Hendra melihat Sean lalu mengangguk pelan. "Ya, silahkan."Sean tersenyum lalu menatap Vivi dengan marah sambil menunjuknya dengan tidak sopan. "Bagaimana bisa saya dan Papa tidak diam, ketika melihat Mama diculik oleh pasangan suami istri itu, kami sudah melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan Mama tapi tidak ada hasilnya, mereka bahkan tidak bisa diajak bicara dengan baik."Hendra menoleh kepada Vivi. "Benarkah?"Vivi mengangguk dan menjawab dengan jujur. "Ya, memang. Marta ada di saya.""Tuh kan, anda bisa dengar sendiri kalau mereka menculik Mama saya, ini tidak bisa dibiarkan dan tolong bantu saya supaya Mama kembali."Hendra mengalihkan tatapannya ke Sean. "Nama kamu?"Sean menjawab dengan percaya diri. "Sean."Hendra mengangguk paham, lalu menatap Vivi.Vivi yang baru saja diberikan mic, memainkan mic itu dengan santai. Sudah lama dia tidak memegang mic ini, terakhir kali saat di pesta amal. Ah, rasanya sudah lama sekali tidak memukul telak orang lain."Ini pesta saya, tid
Human Papillomavirus atau HPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi di permukaan kulit, dan berpotensi menyebabkan kanker serviks. Infeksi itu sering tidak menimbulkan gejala. Namun, virus ini dapat bertahan hingga menimbulkan gejala berupa tumbuhnya kutil di permukaan kulit atau bisa saja tidak tumbuh di kulit.Dalam kasus Marta, setelah diperiksa lebih mendalam, dia memiliki kutil di area kelamin, dan mungkin saja penyebabnya adalah suka berganti pasangan seks.Marta masih belum paham dengan penyakit yang menyerangnya, tapi dia terlalu shock untuk bertanya.Dokter menghela napas panjang dan bertanya kepada Marta. "Apakah suami anda suka berganti pasangan?"Marta tertawa muram. "Saya-""Saya sudah mendengar langsung dari gosip bahwa suami anda suka berganti pasangan, dan sekarang kekasihnya adalah seorang pria. Saya khawatir anda tertular penyakit ini dari suami." Potong dokter dengan tidak sabar. "Sebaiknya anda istirahat terlebih dahulu da
"Ba... bagaimana bisa..." Burhan tergagap dan masih berusaha mencerna semua perkataan Nina. "Tidak...""Tidak?" Vivi tertawa geli. "Bagaimana bisa tidak?""Kamu hanya anak yatim piatu biasa dan tidak punya keluarga, aku sudah mencari latar belakang keluarga kamu. Bahkan semua orang di sini juga sudah mencarinya, kamu tidak punya apa pun dan bangkrut setelah kedua orang tua meninggal.""Oh, ya. Tentu saja. Saya hanya anak miskin dan tidak berbudaya lalu tidak pantas menikah dengan seorang Reza. Tapi, apakah kalian sudah berusaha mencari latar belakang suami aku?"Tatapan orang-orang beralih ke pemandangan gelap di dekat Vivianne, mereka semua tidak bisa melihat sosok Reza, namun mereka bisa merasakan hawa menakutkan di sekitar Vivi. Jika mendekat, bisa saja mereka mati cepat."Memeriksa latar belakang suami? Hah! Sudah jelas dia keturunan keluarga Aditama yang hebat, saking hebatnya- dia tidak pantas bersanding dengan kamu," ejek Burhan dengan nada
"Mata-mata! Kamu pasti mata-mata Vivi!" Tuduh Burhan ke sekretaris. "Kamu hanya ingin menghancurkan hidupku! Lihat, kalian semua! Lihatlah manusia tidak tahu balas budi ini, aku memberikan dia pekerjaan, sementara dia menuduh dan membuat aku melakukan hal konyol itu!"Sekretaris menghela napas panjang lalu tersenyum ke arah Burhan. "Tuan besar, anda membuat saya tertulat penyakit menular.""Apa?!" Burhan terkejut."Saya tertular penyakit dari anda.""AKU SEHAT! AKU SELALU MELAKUKANNYA DENGAN ORANG SEHAT! SEMUA PASANGAN AKU SUDAH DIPASTIKAN KESEHATANNYA!" Teriak Burhan yang tidak terima dituduh seperti itu."Oh, berarti saya yang sudah menularkan anda." Senyum sekretaris, tanpa merasa bersalah sama sekali sambil menyalakan rekaman lain."Kita akan menikah, di luar negeri. Kamu tidak perlu khawatir dengan kehidupan istri dan anak-anak."Hendra yang mendengar itu, tanpa sadar mengeluarkan komentar. "Menjijikan."Sekretari
Marta duduk di taman dan melihat pemandangan keluarga yang bahagia, dulu dirinya pernah bermimpi ingin menjadi istri yang baik dan juga bisa merawat anak-anak hingga dewasa, namun kenyataannya justru jauh lebih menyakitkan- dia harus menghadapi suami yang tidak pernah mencintai dirinya dan juga anak yang hanya menganggap dia sebuah alat.Masih segar di ingatan Marta, bagaimana putranya berusaha membunuh ibu yang sudah melahirkan anak itu.Air mata Marta mengalir, masa lalu yang terlihat bahagia sudah tidak ada, dia harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan."Kenapa kamu menangis?"Marta mengangkat kepala dan melihat Tommy berdiri di hadapannya, dia terkejut. "Kamu-"Tommy duduk di samping Marta dan menatap langit, dia mulai bersikap tidak formal ke Marta, karena sudah tahu wanita yang duduk di sampingnya, sudah jatuh. "Aku hanya ingin pamit sekaligus mengucapkan terima kasih."Marta mengusap hidungnya dengan sapu tangan rumah sakit. "Apaka
"Terima kasih sudah membantu kami, saya tidak menyangka- kamu akan membantu saya, meskipun niatnya hanya memanfaatkan kami," ucap Cefrilizia pada Vivi di bandara, sehari setelah Cefrilizia dan Tommy mengacaukan keluarga Burhan.Vivi tidak mengatakan apa pun, dia melirik Tommy yang duduk tidak jauh dari tempat mereka berdiri. "Jaga baik-baik Papa kamu, jangan sampai jatuh di tempat yang sama."Cefrilizia mengangguk paham, lalu tiba-tiba teringat dengan Maria dan Burhan, lalu anak mereka. "Mereka bertiga, bagaimana kondisinya? Mau diapakan?""Kamu tidak perlu tahu, ini sudah bukan masalah kamu lagi, Cefrilizia," kata Vivi sambil tersenyum.Senyuman Vivi mengingatkan Cefrilizia pada Reza, memang mereka berdua pantas menjadi jodoh. "Ya.""Aku bisa pastikan Burhan tidak akan menyentuh kamu lagi.""Terima kasih banyak.""Kamu..." Vivi menghela napas lalu bertanya. "Pastikan menjalankan semua perjanjian kita."Cefrilizia menatap tidak
Marta semakin menggila di rumah sakit dan mulai menyerang siapa pun yang berusaha mendekat. "Kalian semua yang menjadikan aku seperti ini, PERGI! JANGAN DEKATI AKU!" teriaknya dengan putus asa.HPV lebih parah dari HIV dan bisa menimbulkan penyakit kanker jika tidak diobati dengan cepat dan tepat, namun masalahnya- Marta sudah tertular lama, kemungkinan besar akan sulit sembuh."PERGI! TOMMY SIALAN! KAMU BAHAGIA DI ATAS PENDERITAANKU! BURHAN SIALAN! KAMU MENULARKAN AKU KARENA MELAKUKAN SEKS DENGAN PRIA!" teriak Marta sepanjang waktu dan tempat. Sehingga membuat banyak orang tahu, bagaimana bejatnya Burhan. Lebih parah dari keadaan sebelumnya.Orang-orang yang tadinya memiliki simpati terhadap Burhan, istri dan anaknya, mulai menjauh.Burhan duduk di kantor, tempat kerjanya yang dulu bergengsi dan ramai, sekarang menjadi bayangan dari dirinya yang dulu. Dinding bergema dengan kehampaan, dan meja-meja tetap ditinggalkan. Surat pengunduran diri yang ditumpuk
Putra duduk di mejanya sambil mengernyitkan dahi saat menganalisis kondisi keuangan perusahaan Burhan. Dia telah meminta bantuan temannya yang berpengetahuan luas, Rizal, berpengalaman dalam menyelidiki keuangan perusahaan.Ruangan itu dipenuhi aroma kopi yang baru diseduh, dan kertas-kertas berserakan di atas meja berisi laporan keuangan, catatan bank, dan kuitansi. Putra dan Rizal telah menghabiskan beberapa jam dengan cermat memeriksa transaksi keuangan perusahaan Burhan. Mulai dari hal kecil sampai yang besar."Lihat ini," seru Rizal sambil menunjuk salah satu laporan bank ke Putra. "Ada sejumlah besar uang yang ditransfer dari rekening pribadi Burhan ke Offshore company. Sepertinya dia berusaha menyembunyikan asetnya."Putra mencondongkan tubuh ke depan, mempelajari dokumen itu dengan cermat. Offshore company biasa digunakan para pengusaha y