"Kemana motor yang ku bawa tadi, perasaan di sini?!" Sarah seketika menjadi sangat panik sekaligus bingung saat menyadari motor milik cafe yang di tinggalkannya tidak ada di tempat semula. Sarah memang membiarkannya tergeletak begitu saja di luar gerbang. Tapi, ini komplek elit, pengawasannya sangat ketat tidak mungkin rasanya ada orang yang datang ke sini untuk mencuri.
Al mengerti apa yang membuat Sarah kebingungan. Al pun segera menghampirinya dan berucap, " tadi manager kamu menelpon saya pas kita di butik, katanya motornya mau di pake makannya di ambil. Saya minta maaf karena lupa menyampaikannya sama kamu," jelas Al. Kemudian ia melajukan kembali mobil nya memasuki pekarangan rumah.Sarah segera mengejar mobil Al, "Huuh, padahal cuma lewat gerbang doang, tapi kok rasanya cape, ya!" keluh Sarah begitu ia sampai di samping mobil Al."Kenapa kamu mengikuti saya lagi?, bukankah urusan kita hari ini sudah selesai ?""Tapi kan pak, motor yang saya tadi gunakan sudah tidak ada. Ini semua karena bapak, dan sekarang saya tidak bisa kembali ke cafe. Mana jarak dari sini ke cafe jauh banget," ucap Sarah frustasi.Al pun turun dari mobilnya dan dengan santai berkata, "bukankah kamu bilang sudah terbiasa jalan kaki?""Iya sih pak, tapi kalau jaraknya jauh kaya gini mah mana mungkin saya mampu?""Itu urusamu. Lyla ayo kita masuk, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun," ajak Al pada ponakannya tanpa memperdulikan Sarah."Aneh banget sih, ada kaya pak Al. enggak punya rasa kasihan sama sekali, masa aku kaya di kisah wanita tersakiti, yang pulang hujan-hujanan setelah di usir suami, mertua dan pelakor," gumam Sarah seraya menatap Al dengan pandangan kesal."Ih, kok om jahat sih. Ngebialin olang di lual sendilian, apalagi sebental lagi hujan, kan kasihan kak Salahnya!" teriak Lyla seraya melepaskan diri dari gendongan Al lalu menghampiri Sarah yang berjalan ke arah luar gerbang. Lalu Lyla pun mengajaknya masuk ke dalam rumah."Ayo kak, ikut Lyla. Sekalang mah Lyla enggak mau main sama om lagi. Om mah jahat sama pelempuan, hm," bentak Lyla seraya memalingkan wajahnya dari Al membuat Sarah terkekeh.Begitupun dengan Al. Ia tampak menatap tak percaya pada ponakan satu-satunya. Ia susah payah menahan tawa. Tapi rasa heran lebih dominan. Bagaimana bisa, Lyla selalu membelanya selama ini tak peduli ia benar atau sala. Bahkan saat Al berhadapan dengan orang tuanya sekalipun. Tapi sekarang lihatlah!."Ada apa sebenarnya?, apa karena Sarah yang istimewa," batin Al bermonolog. Al pun segera mengikuti keduanya masuk ke dalam rumah.Sedangkan Sarah, ia begitu terpukau saat pertama kali melihat rumah Al."Wah ternyata dalamnya lebih mewah. Ini sih benar-benar istana," gumam Sarah.Terlihat beberapa orang berlalu lalang mengerjakan pekerjaannya masing-masing.Saat pandangan Sarah mengitari sekitar, penglihatannya tak sengaja menangkap sebuah foto keluarga dengan ukuran yang cukup besar terpajang indah di dinding ruang tamu.Di foto tersebut terpangpang suami istri beserta kedua anaknya tersenyum hangat melihat ke arah kamera. Di sebelah kanan terdapat seorang anak laki-laki berusia sekitar tujuh tahunan. "Sepertinya itu tuan Al, ternyata ia tampan sejak kecil," gumam Sarah.Dan di sebelah kiri, di samping Al adalah sosok anak perempuan. Seorang gadis cantik berusia sekitar lima belas tahunan. "Tapi tunggu dulu, sepertinya aku pernah melihat wanita yang di foto itu?, meskipun sekarang terlihat lebih dewasa, tapi wajahnya sama persis. Aku yakin mereka wanita yang sama, tapi di mana aku melihatnya?" lirih Sarah. Saat ia berusaha mengingat-ngingat, tiba-tiba saja seseorang mengagetkannya dari arah belakang."Kak Salah... " panggil Lyla. Sarah tampak terkejut."Eh, iya Lyla, maaf tadi kak Sarah lagi liatin foto perempuan yang dekat om Al. Tuh. Cantik banget kan?" ucap Sarah seraya menunjuk foto yang ada di dinding."Ohh... itu mama Lyla sebelum menikah. Tapi, kenapa enggak ada Lyla ya di sana?" tutur Lyla. Mendengar itu Sarah terkekeh."Ih kak Salah malah ketawa, ayo ikut Lyla ke Kamal Lyla!" ujar Lyla seraya menarik tangan Sarah. Sarah pun langsung mengikuti gadis kecil di depannya."Ini kamal Lyla, biasanya Lyla tidul sama kak Ayu. Tapi, kak Ayu nya pulang kampung. Katanya mau nikahan," ucap Lyla panjang lebar."Kak Salah mau kan tinggal disini sama Lyla?" tanya Lyla kemudian."Wah kamar Lyla besar banget, bagus lagi. Kak Sarah sebenarnya pengen banget tinggal di sini. Tapi, kalau kak Sarah tinggal sama Lyla, ayah ka Sarah kasihan tinggal sendiri, gimana dong?" jawab Sarah sekaligus meminta solusi pada Lyla dengan mimik wajah terlihat sangat bingung."Ya udah enggak apa-apa kalau begitu, kasihan ayah kak Salah," jawab Lyla.Jam di dinding menunjukkan pukul empat sore. Sarah kelihatan bingung. "Ya ampun, kenapa aku baru ngeh, gimana nanti kalau pak Dito marah sama aku?" lirih Sarah."Tapi ini kan karena pelanggan VVIP nya. Tapi kan, fitting baju itu termasuk urusan pribadi?. Sudahlah. Gimana nanti aja. Yang terpenting sekarang, bagaimana caranya supaya aku bisa kembali ke cafe?" gumam Sarah."Lyla tahu kak Salah pasti lagi bingung, kan? Tunggu di sini sebental ya, ental Lyla balik lagi ke sini," ucap Lyla. Lyla pun segera berlari keluar kamar menuju lantai dua."Kamu belum juga berganti pakaian?" tanya wanita bermasker itu seraya menatap Sarah dari atas sampai bawah. "Maaf, sepertinya saya tidak bisa mengganti pakaian saya saat ini," jawab sarah. "Karena itu saya meminta bantuan mbak ini saja untuk mengantarkannya," lanjutnya lagi. "Maaf mbak, tapi saya masih banyak pekerjaan di belakang," tutur art lalu buru-buru pergi dari hadapan Sarah. "Saya mengerti, kamu tidak bisa memakai satupun pakaian yang ada di sini, kan?" tanya wanita bermasker itu lagi. "Tunggu sebentar," tukas wanita itu. Ia kemudian mengutak-atik ponselnya, lalu memanggil seseorang di sebrang sana. Lalu sedikit menjauh dari arah Sarah berdiri. "Iya, buruan carikan pakaian terbaik yang cocok di padukan dengan hijab." Samar-samar Sarah masih mendengar wanita itu berbicara pada pria di sebrang sana. "Baju terbaik yang cocok di padukan dengan hijab? Apakah itu untukku?" ucap Sarah dalam hati. Tidak lama kemudian, wanita itu menutup telponnya lalu kembali menghampiri
"Tuan?" Sarah memanggil tuannya ragu-ragu. "Apa lagi Sarah? Haruskah saya memanggil security untuk menyeretmu keluar dari ruangan saya?" Al sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Sungguh Al merasakan getaran aneh itu semakin menjadi kala mendengar suara Sarah. "Pintunya tuan, terkunci," lirih Sarah. Mendengar itu, Al menyugar rambutnya kasar. Sesaat kemudian, ia mengutak-atik ponselnya dan pintupun terbuka. Sarah pun segera keluar dari ruang kerja Al. *** "Ya ampu Sarah, kenapa kamu tampak berantakan sekali nak, apa yang telah tuan lakukan padamu? Apa ada yang luka?" mbok Fatma melayangkan pertanyaan beruntun ketika Sarah akan memasuki kamarnya. Ia begitu panik ketika melihat Sarah dengan keadaan yang kacau. "Sarah baik-baik saja, mbok. Sarah hanya butuh istirahat sebentar," jawab Sarah lirih dengan wajah tampak lesu. "Baiklah nak, istirahatlah. Tapi setelah kamu sarapan," tukas mbok Fatma. Ia pun segera bergegas hendak ke dapur. Tapi Sarah mencegahnya, "Tidak mbok, nanti saja
Sarah tahu betul wanita di foto itu adalah dirinya."Kenapa kamu masih berdiri di sana? Apa saya memintamu ke sini untuk menjadi pajangan?" suara yang berasal dari pertanyaan Al mengagetkan Sarah hingga ia tergagap."Bukan tuan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sarah. Ia pun segera pergi dari ruang kerja Al."Aku yakin sekali, itu adalah foto ku. Pria di foto itu juga, aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Aku yakin, foto itu adalah salah satu alasan di balik kebencian tuan Al padaku," ucap Sarah dalam hati. Ia memikirkan foto yang baru saja di lihatnya sepanjang jalan. "Sarah!" teriak Al. Pagi-pagi sekali Al sudah berteriak memanggil Sarah. Bahkan suaranya memenuhi ruang tamu. Mbok Fatma yang kebetulan sedang memotong sayuran untuk sarapan langsung menghampiri Al."Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya mbok Fatma ketika berada di hadapan Al."Maaf mbok, tolong panggilkan Sarah dan suruh ia untuk datang ke kamar saya," jawab Al. Setelah memberi pe
Mobil yang di tumpangi Sarah akhirnya sampai di kediaman Al. Begitu ia melangkah memasuki rumah, mbok Fatma langsung menghampiri nya seraya memeluknya. Mbok Fatma tampak menitikkan air mata."Mbok kenapa menangis?" tanya Sarah heran. Ia menepuk pelan punggung mbok Fatma."Tuan Al telah memperlakukan non dengan tidak baik. Tuan bahkan memindahkan non ke kamar gudang dan menjadikan non pelayan seperti kami," tutur mbok Fatma mulai terisak."Terimakasih mbok, atas keprihatinan mbok terhadap Sarah. Tapi percayalah sama Sarah, Sarah baik-baik saja," tutur Sarah seraya tersenyum ke arah mbok Fatma setelah mbok Fatma melerai pelukannya. Mbok Fatma pun mengusap air matanya di bantu Sarah."Jujur saja, Sarah kaget pas tiba tiba mbok meluk Sarah sambil nangis. Sarah khawatir mbok kenapa kenapa," ucap Sarah kemudian. Mbok Fatma pun memapah Sarah menuju kamarnya.Semua menu makan malam telah tersaji di meja makan."Non Sarah, ayo makan malam dulu. Mbok baru saja habis dari kamar tuan. Sepertinya
Sarah beralih melihat ke arah suara. "Pak Al?" lirih Sarah.**Pria misterius itu segera berlari menuju tempat parkiran. Baru setelah sampai di mobil, pria itu bernapas lega.'Drrtt' ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Pria itu pun segera mengangkatnya.""Hallo bu bos," ucap pria itu begitu panggilan tersambung."Bagaimana Parman? Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di sebrang sana memaanggil pria misterius itu yang ternyata bernama Parman."Maaf bu bos, wanita yang bersama gadis itu selalu berhasil menggagalkan rencana saya," jawab Parman."Tapi bu, kalau saya melakukan rencana saya ketika wanita paruh baya yang menjaganya, kemungkinan besar saya akan berhasil," lanjut Parman lagi."Saya sengaja mengatur semua ini, karena wanita itulah yang di curigai Al. Kalau kamu berhasil mencelakai gadis cilik itu di bawah penjagaan wanita desa itu untuk yang ke sekian kalinya, pasti Al akan mengira bahwa kamu suruhannya," tutur wanita di sebrang sana panjang lebar."Pokoknya bagai
Sarah kemudian menghampiri Lyla."Cepat sembuh, sayang," tutur Sarah seraya mengusap pucuk kepala Lyla lalu menciumnya."Kakak tinggal beli sarapan dulu ya, sebentat. Soalnya tadi kakak buru-buru jadi belum sempat sarapan," ucap Sarah. Setelah itu, ia beranjak dari samping Lyla. Sarah menutup pintu dengan ruangan Lyla dengan rapat."Hahaha... akhirnya tuh cewe keluar juga. Dasar cewe sialan! Selalu membuat rencana saya gagal semua! Kamu lihat, Kali ini tidak akan ada yang bisa menggagalkan rencana saya. Karena kali ini... " gumam seorang pria seraya keluar dari persembinyiannya. Ia melangkah perlahan ke arah ruangan Lyla berada. Pria itu tampak sudah lengkap dengan pakaian khas perawat. Karena itu, tidak ada yang mencurigainya."Maaf, kamu mau kemana? Bukankah pasien yang di rawat di ruangan ini baru saja selesai pemeriksaan setengah jam yang lalu," ucap salah satu perawat yang tidak sengaja berpapasan dengan pria yang sedang menyamar."Memang benar, tapi dokter meminta saya untuk me