LOGINJika cinta yang datang padamu sudah tak sempurna lagi, masihkah kau mau menerimanya? Damian Anderson, tak pernah menyangka sama sekali hidupnya akan berubah 180 hanya dalam semalam. dalam semalam dirinya menjadi orang lumpuh yang paling mengerikan dirinya menjadi penjahat yang melenyapkan nyawa kekasihnya sendiri, Bianca. Dirinya yang dulu penuh percaya diri, kini hanya tinggal bayangannya. dirinya yang sekarang hanya terbelenggu dalam luka. tak ingin berobat, tak ingin melakukan apapun. hanya pasrah menunggu maut menjemput dan mengantarkan dirinya kepada sang kekasih, Bianca. Hidupnya yang suram perlahan Berubah setelah kehadiran Meisya. perempuan yang terpaksa dirinya terima sebagai istri karena desakan sang ibu. seorang perempuan yang keras kepala dengan makeup tebal yang katanya menyimpan rahasia dibaliknya. Perempuan yang terlihat tangguh, namun penuh dengan luka. Pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang manis di awal. Damian menolak membuka hatinya. Ia berusaha menghindari dan bersikap dingin pada Meisya. Namun, semua usahanya sia-sia. Pesona Meisya terlalu kuat. nyatanya tembok yang ia pasang membuatnya kesulitan sendiri. Hingga akhirnya ia menyerah dan membiarkan Meisya masuk kedalam hatinya. Membiarkan Meisya menambal setiap luka yang pernah dimilikinya. Damian menyerah, Damian perlahan mencintai Meisya. Namun, kebahagiaan seakan enggan berpihak pada Damian. Baru saja ia memutuskan untuk membuka hati dan merasakan kembali apa itu cinta. kini rumah tangganya diguncang oleh masa lalunya yang kembali hadir tanpa peringatan. Semua yang ia bangun bersama Meisya perlahan runtuh satu persatu. Sanggupkah Damian dan Meisya membangun kembali rumah tangga mereka yang hampir hancur?
View More“Damian, hentikan mobilnya! Aku mau turun di sini.” Bianca berteriak suaranya terdengar parau, air matanya sudah menggenang namun enggan menetes. Ia takut melihat Damian yang mengemudi seperti orang kesetanan
“Tidak sebelum kau menarik permintaan putus sialanmu itu.” hujan deras menghantam kaca mobil. Pandangan Damian mengabur meski wiper sudah bekerja keras, meski sudah begitu ia tetap tidak mengurangi kecepatannya
“Damian, dengar! Kita berdua tidak cocok.” Bianca sudah muak.
“Tidak cocok, katamu?” Damian tak percaya dengan apa yang dikatakan Bianca, rahangnya mengeras, ia mencengkram erat setir hingga buku tangannya terlihat memutih.
“Kau baru mengatakan itu setelah lima tahun bersamaku,” lanjut Damian.
“Cukup Damian. Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi. Turunkan aku disini.”
“Tidak akan. Entah itu putus darimu atau menurunkanmu di tengah jalan, aku tidak akan melakukan keduanya. Kau harus tetap berada disisiku.”
“Kau gila Damian.”
“Aku lebih suka dipanggil gila olehmu daripada harus melepasmu Bianca.”
“Kubilang, turunkan aku!” Bianca berteriak emosi pada Damian.
“Tidak akan,” jawab Damian singkat.
“Turunkan aku!” Bianca berteriak.
Tangan Bianca menarik paksa tangan Damian yang sedang menyetir. Mobil oleng sesaat, namun masih bisa Damian kendalikan meski pandangannya masih tertutup oleh derasnya hujan.
“Bianca kau gila!” Damian membentak Bianca, namun Bianca tetap melanjutkan aksinya menarik setir mobil dan meminta untuk diturunkan.
“Bianca hentikan! Apa kau mau membunuh kita berdua?” Bianca tidak memedulikan peringatan Damian.
Mobil oleng, ban mobil menggilas jalan yang dipenuhi dengan genangan air membuat mobilnya semakin sulit dikendalikan. Tiba-tiba Damian melihat siluet dua pejalan kaki yang menyeberang jalan. Mata Damian membulat sempurna.
“Sial!” Damian berusaha menginjak rem sedalam mungkin, namun itu sia sia saja, mobilnya sudah kehilangan kendali.
Brakkk
Aargh!
Teriakan ibu dan anak perempuannya itu terdengar begitu pilu ditengah derasnya hujan, tubuh keduanya terpental cukup jauh hingga ke trotoar jalan. lalu…
Daarrrr
Bagian depan mobil menghantam tiang listrik yang terbuat dari beton dengan keras. bagian depan mobil mengalami kerusakan parah terutama bagian pengemudi. Bodi mobil penyok, percikan listrik menyambar dari kabel-kabel mobil yang terputus.
“Arrgghhh.” Damian menjerit kesakitan kakinya terjepit bodi mobil yang penyok. napasnya terputus-putus, dadanya sakit terhantam stir mobil. Sementara itu dibangku penumpang, Bianca suddah tak sadarkan diri dengan darah segar yang mengalir dari kepalanya.
“Bi … Bianca.”
Tangan Damian terulur untuk menggapai Bianca kekasihnya, Bianca kesayangannya. Namun perlahan kesadarannya semakin menipis kepalanya berdenyut nyeri mengeluarkan darah segar. Belum sempat Damian menyentuh Bianca, kegelapan sudah menyapanya terlebih dahulu. Damian tak sadarkan diri.
Tak lama setelah kecelakaan itu sebuah mobil mewah berhenti seorang pria berjas rapi turun dari sana. Ia tampak mengamati pemandangan menyedihkan di depannya dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Ia menghela napas dan merogoh saku jas mewahnya. ia mengeluarkan ponsel mahalnya kemudian menekan beberapa angka di sana dan kemudian berlalu pergi. Tak lama setelah itu suara sirine yang meraung-raung datang menghampiri lokasi kejadian.
Delapan Bulan Kemudian.
“Menikahlah Damian!” perintah Sam Anderson, ayah Damian sambil menyesap kopi hitam miliknya.
“Jangan mengada-ada Ayah. sudah kubilang aku tidak akan menikah. bagiku, hanya ada Bianca seorang.” Damian meletakkan cangkir kopinya secara kasar di atas meja pertanda moodnya memburuk. Suasana ruang keluarga itu jelas sedang tidak bersahabat.
“Jadi, jangan memaksaku lagi karena aku akan tetap setia pada Bianca,” lanjut Damian
“Kau pikir, aku akan berbuat seperti ini, jika aku tidak terdesak?” Sam menatap tajam tepat dimata Damian.
“Kau tidak lihat? mamamu menolak operasi jantung kalau kau masih enggan menikah. kau yakin, akan melihat ibumu mati begitu saja?” Damian melirik ke arah Nia ibu sambungnya, hatinya jelas tercubit ketika mendapati senyum lemah dari ibunya. sebuah senyum yang seakan memaksa dirinya untuk berkata “iya”, Namun ia mencoba mengeraskan hatinya dan kembali menolak.
“Damian. mama mohon, menikahlah nak. ibu hanya ingin melihatmu punya pendamping sebelum ibu pergi.” Damian hanya bergeming mendengar perkataan ibunya, kedua tangannya meremas roda kursi rodanya yang sudah menemaninya delapan tahun terakhir.
“Aku tetap pada pendirianku, ma. Bagiku pernikahan hanya akan mengkhianati Bianca.
“Sampai kapan … Sampai kapan kamu akan menjaga kesetiaanmu pada orang yang telah meninggal?” pertanyaan Nia itu tepat menyentuh luka Damian.
“Bianca belum mati, Ma, jasadnya tidak pernah ditemukan. itu artinya dia masih hidup.” emosi Damian memuncak.
“Berhenti mengaturku, Ma. Anda bahkan bukan ibu kandung saya.”
“Damian! Jaga bicaramu.” Sam membentak Damian karena telah berani kurang ajar.
Damian beranjak pergi dari ruangan yang menyesakkan itu. namun dorongannya pada kursi rodanya terhenti ketika mendengar suara teriakan panik ayahnya. dan saat ia berbalik, ibu sambungnya itu sudah berada dalam dekapan sang ayah dalam keadaan tak sadarkan diri.
Damian menyesal, sungguh menyesal karena telah berkata kasar pada Nia. sekarang Nia berada dalam kondisi kritis. “Seharusnya aku tak pernah berkata seperti itu pada Mama.”
Sam menatap putra sulungnya itu. Ia merasa kasihan melihat bahu Damian yang sedikit bergetar karena menangis. “Tenanglah nak, Mama pasti baik-baik saja. dia wanita yang kuat.”
“Aku akan menikah Ayah. kalau Mama sudah bangun aku akan menikah.”
“Kau tidak perlu memaksakan diri nak. Ayah sadar ayah sudah terlalu memaksamu.”
“Tidak Ayah, Mama seperti itu gara-gara aku. jadi aku harus bertanggung jawab. aku akan menikah agar ibu mau operasi.”
“Aku … aku tidak ingin kehilangan ibu lagi, aku tak ingin adik-adikku merasakan rasa kehilangan yang dulu pernah aku rasakan.” Damian menyesal. Kalau kedua adik kembarnya tahu bahwa kondisi ibunya jadi seperti ini karena kata-kata kasar darinya, pasti mereka berdua merasa akan sangat kecewa padanya.
Sam meremas bahu putranya untuk menyalurkan kekuatan. ia menyodorkan sebuah foto pada Damian. Damian mengernyit bingung.
“Calon istrimu.” tangan Damian terulur mengambil foto tersebut. di balik foto itu tertulis Meisya Adhikara.
“Ayah sudah menyiapkannya?” tanya Damian.
“Dia anak teman ayah. dia seorang gadis cantik, manis, sopan dan baik hati. ayah rasa kalian akan cocok.”
Damian tersenyum, hatinya jadi sedikit geli mengingat ayahnya sangat memuji gadis di foto itu. biasanya ayahnya tak pernah memuji perempuan kecuali ibunya dan adik perempuannya. “Tampaknya ayah sangat menyukainya.”
“Tentu, Mamamu juga sangat menyukainya. dia gadis yang menggemaskan.”
Damian mengamati foto itu lama. di dalam foto itu terdapat seorang gadis dengan rambut panjang lurus dengan poni rata, pipinya sedikit chubby dengan mata bulat. Damian tersenyum meremehkan dalam hatinya berkata, “Gadis menggemaskan? hmph, dia tampak seperti gadis SMA yang masih bau kencur bagiku, sama sekali bukan seleraku.”
“Kau suka?”
“Entahlah Ayah.” Damian menutup matanya namun yang terbayang hanya wajah dan senyum Bianca, senyum dan wajah yang baru saja dilihatnya dari foto tak meninggalkan jejak sama sekali. Namun, siapa yang tahu, mungkin kelak, gadis di dalam foto itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya. sebuah titik balik yang lebih besar daripada kecelakaan itu.
Bersambung…
“Apa yang kau lakukan di sini? kau menguping pembicaraanku?” Meisya bertanya dengan ekspresi dingin dengan wajah sembab. Damian menegang. ia tertangkap basah. ia harus jawab apa sekarang? Tok tok tok. Suara ketukan datang dari arah pintu kamar yang terbuat dari kayu itu membuat Damian sedikit lega. “Masuk.” “Tuan Anderson mengundang tuan muda dan nyonya muda untuk makan malam bersama.” “Ayah sudah kembali?” tanya Damian penasaran. “Sudah tuan muda.” Art itu sedikit membungkuk untuk menjawab pertanyaan dari tuan muda Anderson. “Mama bagaimana?” tanya Damian lagi. “Nyonya juga sudah kembali.” “Mama sudah pulang?!” Damian sedikit terkejut dengan berita ini. “Bagaimana bisa mama kembali tanpa memberitahuku?” Ucap Damian dengan raut wajah tak percaya. Asisten rumah tangga itu mengerutkan alisnya kebingungan untuk menjawab pertanyaan tuan mudanya.
“apa yang sedang kau lakukan di meja ku?”Gerakan Meisya terhenti. Jantungnya berdetak kencang, takut ketahuan. “A … aku. Aku hanya ….” Damian Bergerak ke arah Meisya dengan kursi roda elektriknya. Meisya panik tak tau harus berbuat apa. keringat sebesar biji jagung terasa mengalir di punggungnya. “Mau apa kau dengan dokumen proyek pembangunan hotelku?” “A … aku ….” “Jangan bilang kau ingin mencuri dan memberikannya pada ayahmu?” Damian menyentak keras dokumen yang digenggam erat Meisya. Tubuh Meisya oleng hingga terjatuh. Lututnya mendarat dengan keras di ubin lantai yang dingin. Wajahnya meringis menahan sakit. “Aku tak menyangka kau akan melakukan hal serendah ini.” Air mata Meisya menggenang di pelupuk mata. “Damian aku mohon. tidak bisakah kau memberikannya padaku? aku sangat membutuhkannya.” Damian terkekeh “Kau pikir aku akan memberikannya dengan suka rela hanya karena kau memohon?”
Aroma bawang yang baru saja dimasukkan ke wajan menyerbak memenuhi dapur. tercium begitu harum, namun indera penciuman Meisya seakan tumpul hingga ia tak dapat merasakan nikmatnya aroma itu. Entah inderanya yang menumpul ataukah pikirannya yang melayang entah kemana hingga bahkan suara gemericik minyak pun tak mengganggu lamunannya. Sebuah percikan minyak panas mengenai tangan Meisya. Menyadarkannya dari lamunan yang sedari tadi bertahta. ia buru-buru mengambil spatula, namun sudah terlambat. bawang yang tadi menguarkan aroma wangi kini telah berganti menjadi aroma gosong. Asap yang cukup tebal membumbung menutupi pemandangan bawang yang bernasib naas itu. Meisya hanya bisa memijat pangkal hidungnya, frustasi pada kekacauan yang ia ciptakan sendiri. Meisya menghela napas panjang. “Haah, fokus Meisya. kau harus fokus demi rencanamu.” Meisya mengambil wajan berisi bawang gosong dan membuang bawang yang sudah mengenaskan itu ke dalam tempat
“Kau benar-benar lupa apa yang terjadi?” Meisya dengan polos hanya mengangguk. Kemudian ia bertanya, “Memang apa yang sudah kulakukan semalam?” “Sudahlah. Lupakan saja!” Damian memutar kursi rodanya, berbalik kemudian pergi ke kamar mandi. Damian menyalakan shower membiarkan air membasahi tubuhnya. Kepalanya dipenuhi dengan adegan-adegan semalam yang membuatnya kesulitan tidur. Semalam Meisya terus saja mengigau meminta tolong dan meminta untuk berhenti dipukul. Puncaknya terjadi saat sebuah sambaran petir yang terdengar nyaring mengejutkan Meisya yang sedang tertidur. Meisya terbangun seketika itu lalu menjerit histeris seperti orang ketakutan. Meisya baru tenang setelah ia memeluknya. Ia jadi harus memeluk Meisya sepanjang malam tanpa tertidur sedikit pun. Damian keluar dari kamar mandi. Ia tak menemukan Meisya, namun aroma makanan yang tercium begitu lezat membuat Damian mengetahui keberadaan Meisya. Ia segera mengen












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.