Melihat itu seketika membuat Sarah panik. Ia pun segera berlari mengejar Lyla.
"Lyla, tunggu sayang! Jangan lari-lari nanti kamu jatuh!" teriak Sarah. Tapi gadis kecil itu tak menghiraukan panggilannya.Saat Sarah hendak menginjak anak tangga, seseorang mencekal pergelangan tangannya, "maaf, tidak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali non Lyla dan orang yang tuan panggil," tutur lembut seorang wanita paruh baya."Siapa namamu?," tanya wanita itu lagi."Sarah," jawab Sarah. Ia tengah fokus pada Lyla hingga tidak terlalu memperhatikan orang yang mengajaknya bicara."Dengarkan mbok, nak Sarah. Non Lyla akan baik baik saja. Percaya sama mbok! mbok harap nak Sarah bisa mematuhi peraturan rumah ini." Wanita paruh baya itu kembali memperingati."Baik mbok. Tapi biarkan saya tetap di sini sampai saya lihat non Lyla turun. Saya ingin memastikan bahwa ia baik-baik saja," jawab Sarah menatap sang mbok dengan penuh harap."Kalau begitu mah, malahan bagus nak. Biasanya Ayu juga seperti itu, kalau non Lyla sedang menemui om nya, ia akan menunggu di sini. Terimakasih sudah mau menjaga non Lyla," ucap mbok. Ia pun berpamitan dan berlalu dari hadapan Sarah."Malang sekali nasibmu, non Lyla. Masih kecil, tapi sudah jauh dari orang tua. Ayah di penjara, dan ibu sedang koma," gumam mbok."Siapa yang di penjara?, dan siapa yang koma?" gumam Raina. Ia masih sempat mendengar mbok bergumam ada orang yang di penjara dan koma, tapi ia tidak mendengar siapa orang yang di maksud.Sedangkan di sebuah kamar besar nan mewah. Seorang pria tampan baru saja akan memejamkan matanya, namun tiba-tiba gadis kecil datang dan menarik kakinya memintanya untuk bangun."Om ayo bangun, cepetan! Ayo kita antelin kak Salah. Kasihan ayahnya sendilian. Ayo dong om!"teriak gadis itu tanpa lelah. Meskipun di abaikan Al cukup lama.Karena Al yakin keponakannya tidak akan berhenti mengganggu nya sebelum Al menuruti keinginannya. Al pun bangun dengan malas."Baiklah tuan putri kecil, om mu telah menyerah," ucap Al. Ia pun segera bangkit lalu masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya sekaligus mengganti pakaian.Sarah tetap menunggu di bawah tangga dengan sabar."Huuuh," Sarah tampak menghembuskan nafas lega, saat gadis kecil akhirnya keluar dari sebuah kamar yang entah milik siapa. Tapi tidak lama kemudian, keluar Alvaro dengan menggunakan pakaian santai, kaos lengan pendek berwarna putih dan celana selutut berwarna abu. Alvaro begitu terlihat tampan. Kedua nya turun dengan saling bergandengan tangan.Saat Al sudah sampai di bawah, ia mendekati Sarah seraya berbisik, "kamu memang hebat. dalam hitungan menit kamu sudah mampu mengambil hati Lyla sepenuhnya. Tapi kamu harus tahu, bahwa Lyla adalah keponakan saya. Jika ia harus memilih antara kamu atau saya, Lyla pasti memilih saya!"mendengar itu Sarah tampak menyeritkan keningnya seraya berusaha menahan tawa. Ia tidak mengerti dengan apa yang baru saja di ucapkan pria dewasa di sampingnya."Saya rasa, apa yang tuan katakan lebih pantas di ucapkan oleh anak-anak," timpal Sarah membuat Al tersinggung dan kesal. Saat Sarah menyadari bahwa tuannya tidak lagi bersahabat, Sarah langsung berlari menghindar dan ia segera menghampiri Lyla yang berjalan lebih dulu."Selu ya kak, jalan-jalan sole. Apalagi kalau habis hujan kaya gini! Lain kali om seling-seling ya ajak Lyla jalan-jalan sole. Nanti kita jemput kak Salahnya," ucap Lyla gembira. Sepanjang jalan ia tidak berhenti mengoceh mulai dari menyebutkan apa yang di lihatnya, bercerita hingga bernyanyi membuat nya semakin tampak lucu."Om kok belenti, sih?" tanya Lyla ketika mobil Al berhenti."Karena kita sudah sampai," jawab Al.Sarah pun segera turun dari mobil Al kemudian bertanya, "Lyla mau turun dulu?" Sebelum menjawab Lyla beralih menatap omnya mencari jawaban."Ini sudah sore, kita main lain kali aja ya?""Iya om," jawab Lyla."Kak, Lyla nanti aja mainnya. Sekalang udah sore," tutur Lyla."Oke, hati-hati di jalan. Terimakasih sudah mengantarkan kakak," ucap Sarah seraya melambaikan tangannya. Lyla pun melakukan hal serupa.Setelah mobil Al hilang dari pandangan, Sarah langsung memasuki cafe. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Pandangannya mengitari sekeliling."Ya ampun, semua teman ku yang satu sift sudah pulang semua. Bagaimana ini?" lirih Sarah. Ia melangkah menuju ruangan pak Dito berada."Apapun resikonya, aku akan menanggunya. Tapi sebelumnya aku harus menyampaikan alasanku, semoga saja pak Dito bisa mengerti," batin Raina dalam hati.Setelah di persilahkan masuk, ia pun langsung bergegas masuk."Pak tolong maafkan saya. Saya akan akan menjelaskannya."Sarah, si karyawan teladan, akhirnya kamu datang juga. Silahkan duduk. Kamu mau minum apa?, biar bapak minta tolong sama Rudi supaya membuat kan minuman untuk mu," ucap pak Dito panjang lebar.Bukannya menjawab pertanyaan atasannya, ia malah bengong. Sarah menatap pak Dito tak percaya. "Ada apa dengan pak Dito?, aku benar-benar tidak mengerti," lirih Sarah.Sarah pikir akan ada drama panjang lebar hingga menangis massal para karyawan."Terimakasih pak, tidak perlu. Saya pikir bapak saya akan mendapat sangsi karena bolos kerja. Karena itu saya ke sini untuk meminta maaf," tutur Sarah."Apa yang kamu katakan Rah, itu tidak akan mungkin. Bahkan kamu akan mendapat gelar karyawan teladan. Dan khusus bulan ini, kamu akan mendapatkan bonus!"Mendengar kata bonus, mata Sarah membulat sempurna saking bahagianya."Beneran pak?" tanya Sarah memastikan."Kamu belum juga berganti pakaian?" tanya wanita bermasker itu seraya menatap Sarah dari atas sampai bawah. "Maaf, sepertinya saya tidak bisa mengganti pakaian saya saat ini," jawab sarah. "Karena itu saya meminta bantuan mbak ini saja untuk mengantarkannya," lanjutnya lagi. "Maaf mbak, tapi saya masih banyak pekerjaan di belakang," tutur art lalu buru-buru pergi dari hadapan Sarah. "Saya mengerti, kamu tidak bisa memakai satupun pakaian yang ada di sini, kan?" tanya wanita bermasker itu lagi. "Tunggu sebentar," tukas wanita itu. Ia kemudian mengutak-atik ponselnya, lalu memanggil seseorang di sebrang sana. Lalu sedikit menjauh dari arah Sarah berdiri. "Iya, buruan carikan pakaian terbaik yang cocok di padukan dengan hijab." Samar-samar Sarah masih mendengar wanita itu berbicara pada pria di sebrang sana. "Baju terbaik yang cocok di padukan dengan hijab? Apakah itu untukku?" ucap Sarah dalam hati. Tidak lama kemudian, wanita itu menutup telponnya lalu kembali menghampiri
"Tuan?" Sarah memanggil tuannya ragu-ragu. "Apa lagi Sarah? Haruskah saya memanggil security untuk menyeretmu keluar dari ruangan saya?" Al sepertinya sudah kehabisan kesabaran. Sungguh Al merasakan getaran aneh itu semakin menjadi kala mendengar suara Sarah. "Pintunya tuan, terkunci," lirih Sarah. Mendengar itu, Al menyugar rambutnya kasar. Sesaat kemudian, ia mengutak-atik ponselnya dan pintupun terbuka. Sarah pun segera keluar dari ruang kerja Al. *** "Ya ampu Sarah, kenapa kamu tampak berantakan sekali nak, apa yang telah tuan lakukan padamu? Apa ada yang luka?" mbok Fatma melayangkan pertanyaan beruntun ketika Sarah akan memasuki kamarnya. Ia begitu panik ketika melihat Sarah dengan keadaan yang kacau. "Sarah baik-baik saja, mbok. Sarah hanya butuh istirahat sebentar," jawab Sarah lirih dengan wajah tampak lesu. "Baiklah nak, istirahatlah. Tapi setelah kamu sarapan," tukas mbok Fatma. Ia pun segera bergegas hendak ke dapur. Tapi Sarah mencegahnya, "Tidak mbok, nanti saja
Sarah tahu betul wanita di foto itu adalah dirinya."Kenapa kamu masih berdiri di sana? Apa saya memintamu ke sini untuk menjadi pajangan?" suara yang berasal dari pertanyaan Al mengagetkan Sarah hingga ia tergagap."Bukan tuan. Kalau begitu saya permisi," ucap Sarah. Ia pun segera pergi dari ruang kerja Al."Aku yakin sekali, itu adalah foto ku. Pria di foto itu juga, aku merasa pernah bertemu dengannya di suatu tempat. Tapi di mana? Aku yakin, foto itu adalah salah satu alasan di balik kebencian tuan Al padaku," ucap Sarah dalam hati. Ia memikirkan foto yang baru saja di lihatnya sepanjang jalan. "Sarah!" teriak Al. Pagi-pagi sekali Al sudah berteriak memanggil Sarah. Bahkan suaranya memenuhi ruang tamu. Mbok Fatma yang kebetulan sedang memotong sayuran untuk sarapan langsung menghampiri Al."Iya tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya mbok Fatma ketika berada di hadapan Al."Maaf mbok, tolong panggilkan Sarah dan suruh ia untuk datang ke kamar saya," jawab Al. Setelah memberi pe
Mobil yang di tumpangi Sarah akhirnya sampai di kediaman Al. Begitu ia melangkah memasuki rumah, mbok Fatma langsung menghampiri nya seraya memeluknya. Mbok Fatma tampak menitikkan air mata."Mbok kenapa menangis?" tanya Sarah heran. Ia menepuk pelan punggung mbok Fatma."Tuan Al telah memperlakukan non dengan tidak baik. Tuan bahkan memindahkan non ke kamar gudang dan menjadikan non pelayan seperti kami," tutur mbok Fatma mulai terisak."Terimakasih mbok, atas keprihatinan mbok terhadap Sarah. Tapi percayalah sama Sarah, Sarah baik-baik saja," tutur Sarah seraya tersenyum ke arah mbok Fatma setelah mbok Fatma melerai pelukannya. Mbok Fatma pun mengusap air matanya di bantu Sarah."Jujur saja, Sarah kaget pas tiba tiba mbok meluk Sarah sambil nangis. Sarah khawatir mbok kenapa kenapa," ucap Sarah kemudian. Mbok Fatma pun memapah Sarah menuju kamarnya.Semua menu makan malam telah tersaji di meja makan."Non Sarah, ayo makan malam dulu. Mbok baru saja habis dari kamar tuan. Sepertinya
Sarah beralih melihat ke arah suara. "Pak Al?" lirih Sarah.**Pria misterius itu segera berlari menuju tempat parkiran. Baru setelah sampai di mobil, pria itu bernapas lega.'Drrtt' ponselnya bergetar tanda panggilan masuk. Pria itu pun segera mengangkatnya.""Hallo bu bos," ucap pria itu begitu panggilan tersambung."Bagaimana Parman? Apa rencanamu sudah berhasil?" tanya wanita di sebrang sana memaanggil pria misterius itu yang ternyata bernama Parman."Maaf bu bos, wanita yang bersama gadis itu selalu berhasil menggagalkan rencana saya," jawab Parman."Tapi bu, kalau saya melakukan rencana saya ketika wanita paruh baya yang menjaganya, kemungkinan besar saya akan berhasil," lanjut Parman lagi."Saya sengaja mengatur semua ini, karena wanita itulah yang di curigai Al. Kalau kamu berhasil mencelakai gadis cilik itu di bawah penjagaan wanita desa itu untuk yang ke sekian kalinya, pasti Al akan mengira bahwa kamu suruhannya," tutur wanita di sebrang sana panjang lebar."Pokoknya bagai
Sarah kemudian menghampiri Lyla."Cepat sembuh, sayang," tutur Sarah seraya mengusap pucuk kepala Lyla lalu menciumnya."Kakak tinggal beli sarapan dulu ya, sebentat. Soalnya tadi kakak buru-buru jadi belum sempat sarapan," ucap Sarah. Setelah itu, ia beranjak dari samping Lyla. Sarah menutup pintu dengan ruangan Lyla dengan rapat."Hahaha... akhirnya tuh cewe keluar juga. Dasar cewe sialan! Selalu membuat rencana saya gagal semua! Kamu lihat, Kali ini tidak akan ada yang bisa menggagalkan rencana saya. Karena kali ini... " gumam seorang pria seraya keluar dari persembinyiannya. Ia melangkah perlahan ke arah ruangan Lyla berada. Pria itu tampak sudah lengkap dengan pakaian khas perawat. Karena itu, tidak ada yang mencurigainya."Maaf, kamu mau kemana? Bukankah pasien yang di rawat di ruangan ini baru saja selesai pemeriksaan setengah jam yang lalu," ucap salah satu perawat yang tidak sengaja berpapasan dengan pria yang sedang menyamar."Memang benar, tapi dokter meminta saya untuk me