue ambil hape itu dan gue banting supaya mereka gak bisa komunikasi lagi," ucapnya lagi dalam hati."Maaf, Pak Bos. Saya baik-baik saja. Terima kasih untuk kebaikannya selama ini. Maaf tidak sempat berpamitan," ucap Indah."Iya, Ndah. Tidak apa-apa. Kamu sehat-sehat di sana. Bahagia selalu. Kau punya masalah atau butuh bantuan saya suatu saat nanti, saya siap membantu. Saya akan selalu ada untuk kamu kapanpun kamu butuh bantuan saya. Pokoknya kamu sehat-sehat. Jag
"Sampai kapan kamu diemin aku seperti ini? Ya Allah! Ini kita suami istri tapi kenapa seperti orang asing?" keluhku kesal. Tapi hanya bicara di dalam hati. Sebab, aku enggan untuk mengatakannya. Berat bibir serasa. Bagaimana tidak? Setiap aku ajak bicara, berujung diam. Lelah aku pun sama memilih diam. Hingga akhirnya dua manusia ini tidak saling bicara. Ternyata rasanya diabaikan itu tidak enak. Seperti orang bodoh yang harus terus mengalah. Seperti inikah perasaan Indah dulu?Sejak awal bulan, sampai sekarang akhir bulan, baru dua kali ini seingatku bicara dengan Indah. Ya masa dia diem aku suruh nyerocos kaya burung beo? Hancur wibawaku sebagai seorang laki-laki. Ya tapi tak bisa kupungkiri ini semua sangat membuatku lelah dan ingin menyerah. Sulit banget… sumpah demi tuhan aku ingin sekali melempar makanan ini. Tapi aku tidak mungkin melakukannya. Yang ada aku sendiri repot membereskan bekasnya. Indah tidak mau ada pembantu di rumah ini. Jadi kalau aku melakukan in