Pesta terus berlanjut. Semua orang membaur menjadi satu. Menikmati hidangan yang telah disediakan. "Pa, aku mau ke tempat Arthur." Suara Ivander terdengar. Ben mengangguk, lalu membiarkan sang putra berjalan ke arah teman sebayanya. Walau saat ini Arthur sedang berbincang dengan tuan Medvedev senior. Lelaki itu datang untuk mengucapkan terima kasih pada teman-teman Alterio. Kehadiran profesor yang sangat tersohor itu tentu menarik perhatian. Setelah sekian tahun tidak muncul, tuan Medvedev kembali hadir bersama Gina, putri cantiknya. Dua orang yang kemudian mendapat pengawalan spesial dari Don. Jeff, tersenyum simpul melihat betapa kakunya Don. Maklum baru kali ini pria itu mendapat mandat mengawal seorang perempuan, mana cantik lagi. "Kalian cocok. Sama-sama dari keluarga politisi," bisik Jeff ketika Don bisa santai sejenak. Ketika Gina diperkenalkan pada squad Diamond Girl. "Dia tidak tahu siapa saya," balas Don. "Kamu sebut saja nama keluargamu. Bapaknya pasti tahu." "Saya
Semua orang bertepuk tangan sesaat setelah mereka berhasil mengatasi kekagetan masing-masing. Di depan mereka berdiri tiga sosok dengan visual yang membuat semua yang hadir di sana berdecak kagum.Ketampanan Alterio yang karismatik, kecantikan Serena yang elegan serta rupa Arthur yang bak pangeran dari negeri dongeng. Satu kata, sempurna.Bagaimana ketiganya tersenyum saat saling berpandangan. Adalah satu momen di mana keluarga Inzaghi benar-benar bahagia. Bukan sekedar pencitraan. Namun begitulah real keadaannya."Selamat malam semua. Izinkan saya perkenalkan diri saya. Alterio Inzaghi, owner dan CEO Royal Diamond ...."Sialan! Pevi mengumpat. Berapa tahun dia ditipu oleh dua orang di depan sana. Alterio, si pak bos. Ternyata benar-benar bosnya. Dan Serena, temannya yang sejak pertama kali bertemu, tidak pernah mau menunjukkan rumahnya adalah istrinya."Jadi ini maksudnya. Eh, Ta mau tanya. Pas aku sama Serena dulu baru masuk RD, mereka sudah nikah belum?" Pevi bertanya pada Lalita,
Vasti tersenyum mendengar perkataan papanya. Detik setelahnya dia mengangkat dagu, tidak lagi tertunduk. Bahkan ketika sorot matanya beradu dengan Ben juga Tere. Tak ada lagi kemarahan, emosi bahkan benci. Dalam semalam, semua rasa itu lenyap bersama bayangan anak-anak kecil, yang mulai hari dan seterusnya akan menemani harinya.Vasti melangkah berdampingan dengan Edgar Martinez. Semua orang tahu siapa Edgar. Salah satu pebisnis yang sangat tersohor pada masanya. Semua orang juga tahu kalau Vasti adalah putrinya, jadi wajar kalau mereka datang ke acara seperti ini.Kedatangan Vasti dan Edgar tentu menimbulkan tanya di benak Ben. Pria itu memang selamanya tidak akan mendapat maaf dari Edgar. "Dia dengan siapa?""Itu ayahnya," balas Ben singkat. Mereka mulai membaur dengan tamu lain. Karena ada beberapa tamu kecil dalam pesta itu. Maka disediakan sofa di beberapa titik untuk menjaga kenyamanan mereka.Di tempat itu anggota inti Black Diamond hadir bersama keluarga masing-masing. Feli
"Arthur sudah lama tidak ke sini." Suara Niel terdengar diikuti jawaban Edgar."Lagi sibuk sama proyek barunya. Dia baru pamer bisa datang ke mansion Medvedev kapan saja. Anak itu, masih kecil koneksinya sudah di mana-mana."Vasti mematung di tempatnya berdiri. Tak pernah terbayangkan kalau dia akan datang menemui ayah angkatnya. Vasti bingung, dia tidak punya siapa-siapa lagi di dunia. Orang yang dia kenal juga tidak banyak. Sifatnya yang sombong dan judes di masa lalu membuat Vasti dijauhi orang-orang. Vasti tidak punya teman. Dia hanya tahu menempel pada Ben.Kini sandarannya telah pergi, dia merasa sendiri. "Silakan, Nona."Sang pelayan berjalan menuju sang tuan. Dengan hormat lalu memberitahu kedatangan Vasti."Vasti? Kamu pulang? Kemarilah." Edgar berdiri untuk menyambut Vasti yang tampak ragu untuk mendekat."Pa," panggil Vasti lirih. Dia pikir Edgar akan menolaknya. Namun siapa sangka, lelaki itu justru memeluknya dengan erat. Hangat kasih sayang seorang ayah yang telah lam
Tere segera melepaskan genggaman tangan Ben. Dia berjalan perlahan melewati Ben dan Vasti yang memandang benci padanya. Di samping Tere ada Ivander yang ganti menggandeng tangan ibunya."Van, tunggu di mobil dulu," pinta Ben yang seketika menghadapi Vasti."Sekarang jelaskan!" Tuntut Vasti. Perempuan itu jelas tersulut amarahnya. Ben berhari-hari tidak pulang. Perempuan itu pikir Ben bersama Tere. Padahal tidak. Tere memang sejak hari itu tinggal di mansion Jefferson. Menunggu kaki juga anemianya membaik.Sementara Ben, pria itu pulang ke apart-nya di pusat kota. Siang dia sibuk mengurusi perusahaan ayahnya yang bergerak di bidang pengadaan senjata, bekerja sama dengan jaringan bisnis milik Alterio.Sama sekali tidak ada waktu untuk bertemu Tere. Ivander saja sekarang kerap dijemput supir mansion. Bocah itu memang pulang ke mansion mengingat rumah lama mereka sudah tidak aman lagi.Ben tidak mengizinkan Tere dan Ivander tinggal di sana. Tere ngotot ingin pergi dari mansion, tapi Ben
Sebuah kebetulan ketika Max ingin membantu tuan Medvedev senior menemukan putrinya. Sebab setelah ditelusuri oleh Paul dan Beita, ketika Dimitri mendorong Gina ke laut dari tebing setinggi sepuluh meter, tidak ada jasad ditemukan.Tidak ada laporan dari penduduk yang menemukan korban tenggelam. Dilihat dari topografi tempat Gina ditenggelamkan, hanya ketinggian yang mengancam nyawa Gina. Selebihnya aman.Tak dijumpai karang dan batuan runcing menyambut tubuh Gina. Tempat itu juga bebas dari kawanan hiu atau predator laut. Jadi Max berkeyakinan kalau Georgina Medvedev masih hidup.Opsi terakhir yang Max miliki adalah meminta bantuan Mr Brain. Namun ketika Max menghubungi Mr Brain, sang profesor menolak mencari tahu di mana Gina berada.Max yang sangat penasaran dengan Mr Brain, dengan bantuan Paul, Beita dan ... Arthur mampu melacak lokasi laboratorium Mr Brain. Tidak meleset dugaan Beita saat itu.Laboratorium Mr Brain tersembunyi di antara puncak pegunungan Alpen yang dingin. Ketika