แชร์

Maduku Sahabatku

ผู้เขียน: ARY
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2023-08-19 12:29:38

Aisyah dari kemarin tampak murung dan sesekali mengurung diri di kamar, ia bahkan seharian tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hati wanita malang itu sudah benar-benar hancur sekarang, padahal ia masih mempunyai harapan yang sangat besar bahwa ia akan memiliki anak dari suaminya, namun seketika rasanya harapannya pupus dalam semalam kini suaminya justru memilih untuk menikahi wanita lain yang diharapkan bisa segera memberikan suaminya keturunan.

“Bisa-bisanya kamu seharian malas-malasan, ya! Hari pernikahanku udah besok banget ini, bantuin dong,” ucap Bima dengan teganya.

Aisyah masih mematung dan mengabaikan perkataan suaminya itu.

“Yaya! TULI KAMU YA!” pekik Bima.

“Belum puas juga kamu siksa aku, Mas! Setelah apa yang kamu lakukan ke aku selama pernikahan ini dan sekarang kamu masih mau siksa aku, dengan nyuruh aku buat ngurus pernikahan suaminya sendiri yang udah jelas-jelas aku masih hidup!”

“Kamu mau jadi istri durhaka ya!” timpal mertua Aisyah.

”Ha? Aku istri durhaka Ma? Nggak kebalik?” sahut Aisyah kesal.

Tiba-tiba Bima menghampiri Aisyah dan mengangkat tangannya, satu tamparan telak mendarat di pipi Aisyah, “Berani kamu ngelawan Mamaku, ya!”

“Tampar lagi, Mas! Tampar!” ucap Aisyah yang mulai geram.

“Bima udah! Mama takut nanti dia malah lapor polisi lagi,” ujar wanita tua itu ketakutan.

            Sementara itu terdengar suara ketukan pintu, Bima segera ke luar untuk menengok siapa yang datang.

“Selamat pagi sayang, ayo masuk,” sambut Bima ramah.

“Eh ada anak cantik mama udah dateng.”

“Sayang? Anak? Ini maksudnya apa?” seru Aisyah dalam hati.

Wanita malang itu dibuat kembali kebingungan dengan situasi yang terjadi, ia tanpa berpikir panjang segera menghampiri tamu yang baru saja datang itu.

“Jihan? Ngapain kamu ke sini lagi?” tanya Aisyah penasaran.

“Ngapain? Coba tanya suami kamu,” jawab Jihan dengan sombongnya.

“Ow, maaf sayang aku belum ngenalin dia ke kamu.”

Dahi Aisyah mengkerut, “Sayang?”

“Kenalin dia calon istri aku, Jihan.” Bima tersenyum tipis tanpa rasa bersalah

“Jihan? Calon istri kamu?”

“Iya, Ya. Aku calon istrinya Mas Bima.”

“Han, kita sahabatan udah lama lo, tega kamu sama aku?”

“Aku nggak ngerebut suami kamu, kok. Tapi suami kamu yang mau sama aku, ya aku harus gimana?”

“Selama ini aku selalu curhat masalah rumah tangga aku sama Mas Bima ke kamu tapi kamu masih berpikiran buat jadi istri dari suami aku? Hebat kamu Han.”

“Ya udahlah ya, kamu juga nggak bisa ngerubah takdir, kalau aku jodohnya ya sama suami kamu.”

“Pokoknya Mas mau kalian akur, ya. Terutama kamu Ya, awas aja kalau kamu berani macam-macam sama Jihan. Sayang kalau dia jahatin kamu lapor ke Mas, ya,” ucap Bima sembari mengelus rambut Jihan.

Aisyah yang sudah muak melihat kelakuan suaminya lantas menampar suaminya itu, “Jijik aku lihat kelakuanmu, Mas. Kamu punya istri satu aja belum bisa bersikap adil apalagi dua.”

“Tega kamu, Ya. Nampar suami aku!”

“Aku masih istri sahnya!”

            Cobaan demi cobaan datang menghampiri Aisyah entah apa yang masih membuatnya bertahan berdiam diri di rumah itu, siksaan batin sudah sangat menguras tenaga Aisyah bahkan hanya untuk bernapas normal di rumah itu ia sudah sangat lelah. Sementara itu di kamar atas Jihan tampak mengemasi semua barang-barang Aisyah.

“Mau apa kamu?”

“Mulai hari ini aku sama Mas Bima tidur di sini! Jadi Mas Bima nyuruh aku buat beresin semua barang-barang kamu dan kamu bisa tidur di kamar tamu.”

“Han, sadar Han. Kalian berdua belum sah! Kamu sadar nggak sih apa yang kamu lakuin ini salah, tega kamu ngelakuin ini sama sahabat kamu sendiri.”

“Tolong digaris bawahi ya, aku udah bukan sahabat kamu, tapi calon istri suami kamu, paham! Jadi kamu jangan sok suci buat nasehatin dan ngasi tau ke aku mana yang benar dan mana yang salah. Kamu aja jadi istri belum becus ngurus suami udah mau ngajarin orang aja,” ucapnya tegas.

“Han, inget ya kamu masih punya anak perempuan, Tuhan itu nggak pernah tidur. Karma pasti ada!”

“Kamu! Jangan pernah bawa-bawa anak aku, anak aku nggak ada urusannya sama semua ini, sekali lagi kamu ngatain yang enggak-enggak tentang aku. Aku laporin kamu ke Mas Bima.”

“Silahkan! Aku nggak pernah takut sama siapa pun,” sahutnya dengan tatapan tajam.

       Jihan makin geram dengan perkataan Aisyah, ia lantas melempar Aisyah dengan beberapa potong pakaian ke wajah Aisyah. Wanita malang itu hanya diam dengan tatapan penuh amarah kepada Jihan.

“Mending sekarang kamu bawa semua barang kamu ini, aku udah muak liatnya.”

“Masih ada waktu Han, sebelum kamu menyesali perbuatanmu sendiri. Sebagai manusia yang beragama harusnya kamu masih takut dengan balasan dari Tuhan! Kamu lihat saja nanti!”

         

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Retno w
ya ampun ngga heran dimadu.....ngga punya harga diri....
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status