Share

Meminta Cerai

Author: ARY
last update Last Updated: 2023-08-19 12:32:43

       Hari ini tibalah hari pernikahan Bima dan Jihan, sampai detik ini pun Aisyah si wanita malang itu masih terus menyembunyikan masalah rumah tangganya dengan kedua orang tuanya, tak sedikit pun ia bercerita tentang semua hal yang sudah terjadi.

“Kasian ya Aisyah, padahal dia masih hidup tapi suaminya malah nikah lagi.”

“Iya, kasian banget. Amit-amit deh bu, semoga suami-suami kita nggak ada ngelakuin aneh-aneh.”

“Katanya sih, denger-denger Bima nikah lagi karena si Aisyah mandul.”

            Desas-desus sekumpulan ibu-ibu yang datang ke acara pernikahan itu sedang menggosipkan Aisyah tak sengaja terdengar oleh wanita malang itu dan tak terasa air mata Aisyah terjatuh, bukan karena suaminya menikah lagi melainkan karena berita ia belum bisa mempunyai seorang anak sudah sampai ke telinga tetangga. Meskipun demikian, Aisyah tetap menabahkan hatinya hingga hari ini, ia masih tampak tegar membantu persiapan pernikahan suaminya sendiri, padahal bagi seorang istri menerima kenyataan suaminya menikahi perempuan lain adalah hal yang sangat menyayat hati.

            Bima dan Jihan sudah siap untuk melangsungkan pernikahan mereka, keduanya terlihat bahagia dengan pakaian pengantin serba putih. Setelah semuanya siap proses ijab kabul segera di mulai.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Bima Kusuma Wijaya bin Ahmad Tangkas Wijaya dengan anak saya yang bernama Jihan Sudirdja, dengan maskawinnya berupa 10 gram emas beserta uang sebesar dua puluh lima juta rupiah, dibayar tunai.”

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Jihan Sudirdja binti Dahlan Sudirdja dengan maskawin 10 gram emas beserta uang sebesar dua puluh lima juta rupiah, dibayar tunai,” ucap Bima dengan lantang tanpa keraguan sedikit pun.

“Bagaimana saksi? Sah?”

Semuanya serentak, “Sah.”

“Alhamdulillah.” 

Dengan begitu Bima dan Jihan sudah sah menjadi suami istri, di sisi lain Aisyah tampak menghela napas panjang kemudian berdiri, seketika semua tatapan orang-orang yang hadir dalam pernikahan itu tertuju pada Aisyah. Bima yang menyaksikan semua itu lantas menatap Aisyah tajam, keduanya saling beradu pandang dalam beberapa detik.

“Aku minta kamu ceraikan aku sekarang, Mas!” ucap Aisyah tegas.

Sejenak semuanya hening, Bima pun seketika terkejut dan langsung berdiri, ia menarik lengan Aisyah dan membawanya menjahui para tamu undangan.

“Kamu ini apa-apaan sih! Kamu sengaja ya ngerusak hari bahagiaku, hah!” ujar Bima marah.

“Aku udah nggak tahan, Mas! Sekarang intinya aku minta cerai dari kamu!”

“Kamu udah mempermalukan aku di depan banyak orang, jangan harap hidup kamu tenang setelah ini,” ancam Bima pada Aisyah.

“Kamu pikir hidup aku sebelumnya tenang-tenang aja sama kamu, Mas? Enggak…bahkan untuk napas aja rasanya susah, Mas. Aku udah nggak peduli lagi kamu mau ngancem aku kayak gimana, aku udah nggak takut kehidupan aku setelah ini bakalan kayak gimana, karena bagi aku hidup sama kamu itu sama kayak siksa neraka,” ucap Aisyah berlinang air mata.

“Sombong juga kamu, ya. Oke, kalau itu mau kamu, sekarang juga kamu kemasi barang-barang dari rumah aku. Tenang aja aku bakalan ngabulin semua permintaan kamu, setelah ini aku akan segera ngurus surat perceraian kita.”

            Aisyah yang sudah sesenggukan itu berjalan terhuyung-huyung untuk segera mengemasi barang-barangnya. Sementara itu, Bima segera menghampiri para tamu undangan untuk mencairkan suasana.

Jihan menghampiri Aisyah yang tengah sibuk mengemasi barang-barangnya, “Berani juga kamu ngambil keputusan ini, Ya. Aku akui kamu hebat, tapi kali ini aku yang menang! Baguslah kamu sadar kalau posisi kamu di sini sudah nggak dibutuhin lagi,” ucap Jihan merendahkan Aisyah.

“Ingat ya, karena ulah kamu tadi jangan harap setelah ini aku bakalan ngasi kamu harta gono-gini! Kamu udah nginjek-nginjek harga diri aku di depan banyak orang!”

“Maaf, Mas. Bahkan aku nggak sudi nerima sepeser pun dari kamu!”

“Dasar perempuan nggak tahu diri!”

“Bagus deh, kamu sadar diri lagian ini semua hasil kerja keras anak saya!” timpal wanita tua itu.

            Aisyah sudah siap dengan semua barang-barangnya, setelah tamu undangan pulang ia bergegas angkat kaki dari rumah yang telah menciptakan banyak kenangan buruk selama pernikahannya. Sampai detik ini Aisyah masih tampak tegar, sampai di mana ia mulai bingung harus melangkahkan kaki ke mana mengingat ia tidak pernah menceritakan semua masalah rumah tangganya dengan orang tuanya, air mata wanita malang itu pecah, mana mungkin Aisyah berani tiba-tiba pulang dengan keadaan seperti ini, ia takut akan membuat kedua orang tuanya sangat terkejut dan sakit hati mengetahui semua masalah ini.

Aisyah menangis tersedu dan nampak kebingungan, “Aisyah takut ya Allah jika harus menghadap orang tua dalam keadaan seperti ini, Bapak sama Ibu pasti bakalan shock. Ya Allah, aku harus ke mana sekarang?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status