"Ibu sama Bapak duduk dulu di sini, biar aku jelaskan semuanya."Refaldy menyuruh mertuanya untuk duduk di sofa yang terdapat di dalam kamar mereka."Tadi kami bertiga pergi ke rumah Mbak Wisna, karena panggilan teleponnya pada Mbak Ayu membuat Arumi khawatir."Perlahan Refaldy mulai menjelaskan tanpa sekalipun mertuanya memotong ucapannya. Mereka mendengarkan dengan seksama.Begitu syok ketika mendengar Wisna mendapatkan KDRT dari suaminya. Terlebih lagi ketika mengetahui jika Dion berselingkuh dengan sesama jenis sampai berbuat maksiat. Itu adalah hal yang sangat memalukan.Lantas Refaldy juga menceritakan pertengkarannya dengan Dion hingga menyebabkan Arumi terluka. Dan ia melaporkan Dion pun Frans ke polisi, tapi naas sesuatu yang buruk menimpa mereka."Lalu bagaimana dengan Wisna sekarang?" tanya Ibu cemas."Mbak Wisna masih ada di rumahnya, Bu. Dia masih saja bersikap keras kepala dan tak mau mengakui kesalahannya," ucap Ayu."Lalu kamu, Yu? Ada masalah apa kamu dengan Pandu?" t
SERANTANG RENDANG BASI part 46Tujuan Wisna kali ini adalah pergi ke rumah Arumi, ia ingin bertemu dengan kedua orang tuanya juga meminta maaf pada Arumi.Setelah semuanya yang sudah terjadi Wisna baru menyadari kesalahan yang selama ini ia perbuat."Kita pergi ke rumah Tante Arumi ya, Dimas. Di sana juga ada Kakek sama Nenek," ucap Wisna lembut."Iya, Ma."Wisna memberhentikan mobilnya di pinggiran toko kue. Lalu ia lebih dulu keluar dari dalam mobil kemudian membukakan pintu untuk anaknya."Kita beli kue dulu buat tante juga kake dan nenek," ucapnya lembut.Dimas hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum manis. Bocah paud itu belum mengerti tentang permasalahan yang terjadi dalam keluarganya. Ia juga belum tahu kalau sang Papa mengalami kecelakaan yang parah.Wisna tak ingin menceritakannya, sebisa mungkin ia akan menutupi permasalahan itu dari Dimas agar tak mengganggu mental si anak."Kamu mau brownies?" tanya Wisna."Mau, Ma. Dimas suka kue cokelat.""Ayo kita beli yang banyak."
Aron, Wisna dan Ayu berjalan menghampiri Arumi lalu memeluknya dengan erat seperti orang yang sudah lama tak pernah bertemu."Maafin, Mas sama Mbakmu, ya, Dek. Kami terlalu banyak membuat kesalahan padamu.""Bodoh sekali sudah menyakiti adik sebaikmu! Adik yang dengan tegas membela orang tuanya, berusaha untuk mengingatkan kakak-kakaknya dari kegilaannya tentang harta, reputasi!" "Sudahlah, nggak usah diingat-ingat lagi. Yang penting kalian sudah niat ingin merubah diri menjadi lebih baik lagi," ucap Arumi.Aron, Wisna dan Ayu mengangguk pelan dan tersenyum. Lalu Aron menguraikan pelukannya dan mengambil tote bag yang tadi ia bawa."Duduklah, Bu, Pak. Aku punya sesuatu untuk kalian. Kau juga duduk, Rum. Mas punya hadiah untukmu," ujar Aron bersemangat.Semuanya duduk di sofa lalu memperhatikan Aron yang tengah sibuk untuk membagikan oleh-oleh untuk mereka."Ini untuk Ibu dan Bapak, ini untuk Arumi, Wisna, Ayu, Refaldy," ujar Aron membagikan satu per satu tote bag."Banyak sekali," uc
Dion sedang masa pemulihan untuk kesembuhan dari kecelakaannya, ia sudah pulang dari rumah sakit. Niat Refaldy untuk menjebloskannya ke penjara ia urungkan karena permintaan Arumi."Bagaimana kalau Dimas menanyakan tentang Papanya? Bagaimana kalau Dimas tau Papanya akan dipenjara? Sudahlah, nggak usah dilaporkan. Lagipula sekarang Dion masih dalam masa pemulihan dan kesembuhan. Mungkin juga Dion kapok dan nggak akan berbuat jahat lagi," imbuh Arumi.Refaldy menarik napas panjang. Ia menatap Arumi dalam, lalu mengangguk pelan mendengar permintaan sang istri."Ya, lagipula Mbak Wisna nggak ngelaporin Dion. Mungkin pemikirannya sama denganmu, takut Dimas menanyakan soal Papanya. Tapi, jika nanti Dion berbuat masalah lagi pada keluarga kita. Aku nggak akan tinggal diam lagi, dan langsung menjebloskan dia ke dalam penjara!" tegas Refaldy.Arumi tersenyum dan menganggukan kepala pelan.****Ayu tersenyum sinis, ketika melihat pasangan pengantin yang tak lain suami beserta madunya itu baru k
"Kamu kenapa, Nduk?" tanya Ibu yang melihat Arumi mual-mual di dapur saat ingin membantu memasak.Wajah Arumi pucat badannya pun terlihat lemas, beberapa kali ia hampir terjatuh. Ibu memegang kening dan leher Arumi, namun tidak panas.Lalu Ibu tersenyum menatap wajah anak bungsunya sambil menyentuh perut Arumi."Kamu sudah datang bulan, Nduk?" tanya Ibu lembut.Arumi menggelengkan kepalanya pelan lalu menyesap teh manis hangat yang tadi dibuatnya."Nduk ...."Ibu tidak melanjutkan ucapannya namun bibirnya mengulas senyum dengan mata yang tertuju ke perut Arumi.Seketika Arumi paham dengan senyum ibunya dan kini tangannya pun ikut menyentuh perutnya sendiri."Apa aku hamil ya, Bu?" tanyanya."Coba ditespek, Nduk."Arumi mengangguk senang, setelah pernikahan ia memang rutin meminum susu untuk program hamil. Apalagi sewaktu Arumi menikah itu adalah masa-masa subuhnya setelah datang bulan.Namun Arumi tidak pernah bilang pada Refaldy jika ia meminum susu untuk program hamil lantaran malu.
Refaldy memeluk erat Arumi seraya mengucapkan syukur berkali-kali. Begitupun dengan Bapak dan Ibu yang memanjatkan doa untuk kehamilan Arumi."Selamat, Rum. Sebentar lagi kamu bakalan jadi seorang Ibu," ujar Aron tulus."Makasih, Mas.""Pantas saja akhir-akhir ini aku tiba-tiba ingin memakan sesuatu. Ternyata istriku sedang hamil dan aku yang mengidam." Refaldy tertawa kecil."Seperti waktu ibumu dulu, Rum, saat hamil Bapak yang sering ngidam ingin makan sesuatu," seloroh Bapak."Sebenarnya selama ini aku selalu minum susu untuk program hamil."Arumi menunduk malu tak berani menatap mata suaminya. Ia memilin-milin ujung baju seperti anak kecil."Dan sekarang Allah mengabulkan keinginanmu untuk memiliki anak, Sayang." Refaldy mengelus lembut perut Arumi.Berita soal kehamilan Arumi pun kini sudah sampai kepada keluarga Refaldy. Mereka begitu senang mendengarkannya, begitu antusias karena Refaldy adalah anak tunggal di keluarga Batara.Keluarga dari Refaldy menyuruh Arumi untuk memeriksa
SERANTANG RENDANG BASI part 51"Lihat foto ini, dia sedang liburan ke Swiss hanya untuk bermain salju."David menunjukkan foto itu kepada teman-temannya. Lalu menaruh benda layar pipih itu di atas meja dengan masih terpampangnya foto Meisha di galeri yang terbuka.Ayu memicingkan matanya menatap foto tersebut. Lalu tersenyum miring. Foto itu adalah foto Meisha saat sedang selingkuh dengan Pandu suaminya."Apa itu kekasihmu?" tanya Ayu mengulas senyum."Ya, dia kekasihku. Cantik bukan? Tapi sepertinya cantikan kamu," puji David."Sudah lama menjalin hubungannya?" tanya Ayu."Emm, hampir dua tahun belakangan ini aku berpacaran dengannya. Dia berprofesi sebagai pramugari di salah satu maskapai terkenal di Indonesia," jelas David."Oh, pramugari. Kenapa nggak menikah saja?""Dia masih ingin berkarir.""Berkarir dengan mengubah profesinya menjadi pelakor di rumah tangga orang," gumam Ayu."Maksudmu?" tanya David menatap Ayu."Ah, nggak, aku hanya membicarakan kelakuan buruk seseorang."Sa
SERANTANG RENDANG BASI part 52"Pasti ada maksud tertentu dia baik padamu!" ketus sang mertua menatap sinis Ayu."Jangan terlalu berpikiran buruk padaku, Mami. Yang Mami anggap buruk dan jahat belum tentu seperti itu--dan sebaliknya, belum tentu yang Mami anggap baik dia sungguhan baik," ujar Ayu dengan mengulas senyum tipis.Dengan kasar Meisha merebut dimsum itu dari tangan Ayu lalu memakannya dengan rakus. Ayu tersenyum kecut melihat kelakuan menjijikan sang adik madu seperti itu.Lalu ia kembali duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Jemarinya berselancar di benda layar pipih itu dengan lihai, sesekali tersenyum sinis menatap Ayu dan mertuanya.Ayu meminta bantuan pada Tarra untuk mengorek lebih dalam lagi rahasia yang ada pada Meisha. Jika itu bukan anak David pastinya itu anak dari hasil perselingkuhannya dengan lelaki lain lagi."Murahan!" sindirnya."Siapa yang kamu bilang murahan? Aku?" tanyanya dengan wajah kesal."Apa aku menyebut namamu? Kenapa merasa tersindir?" ketus