Share

Janda bersuami

Penulis: Nur Asih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-09 08:22:26

Bab 8 Janda Bersuami

Senjata andalan Tomi selain Danis tentu saja rahasia masa lalu Mala. Hanya dia dan Mala yang tahu mengenai peristiwa kelam lima tahun lalu. 

Lima tahun lalu, di suatu malam. 

Mala yang tinggal sendirian di rumah selepas orang tuanya meninggal terbangun di tengah malam. Dia yang tengah tertidur lelap merasa kesulitan untuk bernafas. 

Saat netra berwarna coklat milik Mala terbuka, sosok pria dengan penutup wajah tengah berkuasa atas tubuhnya. 

Sebelum sempat berteriak, pria itu terlebih dulu membekap Mala. Malam itu, malam terkelam di hidup Mala. Seorang gadis yatim piatu harus hancur di usia tujuh belas tahun. 

Setelah puas menghancurkan Mala, pria itu pergi begitu saja. 

Mala terus menangis di sudut kamar, tangannya menggenggam erat sebuah benda. Kalung emas —berliontin jangkar— milik si pria yang tanpa sengaja Mala tarik saat melakukan perlawanan. 

“Dek … Dek!” Suara panggilan diikuti ketukan dari luar mengejutkan Mala.

Dengan tertatih Mala keluar dari kamar. Keadaan Mala sangat kacau malam itu. Namun, sebelum keluar Mala terlebih dulu menyimpan kalung milik lelaki biadab yang telah tega menghancurkannya.

“Astagfirullah, Dek!” pekik pria yang berada di ambang pintu. Pria itu terkejut saat mendapati Mala dalam keadaan berantakan.

“To … long,” ucap Mala terbata. Sedetik kemudian pandangan Mala mulai gelap.

Aroma minyak kayu putih membuat Mala terbangun. Dia memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Mengingat kejadian pilu yang baru saja dialaminya, Mala menangis.

“Sebenarnya apa yang terjadi, Dek. Kenapa pintu rumah dibiarkan terbuka. Itu sangat berbahaya. Apalagi kamu perempuan. Tinggal sendirian, lagi,” cerca Tomi.

Tenggorokan Mala tercekat, air matanya kembali luruh. “Tadi ada ….” Mala tidak kuasa melanjutkan ucapannya.

“Mala … Mala mau mati saja.” Mala menekuk kedua lututnya, lalu membenamkan wajah.

“Memangnya apa yang terjadi? Cerita sama Mas Tomi.” Tomi mengusap punggung Mala. “Siapa tahu, Mas bisa bantu,” imbuh pemuda dua puluh lima tahun itu.

“Pria itu. Di … dia. Mala kotor Mas.” Karena kalut Mala berhambur memeluk Tomi.

Memaknai arti ‘kotor’ yang diucapkan Mala, Tomi paham. Akhirnya, Tomi menawarkan bantuan untuk Mala. Pria itu akan menemani Mala hingga pagi menjelang. 

Selang beberapa hari setelah kejadian. Tomi menawarkan sesuatu kepada Mala. Dia ingin menikahi Mala dengan alasan untuk menutupi aib gadis malang itu. Pun sebagai penjaga untuk si gadis agar kejadian yang sama tidak terulang.

Tentu tawaran itu disambut dengan tangan terbuka oleh Mala. Apalagi saat Tomi berjanji akan merahasiakan kejadian tempo hari dari semua orang.

Bukan hal mudah bagi Tomi meyakinkan ibunya untuk menerima Mala. Namun, kasih sayang Bu Farida yang begitu besar terhadap Tomi, membuat wanita itu mau tidak mau harus menerima Mala sebagai menantu.

Entah sihir apa yang digunakan Mala pada putra tunggalnya. Tomi begitu tergila-gila pada Mala selama bertahun-tahun. Padahal, banyak wanita mapan dan dari keluarga terpandang menginginkan Tomi sebagai suami. Eh, putranya justru berkeras menginginkan Mala –anak yatim piatu— dari keluarga sederhana.

Ingatan masa lalu Mala berakhir saat Tomi membuka resleting jaket yang Mala kenakan. Tatapan Mala kosong, dia bagai manekin hidup saat suaminya melepas jaket dan rok panjang yang dikenakan. Air matanya berhenti mengalir, meski hatinya begitu sakit.

Wanita mana yang tidak sakit hati. Suami yang seharusnya menjadi pelindung dan penjaga marwahnya justru melemparkannya ke dalam lumpur hitam pekat.

Tubuh indah Mala terlihat sempurna. Tangan Tomi lihai menata kembali rambut Mala yang berantakan menggunakan jarinya. “Cantik sekali istriku,” puji Tomi. Senyum kemenangan terbit di bibir tebalnya.

Mala memalingkan wajahnya, rasanya tidak sudi menatap wajah suaminya.

Tahu istrinya sedang marah, Tomi menangkup wajah ayu yang terlihat kuyu karena terus menangis. “Ingat! di sini kamu sepupu jauhku. Dan … statusmu adalah janda beranak satu,” ucap Tomi.

Netra Mala membeliak lebar. Ucapan Tomi bagai petir di tengah badai bagi Mala. Bukannya menangis, sudut bibir Mala justru terangkat. Janda … kata suaminya tadi. Lalu, siapa pria yang berdiri di depannya ini. Makhluk astral yang berstatus sebagai suami. 

Kalau dipikir-pikir lebih baik Mala bersuamikan makhluk astral daripada iblis berwujud manusia seperti Tomi.

Pria yang Mala anggap pahlawan lima tahun lalu, nyatanya adalah petaka yang dia biarkan masuk dalam hidupnya.

“Janda beranak satu. Baiklah, Mala akan selalu mengingatnya.” Mala berbalik, langkahnya tertuju pada ruangan yang beberapa menit lalu ia tinggalkan.

Dengan penuh keyakinan Mala mendorong pintu di depannya. Bara yang duduk dengan bersilang kaki tersenyum, melihat kehadiran Mala. 

“Kapan saya bisa mulai bekerja, Bos?” ucap Mala.

Bara menekan ujung puntung nikotin yang berada ditangannya. Dia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Mala. Memindai tubuh wanita dengan dress warna hitam dari ujung kepala hingga ujung kaki. 

“Benar yang dikatakan sepupumu. Kamu memang grade A,” tutur Bara. Dia yakin tidak butuh waktu lama bagi Mala untuk menjadi primadona di “Happy Karaoke”.

Puluhan tahun pria berusia setengah abad itu terjun ke dunia malam, dia tahu betul selera pasar. 

Ada sesuatu yang menggelitik hati Bara, netra sayu berwarna coklat. Mengingatkannya pada seseorang, tapi itu tidak mungkin. Dia sudah lama pergi. Bahkan hingga sekarang Bara tidak bisa menemukannya.

“Jo, panggil Nina ke sini.”

 Pria bertubuh gempal yang sedari tadi di samping Bara beranjak dari posisinya. “Baik, Bos.”

Tomi memberanikan diri masuk ke dalam bersamaan dengan pria yang dipanggil Jo alias Paijo tadi keluar. 

“Adikmu sudah setuju bekerja di sini. Sekarang pulanglah!” 

Ucapan Bara membuat langkah Tomi terhenti. “Pulang, Bos?” Tomi mengulang ucapan Bara.

“Kamu tidak tuli, ‘kan?” ketus Bara.

“Tapi … Bos. Sepupu saya?”

“Sepertinya dia justru merasa tidak nyaman bila kamu berada di sini.” Bara mengarahkan pandangannya pada Mala yang memalingkan wajah, enggan menatap Tomi. “Biar nanti dia menghubungimu setelah selesai bekerja,” imbuh Bara.

“Saya tidak bawa ponsel,” ucap Mala cepat.

Bara memijat pelipisnya, di jaman seperti ini masih ada orang yang meninggalkan ponsel mereka di rumah. Apalagi seorang wanita. “Baiklah, aku yang nanti akan menghubungimu Tom. Sekarang pergilah.” Bara mengusir Tomi dengan gerakan tangan.

Tidak ada pilihan lain, Tomi menurut. Dia meninggalkan istrinya di sini, sendiri. Ini hari pertama istrinya bekerja di tempat yang ….

Tomi menjambak rambutnya, dia memilih menunggu Mala di tempat parkir. Tidak tega meninggalkan Mala sendirian.

Sementara di ruangan Bara. Lelaki bertubuh tegap meski tidak muda lagi itu terus memperhatikan gerak-gerik Mala. Perempuan muda di depannya terus meremas kedua tangannya. Wajahnya kuyu, matanya masih merah. Namun, sedikit pun tidak melunturkan kecantikannya. 

Wanita bergaun merah sebatas paha dengan belahan dada rendah menghampiri Bara. “Barang baru, Bos?”

“Hem, benahi polesan wajahnya. Ajari dia melayani tamu.”

Mala yang sedari tadi menunduk, seketika mengangkat wajahnya. Mendengar kalimat “Melayani tamu?!” beo Mala.

“Ayo ikut aku!” Wanita ber-dress merah meraih tangan Mala membawanya keluar dari ruangan Bara.

“Kenalkan, aku Nina,” ucap wanita yang kini tengah memoles wajah Mala.

“Aku Mala,” jawab Mala dengan suara sedikit serak.

“Nama yang cantik, secantik orangnya.” Nina meraih dagu Mala lalu tersenyum melihat hasil polesannya yang membuat kecantikan Mala bertambah berkali-kali lipat.

“Bolehkah, aku bertanya sesuatu Nina?”

“Tentu.” Nina merapikan alat rias yang baru saja digunakan.

“Apa kita juga harus bermalam dengan tamu?”

Pertanyaan Mala membuat Nina menghentikan gerakan tangannya. Nina berbalik kemudian menatap Mala dengan seulas senyum.

“Kita ….”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   ending

    Sore yang indah untuk menikmati secangkir teh hangat dan dan cemilan. Seperti halnya yang dilakukan Anan saat ini. “Duduk sini! Papa mau bicara.” Anan menepuk kursi rotan disampingnya. Menyuruh istrinya duduk setelah menghidangkan secangkir teh dan sepiring biskuit.“Mau bahas soal Niko,” sarkas Anggi. Dia sudah bisa menebak apa yang akan dibicarakan suaminya.Namun, Anan belum menanggapi. Pria itu menyeruput teh buatan istrinya. “Teh buatan Mama memang paling nikmat,” puji Anan.Anggi melipat tangannya, wajahnya semakin ditekuk. “Langsung pada intinya saja, Pa.”Anan meletakkan kembali tehnya. “Apa tidak berniat mencari tau dulu tentang calon Niko?”“Untuk apa cari tau. Mama sudah tau dia wanita nggak bener,” sarkas Anggi. “Papa heran, Mama tau dari siapa, sih soal Mala?” “Dari Eve.”Anan tertawa terbahak. “Dari Evelyn mantan Niko itu.”

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Terhalang restu

    Bibir Mala terkembang melihat Niko berlari ke arahnya. Sore ini Niko, Danis, dan Mala jalan-jalan ke taman kota.“Danis aktif sekali.” Niko mendaratkan tubuhnya di samping Mala. Mereka duduk di rerumputan yang ada di taman. “Aku sampai kewalahan menemaninya.” Napas Niko terdengar naik-turun setelah menemani Danis bermain.“Terima kasih sudah menyayangi Danis, Nik.” Mala menatap pria di sampingnya dengan sangat dalam.Memberanikan diri, Niko menggenggam tangan Mala. Ditatapnya mata wanita yang bertahta di hatinya itu dengan sangat dalam. Lengkungan yang indah terbit di bibir tebal Niko.“Ya, siapa tau setelah melihat ketulusanku menyayangi putranya, Bundanya akan luluh. Dan mau menerima keberadaanku di hidupnya.” Niko mencoba berkelakar. Meskipun dia tahu mungkin jawabannya akan sama. Namun, dia bertekad sebanyak Mala menolaknya, sebanyak itu dia akan menyatakan cintanya.Mala mengalihkan pandanganny

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Paman yang hilang

    “Bos,” lirih Mala. Dia begitu terkejut karena Bara memeluknya secara tiba-tiba. Bahkan pelukan pria itu begitu erat. “Maaf … Mala … Maaf.” Bara melepaskan pelukannya pada Mala. “Aku begitu bahagia.” Nampak Bara menyentuh sudut netranya. “Sekarang dimana ibumu?” Bara mengedarkan pandangannya.“Ibu saya, Bos?” Mala keheranan. Kenapa Bara mencari ibunya.“Iya Ibumu dimana, dia?” Meski Bara meneteskan air mata, tapi terlihat binar bahagia di wajahnya.“Ibu saya sudah meninggal.” “Apa?” Bara nampak terkejut, bahkan pria itu sampai terduduk di lantai. “Tidak mungkin adikku Naima sudah tiada,” raung Bara.“Maksud Bos apa?” Mala berjongkok, mensejajarkan diri dengan Bara.“Ibumu adikku Mala.”Lalu Bara menceritakan tentang kisahnya dan ibu Mala. Keduanya yatim piatu sejak kecil mereka terpaksa hidup di jalanan dan berpindah-pindah. Tidak tega, Bara mengirim Naima ke panti asuhan

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Sertifikat yang kembali

    Niko mengajak Aksa menemui Mala sore ini. Karena sepupunya itu harus menghadiri beberapa sidang hari ini. Mobil melaju membelah padatnya lalu lintas hingga mereka sampai di sebuah rumah kontrakan. Di teras kontrakan, seorang gadis dengan cenala jeans belel dan kaos crop top terlihat bangkit dari duduknya. Menyambut kedatangan keduanya.“Kita sudah sampai,” kata Niko setelah mematikan mesin mobil.Aksa tersenyum samar. “Oke juga selera Niko.” Pandangannya tertuju pada Nina.“Lama banget, sih.” Nina mencebik kesal.“Dia masih banyak urusan.” Niko melirik Aksa. “Oh.” Nina memperhatikan penampilan Aksa. “Dia yang mau bantuin Mala?”“He em. Oh, ya, kenalkan dia Aksa sepupuku.” Niko memperkenalkan Nina dengan Aksa.“Hallo Pak Aksa kenalkan saya Nina.” Gadis cantik itu mengulurkan tangannya, dengan senyuman indah yang membingkai di wajahnya.“Aksa.” Aksa merasakan sesuatu yang berbeda saat bersalaman dengan Nina. “Mau duduk di sini atau di dalam.” Nina memberi opsi.“Di sini saja,” sahut

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Bantuan Niko

    Perkataan Tomi tentu membuat ayah Tina murka. Pria yang rambutnya mulai memutih itu bahkan sampai menggebrak meja. “Kurang ajar kamu Tomi!” hardik ayah Tina. “Setelah kamu menggagahi anak saya, kamu mau lepas tanggung jawab?”“Dia sendiri yang menawarkan tubuhnya pada saya,” ucap Tomi diikuti tatapan benci pada Tina.“Jaga ucapmu!” Ayah Tina menunjuk wajah Tomi, Ayah mana yang rela anaknya dihina. Ibu Tina mencoba menenangkan suaminya, dia mengusap lengan suaminya selembut mungkin. “Sabar Pak … sabar.”Sementara Tina hanya bisa tersenyum getir. Serendah itukah dia di mata Tomi.“Sabar Pak … ini bisa dibicarakan baik-baik. Jangan emosi dulu.” Farida mencoba menengahi.“Terserah kamu mau bilang apa Mas yang pasti … kamu harus menikahiku. Karena sekarang aku sedang mengandung anakmu.”Perkataan Tina jelas semakin memperkeruh suasana. Terutama Tomi. Kepala seakan hampir meledak. Masalah Mala belum selesai, masalah baru muncul. Berbeda dengan putranya, Farida justru bahagia mendengar pe

  • DIJUAL SUAMI JADI PEMANDU LAGU   Tomi pelakunya

    Melihat kediaman Tomi, Mala semakin naik pitam. “Jawab Tomi … jangan diam saja!” Teriakan Mala semakin memekakkan telinga. Bahkan urat-urat leher wanita itu sampai terlihat jelas. Air mata juga terus mengalir deras di pipinya. Hancur, marah, sedih, dan kecewa menjadi satu. Bukan tanpa sebab, kotak kecil yang ditemukan Farida berisi sebuah kalung emas berliontin jangkar. Kalung itu satu-satunya bukti yang Mala miliki.Bukti yang ditinggalkan oleh pria biadab yang lima tahun lalu merenggut mahkotanya. Menghancurkan hidupnya. Membuatnya terjebak dalam pernikahan toxic. Tomi semakin meraung, merengkuh kaki Mala. “Ampuni aku Mala!” Tomi tidak bisa berkelit. “Aku mohon. Aku terpaksa … aku … aku terlalu mencintaimu.”Mala membungkuk, melepaskan rengkuhan Tomi dari kakinya hingga Tomi terdorong ke belakang. Tamparan pun Mala layangkan pada Tomi.“Biadab kamu Tomi. Brengsek … bajingan ….” Segala sumpah serapah Mala ucapkan.“Hey …!” Farida yang melihat perlakuan Mala pada putranya berteri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status