Suasana tenang di danau berbanding terbalik dengan hati Serena. Di dalam sana riuh rendah dengan berbagai opini dan argumen terlempar bebas.Serena memeluk dirinya sendiri. Dia nyata kedinginan tapi sedang tidak punya waktu untuk memusuhi angin yang menerpanya.Kepala Serena dipenuhi ucapan Edgar beberapa waktu lalu."Aku akan mengakuimu sebagai putriku jika kamu bisa mengalahkan Alterio, suamimu.""Kamu tahu dengan jelas, untuk jadi penerusku kemampuanmu harus setara dengan Alterio. Aku tidak menerima anak perempuan tanpa kemampuan."Serena tersenyum tipis. "Dia meremehkanku. Itu intinya."Serena sama sekali tidak berminat jadi penerus Edgar ataupan mendapat pengakuan dari pria itu. Tapi saat dia diremehkan, Serena tidak akan terima.Dia memang sudah lama ingin mengadu kekuatan dengan Alterio. Serena ingin tahu kemampuannya. Selain itu dia ingin Al menilai dan mem-validasi hasil latihannya.Jadi permintaan Edgar ini sedikit banyak memang ingin Serena lakukan.Saat isi kepalanya masih
Alterio mengirim beberapa pesan pada Serena. Perempuan itu hanya membacanya tanpa membalasnya. Serena bekerja seperti biasa hari itu. Makan siang di kantin bersama macam hari sebelumnya.Secara keseluruhan, mood Serena tidak terlalu buruk. Dia bisa mengendalikan perasaan, juga mampu fokus pada tugasnya.Hingga hari itu berakhir dengan cepat. Serena melambaikan tangan pada Pevi dan Nicky juga Mona yang pulang bersamaan. Dia sendiri berdalih menunggu pacarnya menjemput, jadi tidak pulang bareng mereka.Padahal setelah teman-temannya pergi, Serena langsung mengendarai mobilnya sendiri. Tentu setelah melepas anting safirnya.Dia tidak ingin Alterio tahu kalau dia bertemu Edgar Martinez.Mobil Serena melaju menuju arah selatan, di mana area perbukitan mendominasi kawasan itu. Sesuai alamat yang Egdar kirimkan. Pintu gerbang auto terbuka begitu kamera menangkap sosok di balik kemudi.Serena cukup mengagumi tempat yang dibangun macam vila dengan taman bunga mengelilingi. Bangunannya bergaya
Yang satu cemburu buta, yang satu tidak peka. Satu kombinasi epik untuk mengubah rumah tangga yang tadinya harmonis menjadi beku.Serena tidak tahu apa yang dia pikirkan salah atau benar. Tapi yang jelas dia marah pada sikap sang suami."Alterio itu sadar atau tidak sih, kalau kelakuannya bisa bikin Ara gede kepala. Terus makin ngelunjak. Ara itu gak lihat apa sudah punya suami spek idol Koreyah. Masih juga meleng sama yang lain."Gerutu Serena sambil meninju guling di sampingnya. Dia ingin tidur tapi tidak bisa. Pada akhirnya dia hanya gulang guling tidak jelas. Sebelum matanya terpejam setelah lelah bergulat dengan pikirannya sendiri.Saat Serena sudah terlelap, Alterio muncul. Dia langsung naik ke kasur lantas memeluk tubuh sang istri."Cemburu to ceritanya," kata Alterio.Dia menghirup aroma tubuh Serena yang dia rindukan sejak semalam. Alterio mencoba ikut tidur, tapi baru akan terpejam ponselnya bergetar.Dia berdecak kesal, "Kalau luang gak nyari. Giliran aku sibuk, dia minta k
Waktu berjalan hingga malam merayap datang. The Palazo mulai berpendar otomatis setengah jam setelah lembayung terakhir menghilang di ufuk barat.Tempat itu menjelma mirip kastil dengan kilau lampu di tiap sudut. Ditambah suara debur ombak, laksana melodi pengantar tidur yang membuat penghuninya makin lelap.Namun Serena yang telah tidur sejak siang jelas sudah kenyang dengan alam mimpi. Dia mengerjapkan mata pelan ketika nyeri di kakinya mulai terasa lagi.Saat dia bergerak, dia merasa berat. Matanya terbuka lebar, hingga dia menangkap visual tampan sang suami.Alterio memejamkan mata dengan tangan memeluk pinggangnya. Pantas saja rasanya tidak nyaman. Pria itu nyaris membuatnya sesak napas.Halah! Itu hanya karena suasana hati Serena sedang tidak baik, jadi dia menggerutu dengan tindakan Al.Padahal tiap malam, perempuan itu tidur sambil memeluk tubuh besar dan hangat Al. Kadang mencari-cari jika Al pulang larut malam."Sudah bangun?" Serena balik memunggungi Alterio. Nyata dia sed
Demi apapun jantung Beita serasa pindah ke dengkul. Dia berlari sekuat tenaga menuju lintasan, di mana dua motor tergeletak di tengah aspal, dengan beberapa orang mulai mengerumuni."Va ...," teriak Beita cemas bukan kepalang.Fokus Beita langsung pada Riva. Ini membuktikan kalau pria itu mulai mempertimbangkan kehadiran Riva dalam hidupnya.Dia menemukan Riva di antara kerumunan staf yang membantunya berdiri. "Aku tidak apa-apa. Tapi Rena, dia tertindih motor. Tolong dia! Nanti suaminya marah, perusahaanku bisa dibikin bangkrut."Beita mendengus kesal. Dia bisa menjadi investor kalau Al mem-pailit-kan Alexander Grup.Wajah kesal Beita berubah jadi kecemasan tingkat tinggi saat dia melihat Serena meringis sambil memegangi kaki. Sepatunya hilang entah ke mana.Kakinya tanpa alas. Perempuan itu duduk di aspal setelah berhasil ditarik dari bawah motor. "Kamu tidak apa-apa," tanya Beita panik. Dia lantas memeriksa dua belah kaki Serena. Tiap disentuh si empunya kaki merintih."Motornya
Serena tahu, dia tidak seharusnya salah paham hanya karena melihat sepotong adegan yang belum tentu seperti bayangannya.Apalagi dia tahu kalau Ara sedang berada di fase terendah dalam hidupnya. Paul sedang dinas, pria itu tidak bisa menjadi sandaran Ara secara fisik. Bisa jadi Al hanya menggantikan peran Paul saat itu.Namun tetap saja, part Alterio dipeluk Ara tanpa menolak. Bahkan pria itu berinisiatif menghibur sambil mengusap punggung Ara, membuat hati Serena mendengungkan tanya.Apa yang terjadi antara keduanya? Apa ada hal yang tidak Serena tahu?Pikiran buruk, dugaan rancu membuat Serena terendam bingung. Saat itulah si overthingking mengambil peran.Dia dengan segala kemampuannya mempengaruhi pikiran Serena. Menyesatkan sang pemilik logika yang sedang kacau. Hingga akhirnya kesimpulan yang melenceng jauh dari kenyataan pun tercipta."Alterio, kamu rupanya masih berhubungan dengan Ara," batin Serena dengan mata sejak tadi memandang keluar jendela.Dia sama sekali tidak bicara