Share

Pertengkaran Hebat

Author: ARY
last update Last Updated: 2024-02-15 21:48:17
“Jahat banget sih Mama kamu Mas!”

“Nggak sopan kamu ya! Kamu pikir kamu lagi ngomong sama siapa? Ini mertua kamu lo, sama halnya dengan orang tua kamu juga!” tuntutnya.

“Buat apa aku ngehargain mama? Sementara mama sendiri nggak pernah ngehargain aku, rasanya aku nggak pernah dianggep ada deh di rumah ini!” Jihan tak mampu membendung emosinya lagi.

“Jihan udah tolong!” Bima mencoba meredam emosi Jihan.

“Nggak bisa Mas! Ini udah keterlaluan namanya, kamu seharusnya belain aku dong bukan malah diem aja!”

“Ya aku juga tau ini keterlaluan tapi semuanya udah terjadi mau gimana lagi? Aku juga pusing mikirinnya!”

“Makanya Mas bisa tegas dong ke mama, jangan apa-apa dimaklumin mulu dan kamu nerima-nerima aja! Kamu ini kepala keluarga loh Mas, kamu jadi laki-laki punya prinsip dikit kenapa! Aku lama-lama juga capek sama kamu, ini yang Mas bilang udah berubah?” Jihan mulai muak.

“Kamu jangan nyalah-nyalahin aku mulu dong! Aku juga udah berusaha, lagian kan emang bener nasi udah jadi bubur
ARY

Hai readers >3 Sehat selalu ya! Di mana pun kalian berada, semoga Tuhan selalu menyertai langkah kalian :) Terima kasih sudah mampir dan terima kasih juga atas dukungannya untuk cerita ini! Happy reading love >3

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Semakin Erat

    “Arka sayangnya ayah udah makin gembul aja!” ucapnya sembari menimang Arkanza. “Iya dong, Arka kan anteng nggak rewel ayah!” timpal Aisyah. “Bersyukur banget Arka bisa pulih secepat ini, perkembangannya juga bagus. Arkanza pinter banget, ya!” “Iya Mas, aku malah suka nggak nyangka sekarang sudah ada Arka di tengah-tengah kita. Sekarang, kebahagian aku rasanya sudah cukup! Apa lagi ada kamu yang selalu nguatin aku di sini dan selalu ada di saat aku butuh, makasi ya, Mas!” “Terima kasih kembali, Mas juga mau mengucapkan hal yang sama ke kamu. Terima kasih sudah memberikan pelengkap bahagia kita.” Percakapan antara sepasang suami istri ini sangat menyentuh hati, keduanya saling memberikan perasaan tulus mereka ke satu sama lainnya. Tidak ada yang sandiwara, semuanya terlihat begitu alami kasih mereka membuat siapa saja yang melihatnya ikut terhanyut ke dalam cerita mereka. “Saya suka terharu kalau melihat mereka berdua, saya nggak nyangka putri semata wayang saya pada ak

    Last Updated : 2024-02-17
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Rumah Baru Kita

    “Beneran, Ma?” “Iya, bener. Tadi pagi Mama udah kena teror di telpon dia, katanya enak aja liburan tanpa aku!” tuturnya. “Ada-ada aja tuh anak! Baguslah kalau dia ada waktu ke sini jadi di sini makin rame, Aisyah jadi ada temen ngobrolnya lagi. Kebetulan besok kan rumah dinas Hendra juga sudah siap di huni dan lebih ramah untuk bayi ya jadi sekalian aja kumpul keluarga,” jelasnya. “Oh bagus dong! Jadi sekarang tinggal apanya saja?” tanyanya penasaran. “Tinggal bersih-bersih aja, Ma. Selebihnya, palingan tinggal pindah-pindahin barang sebagian,” jawab Hendra. “Ya sudah, Mama sama Papa ikut bersih-bersih sekalian sekarang gimana? Jadi kan besok enak tinggal langsung masukin rumahnya, istirahatnya jadi lebih cepat!” tawarnya bersemangat. “Makasi Ma! Tapi, nggak usah repot-repot karena Hendra sudah nyuruh orang buat bersihin. Mama sama Papa nggak usah capek-capek lagi,” jelasnya pada ibunya yang tengah bersemangat itu. “Yah, sayang dong! Padahal kan Mama masih bisa bantu, Hen!” Seke

    Last Updated : 2024-02-22
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Didatangi Debt Collector!

    TOK! TOK! TOK! [suara ketukan pintu yang terdengar begitu keras.] “Ya, sebentar!” jawab seseorang dari dalam rumah. Kreek [pintu dibuka] Ajeng memasang wajah kecut, wanita tua itu mengerinyitkan dahinya. Ia memandangi dua orang lelaki yang ada di hadapannya dengan saksama. Tampak lelaki berkepala botak, wajahnya dihiasi jambang serta berpakaian serba hitam sedangkan lelaki yang satunya wajahnya terlihat lebih bersih, ia mengenakan topi hitam lengkap dengan jaket jeans berwarna hitam pula. Kedua lelaki itu memasang wajah sangar. “Maaf, bapak siapa ya? Dateng-dateng ke rumah saya nggak sopan banget! Gedor-gedor pintu keras-keras, emang orang di rumah ini budek apa!” tukasnya kesal. “Orang di rumah ini bukan cuma budek tapi pikun!” balasnya kesal. “Udah nggak sopan, ngata-ngatain orang lagi! Nggak jelas banget, pergi sana!” usirnya. Wanita tua itu semakin kesal. “Oh nggak bisa! Ibu harus bayar dulu hutangnya!” pekiknya. DEG! Perasaan Ajeng tiba-tiba tak ka

    Last Updated : 2024-02-22
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Di Ambang Kehancuran!

    Jihan kembali masuk ke rumah, sementara Bima masih meratapi mobilnya yang baru saja diangkut penagih hutang. Lelaki itu hanya bisa meremas-remas rambutnya dengan kedua tangannya, keringat panas di siang hari menambah tampang kepenatan terpancar dari wajahnya yang lesu. “Kamu sih, sok-sokan gadein mobil terus sekarang gimana ini?” Bima mematung, ia tak menggubris sedikit pun perkataan ibunya. “Kamu sendiri kan sudah tau kalau gajihmu itu pas-pasan, kalau nggak bisa ya nggak usah dipaksa-paksain bisa, jadi gini kan akibatnya,” cecarnya. “BISA DIEM NGGAK!” pekiknya lantang. Bima sudah sampai dipuncak emosinya. Tubuh Ajeng reflek terkejut. “Apa-apaan sih kamu Bima, lagian kan ini bukan salah Mama!” ucapnya. Ia berusaha membela dirinya sendiri, sampai sekarang pun setelah kejadian miris ini terjadi sikapnya masih tak berubah sedikit pun. “Kenapa Mama nggak ngasi sisa uang mahar itu ke Jihan? Dan kenapa Mama nggak mau bantu Bima bayar hutang-hutang itu? Padahal

    Last Updated : 2024-02-26
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Bu Asih Hilang?

    “Assalamualaikum, Nenek Asih!” Aisyah kembali ke rumah bersama Arka untuk menengok ibunya, namun tak kunjung ada jawaban dari salamnya.“Assalamualaikum,” ucapnya sekali lagi, namun tak ada jawaban juga. Aisyah beralih ke kedai, barang kali ibunya ada di sana.“Assalamualaikum,” ucapnya.“Waalaikumsalam.” Akhirnya ada jawaban dari salam yang ia ucapkan, tetapi tampaknya yang menjawab bukan bu Asih.“Loh!” Aisyah terkejut, “Ibu ke mana Hilda? Kok kamu sendirian?” tanyanya kebingungan.“Loh!” Hilda memberikan respon yang sama, tampak seperti orang yang tak tahu menahu.“Kok malah kaget juga sih? Ibu Mana?”“Loh, maaf mbak. Bukannya bu Asih ke rumah mbak ya?” sahutnya balik bertanya.“Ibu dari tadi nggak ada mampir ke rumah, kok. Memangnya ibu nggak ada bilang mau ke mana?” Wanita itu mengerinyitkan dahinya, seraya terheran-heran.“Emmm, tadi pagi sih ibu cuma bilang mau pamit ke luar tapi ke luarnya ke mana saya nggak tau mbak! Ya, saya kira ibu ke rumah mbak,” j

    Last Updated : 2024-02-26
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Rindu Berat

    Bu Asih mematung, perlahan bulir-bulir air mata mengalir deras di pipinya. “Bu?” “Maafin Ibu, Nak! Maafin Ibu udah buat kalian semua khawatir. Ibu, Ibu nggak bermaksud demikian,” jelasnya dengan tatapan kosong. “Ya sudah, yang penting kan sekarang ibu udah ketemu. Lanjut ngobrolnya di rumah aja, ya! Pasti Ibu belum makan kan dari pagi?” ujar Hendra berusaha mendinginkan suasana. “Ibu pulang nanti aja, Ibu bisa pulang sendiri, kok. Kalian kan juga udah tau Ibu sekarang lagi di mana, mending kalian pulang duluan saja Ibu nanti menyusul,” ujarnya lesu. “Bu, jangan keras kepala begini dong! Ini udah siang Bu, di sini panas. Yaya nggak mau ya nanti Ibu malah nyiksa diri dan jadi sakit, kasian Bapak di sana liatin Ibu kayak gini!” bujuknya. “Tapi Ya, Ibu masih kangen sama Bapak!” kekehnya. “Bu, Yaya tau Ibu kangen sama Bapak tapi alangkah baiknya Ibu lebih banyak mengirim doa ke Bapak. Ibu, kalau kayak gini itu sama saja buat Bapak makin sedih lihat Ibu nyiksa diri! Emangnya Ibu mau B

    Last Updated : 2024-02-27
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Gajih Yang Tak Seberapa!

    ***“Hancur! Semuanya udah hancur!” Masih sepagi ini Ajeng sudah membuat ocehan yang tak jelas sedari tadi.“Apa lagi sih, Ma?” tanya Bima, ia sudah pusing melihat ibunya dari tadi mondar-mandir tak jelas.“Semua temen Mama udah tau kalau kita bangkrut!” jawabnya risau.“Ya terus emangnya kenapa? Lagian kan emang benar kan kita lagi bangkrut,” ujar Bima acuh.“Kamu itu memang nggak pernah mahamin perasaan Mama, ya! Pantes aja kamu nggak peduli tentang semua ini, sekarang kamu puas kan Mama udah dikeluarin dari grup arisan karena masalah ini!” tukasnya kesal.Bima mendengus, “Heh, baguslah! Lagian apa juga yang Mama mau banggain dari gabung arisan bersama teman-teman Mama itu? Memangnya Mama lupa ya dengan kejadian tempo hari? Mama bisa lihat sendiri kan gimana teman-teman Mama itu justru nggak ada satu pun yang naruh rasa simpati ke Mama tapi nyatanya semuanya sama-sama ngerendahin Mama dan menghina Mama di hadapan banyak orang!” jelasnya kembali mengingatkan.“Kamu!”“Ken

    Last Updated : 2024-02-27
  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kurang Bersyukur

    ***“Ini, kamu simpen dulu! Siapa tau nanti ada keperluan mendadak kamu bisa pakek ini dulu soalnya aku nggak mau ribet kamu ngoceh-ngoceh ke aku jadi sebelum itu terjadi aku kasi ke kamu duluan,” jelasnya. Bima memberikan sebuah amplop ke Jihan. Jihan menerimanya dan gegas membuka amplop tersebut, awalnya wajah Jihan terlihat sedikit senang. Namun, setelah ia membuka amplop tersebut dan melihat isi di dalamnya wajahnya sontak berubah masam.“Segini doang, Mas?” tanyanya meyakinkan.“Itu juga udah banyak.”“Banyak dari mananya Mas? Ini cuma segini doang!” protesnya tak terima.“Segini doang kamu bilang? Harusnya tu kamu ngucapin terima kasih kek ke aku, meskipun segitu, itu kan hasil kerja keras dari suami kamu sendiri! Hargain dikit, dong.” Bima kesal.“Ya aku tau! Tapi masalahnya adalah dengan uang segini aku bisa apa, Mas? Belum lagi beli keperluan Kiara sekolah dan sekarang keperluannya makin banyak, Kia kan sekarang udah naik kelas jadi semua keperluan sekolahnya itu

    Last Updated : 2024-02-27

Latest chapter

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Keteguhan Hati Aisyah [TAMAT]

    ***“Nak, semoga kamu nggak dendam sama Ibu ya. Ibu ngelakuin ini demi kebaikan kamu, Ibu nggak mau kamu sampai tahu kelakuan Ayah kandung kamu seperti apa, Ibu takut kamu kecewa berat Nak.” Aisyah berpikir keras. Aisyah masih meratapi nasibnya serta anaknya, ia takut tentang ke depannya akan ada masalah yang datang hingga menyangkutpautkan masa lalunya kembali dengan Bima dan Aisyah tidak akan pernah rela bila Arkanza terlibat di dalamnya. Wanita itu takut jika anaknya akan memiliki ingatan kelam tentang kedua orang tuanya terutama sesosok ayahnya yang begitu keji terhadap ibunya dan dirinya.“Ayo Nak, kita pergi sebelum ayah kamu dateng.” Aisyah tampak berkemas, ia pergi membawa Arkanza.* Jantung Aisyah berdegup kencang, tangannya gemetar, keringat pun membasahi keningnya. Langkahnya tampak berat.“Hahhh, bismilah ya Nak semoga ini sudah memang keputusan yang baik buat kita semua.” Aisyah berusaha meyakinkan dirinya.“Ada yang bisa dibantu ibu?”“

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pelengkap Kebahagiaan

    ***“Arka sayang, Ibu udah lama sekali nggak lihat wajah kamu ini! Ibu kangen Nak, Ibu khawatir sama kamu sayang. Kamu pasti selama ini haus banget ya Nak,” ucapnya penuh kasih. Setelah sekian lama, akhirnya Aisyah kembali merasakan kehangatan tubuh bayi mungilnya. Ia terpaksa tak menjalankan peran seorang ibu untuk beberapa waktu yang lumayan menyiksanya, wanita itu tampak sudah sangat lelah dengan kejadian yang telah terjadi. Sangat menguras emosi dan perasaan seorang ibu.“Nanti tunggu Ayah pulang ya Nak, kita jalan-jalan ke rumah Nenek semuanya sudah nungguin kamu di sana, mereka kangen sekali dengan kesayangan mereka. Kamu anak yang kuat sayang, terima kasih ya sudah bertahan sejauh ini, anak Ibu pintar sekali.”“Assalamualaikum,” ucap seseorang dibalik pintu.“Waalaikumsalam, eh Mas. Kamu udah pulang rupanya.”“Iya, Ya. Halo anak Ayah, Ayah kangen Nak!” ucapnya lembut.“Ganti pakaian dulu Mas, makanan udah aku siapin di meja.”“Iya sayang, makasi ya.” Akh

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Tewas Mengenaskan

    ***“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, kasian sekali. Di mana keluarganya Ya Allah?”“Sudah berumur, seharusnya dijaga dengan baik! Anak-anaknya ke mana?”“Sepertinya ibu ini sudah bingung karena faktor umur, kasian sekali!” Di ujung jalan besar tampak terjadi insiden yang menggegerkan orang sekitar hingga menimbulkan kerumunan. Bercak darah berlumuran di jalan, sepertinya terjadi kecelakaan. Mobil ambulance dan polisi segera datang, kondisi korban sudah sangat memprihatinkan dilihat dari kondisi badannya sepertinya sudah tak bernyawa. Kepalanya terus mengeluarkan darah dan terdapat beberapa luka dibagian kaki serta tangannya, ia sudah tak sadarkan diri. Petugas segera melarikannya ke rumah sakit.“Ih, serem banget!” tukas orang yang lalu lalang.*“Apakah korban telah berhasil di identifikasi?”“Belum berhasil pak, kami cukup kesulitan karena tanda pengenal korban tidak ditemukan saat di lokasi kejadian. Namun, karena korban saat ditemukan mengenakan pakaian pasien kemu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pasal 328 KUHP [Hukuman 12 Tahun Penjara]

    “Bima!” Lelaki itu lekas memalingkan pandangannya, Aisyah menghampiri Bima-mantan suaminya.“Tega kamu Bima! Kamu pikir apa yang kamu lakukan ini sudah akan menguntungkan kamu? Sampai segitunya kamu terobsesi ingin memiliki dia, Arka itu darah daging kamu bisa-bisanya kamu nyakitin dia,” tukasnya kesal.“Gua nggak pernah nyakitin dia, lu yang rebut Arka dari gua Aisyah! Mungkin kalau lu nggak misahin gua dengan dia gua nggak bakalan berbuat nekat kayak gini!” bantahnya.“Apa? Aku nggak salah denger Bima? Bukan aku yang jauhin kamu tapi kamu yang nggak pernah mau nganggep dia sebagai anak kamu, kamu lupa ya gimana biadabnya kamu ngusir aku sama almarhum ayah aku saat itu … saat itu aku ngemis dihadapan kamu Bima! Tapi apa kata kamu dan keluarga kamu justru malah nuduh aku dan menghina aku, dan kamu malah memilih menikah dengan perempuan lain yang kamu anggap bakalan bisa ngasi kamu keturunan karena kamu nuduh aku mandul kan!” ucapnya geram.“Ya itu kan dulu! Karena aku mema

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Kehancuran Di Depan Mata!

    *“Jadi di sini kamu sembunyikan anak saya!” ucap Aisyah geram.“Sabar ya.” Hendra berusaha menenangkan. Polisi mengerahkan seluruh pasukannya untuk mengepung tempat persembunyian Bima, tentunya ini menjadi bagian yang sangat menegangkan mengingat lelaki bejat itu bisa saja nekat melakukan sesuatu yang bisa membahayakan nyawa Arkanza.TOK! TOK! TOK! Polisi berusaha mengetuk pintu rumah, mereka berharap Bima bisa ditangkap dengan mudah.“Permisi! Bapak Bima, kami ada urusan penting dengan anda!” Tampak seperti tak ada siapa pun di dalam rumah. Tidak ada suara sahutan seorang pun.“Permisi!” Polisi masih terus mencoba. Sementara itu di dalam rumah, Bima, Jihan dan Kiara tengah makan bersama di meja makan. Mereka rupanya mendengar suara sayup-sayup dari luar.“Siapa Mas? Perasaan seperti manggil nama kamu!” ucapnya penasaran.“Mana aku tau!”“Kamu buat masalah lagi ya? Atau kamu ada ngutang lagi? Jangan-jangan itu debt collector yang waktu

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Titik Terang

    ***“Gimana Mas?” tanya Aisyah penuh harap. Hendra terkulai, ia tampak lemas. Napasnya terengah-engah dengan keringat mengucur dari dahinya. Dokter itu kelelahan.“Nggak ketemu Ya, maafin Mas ya. Mas juga udah usaha keras buat nemuin anak kita,” jelasnya lesu.Aisyah menarik napas dalam, “Hah, gimana ya Mas? Aku juga bingung harus gimana lagi, aku tau kok Mas, Papa sama Mama juga udah usaha keras buat nemuin anak kita tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaan aku.”Hendra meraih tubuh istrinya, ia memeluk tubuh Aisyah erat. Mereka berdua berakhir menangis bersama.Drrttt! Drrrttt! Drrrrt! [gawai Hendra berdering]Hendra gegas mengusap air matanya dan segera meraih gawainya.“Ha-halo,” jawabnya terbata.“Halo, selamat siang. Dengan bapak Hendra?”“Siang, iya dengan saya sendiri. Ada apa ya Pak?”“Baik, bapak Hendra kami dari kepolisian maksud menelpon bapak izin memberitahukan informasi terkait pencarian putra bapak!” jelasnya.DEG!!! Dada Hendra terasa b

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Alasan Tak Berdayanya Jihan

    ***“HAH! BERISIK!” pekik Jihan keras. Wanita itu merasa muak mendengar tangis Arkanza tanpa henti. “Bisa diam nggak sih! Gua itu udah pusing mikirin urusan rumah sama bapak lu yang sampai sekarang nggak pulang-pulang, lu nggak usah lagi nambahin beban gua ya!” Jihan tampak stress, penampilannya awut-awutan. Seharian dia hanya menaruh perhatian penuh pada Arkanza karena takut dengan ancaman Bima jika ia pulang ke rumah.“Ma, aku lapar! Aku mau makan, Ma!” rengeknya.“Sabar sayang, Mama lagi sibuk ini!” sahutnya sembari sibuk menenangkan Arkanza yang tangisnya makin keras.“Mama nggak sayang sama aku lagi! Katanya adik itu bukan adik aku tapi Mama lebih sayang sama dia, dari tadi sama adik itu mulu!” keluhnya merasa tak dipedulikan. Jihan yang mendengar perkataan anaknya yang demikian lantas tertegun, ia tak menyangka jika ia harus menempatkan anaknya mengalami perasaan demikian. Tubuhnya melemas, wanita itu tak berdaya.“Sayang, maafin Mama Nak. Ini semua salah

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Hari Kedelapan

    ***“Mas, aku udah nggak berdaya lagi. Ini sudah delapan hari berlalu tapi Arka anak kesayangan aku nggak ketemu-ketemu. Apa Arka baik-baik aja Mas?” Aisyah tampak sedikit putus asa.“Aisyah, Mas tau kalau kamu khawatir dan juga rindu dengan Arka … kita semua juga merasakan hal yang sama. Kita usaha kuat dan sabar dulu ya, Mas yakin Arka pasti ketemu dan baik-baik aja sekarang.”“Mas, kok kamu bisa setenang ini sih Mas?” tanyanya. Sepertinya Aisyah sedikit kesal dengan suaminya itu karena Hendra tampak begitu tenang di tengah keresahan Aisyah yang sudah memuncak.“Aisyah sayang, meskipun kamu lihat Mas tenang itu semua tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Mas hanya sedang berusaha kuat untuk kamu dan tentunya buat anak kita juga … seperti yang Mas bilang tadi kita semua sedang merasakan hal yang sama. Kamu percaya kuasa Allah kan? Kita serahkan semuanya sama yang di atas, kita mohon petunjuk dan memohon agar Arkanza segera ditemukan,” ucap Hendra berusaha menenangkan. Dalam kondisi in

  • DIMADU KARENA DIFITNAH MANDUL   Pencarian

    “Terus aja kamu ungkit-ungkit!”“Ya kan emang kenyataannya kayak gitu! Kenapa kamu mau nyangkal yang jelas-jelas udah faktanya?” Bima pergi ke kamar begitu saja, ia tampak seperti orang yang kalah berdebat.**TOK! TOK! TOK! Jihan menggedor pintu kamar dengan keras.“Kenapa sih kamu berisik banget dari tadi? Kalau Arka bangun gimana? Aku udah susah payah nidurin dia!” Bima tampak kesal.“Enak banget ya kamu Mas, kerjaannya cuma leyeh-leyeh doang di rumah. Kerja enggak, bantu beres-beresin rumah juga enggak!”“Jaga ya mulut kamu Jihan, aku kan lagi ngerawat anak aku!”“Alasan kamu itu aja ya Mas, kayak nggak ada yang lain, perasaan kalau anak kamu itu nangis juga ujung-ujungnya kamu manggil aku kan. Mending besok kamu kerja deh Mas, ini beras udah mau habis! Kalau kita kayak gini terus lama-lama bisa mati kepalaran di sini. Mending kita balik aja ke rumah yang dulu, setidaknya kalau kita mati masih mati dengan tenang di rumah mewah bukan di kontrakan kumuh ini!”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status