Share

Meminta Cerai

       Hari ini tibalah hari pernikahan Bima dan Jihan, sampai detik ini pun Aisyah si wanita malang itu masih terus menyembunyikan masalah rumah tangganya dengan kedua orang tuanya, tak sedikit pun ia bercerita tentang semua hal yang sudah terjadi.

“Kasian ya Aisyah, padahal dia masih hidup tapi suaminya malah nikah lagi.”

“Iya, kasian banget. Amit-amit deh bu, semoga suami-suami kita nggak ada ngelakuin aneh-aneh.”

“Katanya sih, denger-denger Bima nikah lagi karena si Aisyah mandul.”

            Desas-desus sekumpulan ibu-ibu yang datang ke acara pernikahan itu sedang menggosipkan Aisyah tak sengaja terdengar oleh wanita malang itu dan tak terasa air mata Aisyah terjatuh, bukan karena suaminya menikah lagi melainkan karena berita ia belum bisa mempunyai seorang anak sudah sampai ke telinga tetangga. Meskipun demikian, Aisyah tetap menabahkan hatinya hingga hari ini, ia masih tampak tegar membantu persiapan pernikahan suaminya sendiri, padahal bagi seorang istri menerima kenyataan suaminya menikahi perempuan lain adalah hal yang sangat menyayat hati.

            Bima dan Jihan sudah siap untuk melangsungkan pernikahan mereka, keduanya terlihat bahagia dengan pakaian pengantin serba putih. Setelah semuanya siap proses ijab kabul segera di mulai.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Bima Kusuma Wijaya bin Ahmad Tangkas Wijaya dengan anak saya yang bernama Jihan Sudirdja, dengan maskawinnya berupa 10 gram emas beserta uang sebesar dua puluh lima juta rupiah, dibayar tunai.”

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Jihan Sudirdja binti Dahlan Sudirdja dengan maskawin 10 gram emas beserta uang sebesar dua puluh lima juta rupiah, dibayar tunai,” ucap Bima dengan lantang tanpa keraguan sedikit pun.

“Bagaimana saksi? Sah?”

Semuanya serentak, “Sah.”

“Alhamdulillah.” 

Dengan begitu Bima dan Jihan sudah sah menjadi suami istri, di sisi lain Aisyah tampak menghela napas panjang kemudian berdiri, seketika semua tatapan orang-orang yang hadir dalam pernikahan itu tertuju pada Aisyah. Bima yang menyaksikan semua itu lantas menatap Aisyah tajam, keduanya saling beradu pandang dalam beberapa detik.

“Aku minta kamu ceraikan aku sekarang, Mas!” ucap Aisyah tegas.

Sejenak semuanya hening, Bima pun seketika terkejut dan langsung berdiri, ia menarik lengan Aisyah dan membawanya menjahui para tamu undangan.

“Kamu ini apa-apaan sih! Kamu sengaja ya ngerusak hari bahagiaku, hah!” ujar Bima marah.

“Aku udah nggak tahan, Mas! Sekarang intinya aku minta cerai dari kamu!”

“Kamu udah mempermalukan aku di depan banyak orang, jangan harap hidup kamu tenang setelah ini,” ancam Bima pada Aisyah.

“Kamu pikir hidup aku sebelumnya tenang-tenang aja sama kamu, Mas? Enggak…bahkan untuk napas aja rasanya susah, Mas. Aku udah nggak peduli lagi kamu mau ngancem aku kayak gimana, aku udah nggak takut kehidupan aku setelah ini bakalan kayak gimana, karena bagi aku hidup sama kamu itu sama kayak siksa neraka,” ucap Aisyah berlinang air mata.

“Sombong juga kamu, ya. Oke, kalau itu mau kamu, sekarang juga kamu kemasi barang-barang dari rumah aku. Tenang aja aku bakalan ngabulin semua permintaan kamu, setelah ini aku akan segera ngurus surat perceraian kita.”

            Aisyah yang sudah sesenggukan itu berjalan terhuyung-huyung untuk segera mengemasi barang-barangnya. Sementara itu, Bima segera menghampiri para tamu undangan untuk mencairkan suasana.

Jihan menghampiri Aisyah yang tengah sibuk mengemasi barang-barangnya, “Berani juga kamu ngambil keputusan ini, Ya. Aku akui kamu hebat, tapi kali ini aku yang menang! Baguslah kamu sadar kalau posisi kamu di sini sudah nggak dibutuhin lagi,” ucap Jihan merendahkan Aisyah.

“Ingat ya, karena ulah kamu tadi jangan harap setelah ini aku bakalan ngasi kamu harta gono-gini! Kamu udah nginjek-nginjek harga diri aku di depan banyak orang!”

“Maaf, Mas. Bahkan aku nggak sudi nerima sepeser pun dari kamu!”

“Dasar perempuan nggak tahu diri!”

“Bagus deh, kamu sadar diri lagian ini semua hasil kerja keras anak saya!” timpal wanita tua itu.

            Aisyah sudah siap dengan semua barang-barangnya, setelah tamu undangan pulang ia bergegas angkat kaki dari rumah yang telah menciptakan banyak kenangan buruk selama pernikahannya. Sampai detik ini Aisyah masih tampak tegar, sampai di mana ia mulai bingung harus melangkahkan kaki ke mana mengingat ia tidak pernah menceritakan semua masalah rumah tangganya dengan orang tuanya, air mata wanita malang itu pecah, mana mungkin Aisyah berani tiba-tiba pulang dengan keadaan seperti ini, ia takut akan membuat kedua orang tuanya sangat terkejut dan sakit hati mengetahui semua masalah ini.

Aisyah menangis tersedu dan nampak kebingungan, “Aisyah takut ya Allah jika harus menghadap orang tua dalam keadaan seperti ini, Bapak sama Ibu pasti bakalan shock. Ya Allah, aku harus ke mana sekarang?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status