Share

Benci

Aku menatap Mas Arsya dengan pandangan yang sudah memburam. Kaca-kaca di mata ini perlahan penuh dan mengumpul menjadi kristal hangat, lalu terjun tanpa perintah membuat parit kecil di pipi. Rasanya begitu sesak mendengar kenyataan dengan cara seperti ini.

Bukan masalah Mas Danu kakak kandungku atau bukan. Namun, rasa yang dia simpan untukku yang membuat hati ini justru timbul kekecewaan. Pantas saja sejak dulu, Mas Danu selalu menjaga jarak denganku ketika sudah berwudu. Rupanya, itu alasannya.

Mas Arsya menggeleng sembari mengusap wajahku dengan telapak tangan. "Jaga emosi, Sayang."

Aku lantas menghambur dalam pelukan Mas Arsya. Saat satu masalah selesai, kenapa ada masalah lain yang datang tanpa jeda?

"Kita masuk, bicarakan baik-baik," ajak Mas Arsya beberapa saat kemudian. Dia melerai pelukan perlahan.

Aku menggeleng pelan, lalu berkata, "Aku ikut Mas Arsya saja sekarang. Aku nggak mau di sini."

Mas Arsya tersenyum dan kembali mengusap wajahku dengan lembut. Dia lantas menguca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status