Beranda / Horor / DOA KUBUR TAK SEMPURNA / CALON KORBAN EKSEKUSI

Share

CALON KORBAN EKSEKUSI

last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-27 06:40:13

Deg!

Bisikan wanita cantik membuat khayalan sang perwira melambung. Sang pria segera memacu cepat motor tanpa memperhatikan kanan kiri lagi. Dalam otak nakalnya kini hanya terpikir untuk segera sampai rumah sang wanita.

Setelah berpikir sejenak, pria ini segera bertanya, “Emang di rumah tak ada orang tuamu, Neng?”

“Tenang, Sayang! Aku tinggal di rumah warisan Benek. Orang tua pergi merantau jauh,” jawab Rasmy sembari menjilati leher sang perwira.

Serangan Rasmy yang tak disangka-sangka membuat napas pria berambut cepak memburu. Ia pun semakin mengencangkan laju motor hingga sampai di atas bukit. Hanya ada jalan sepi dan gelap di hadapan mereka.

“Sayang, rumahmu masih jauh?” tanya sang perwira tak sabaran lagi sembari menahan gejolak darahnya.

“Tinggal beberapa meter lagi, Sayang. Udah gak tahan, ya?”

Rasmy balik bertanya sembari menyeringai di balik punggung sang perwira. Mata wanita cantik ini berubah membara bagai pijar api.

“Tunggu bentar lagi, Sayang. Aku akan membuatmu merasakan sensasi yang tak akan terlupa hingga akhir hayat,” bisik Rasmy sembari menjilati kedua telinga AKBP Siswo Laksono bergantian.

Sang perwira semakin mabuk kepayang hingga tanpa sadar motor yang dikemudikannya telah sampai di depan gudang tua. Pria ini tak menyadari tubuhnya telah dibawa terbang hingga masuk gudang.

Mantra sihir Rasmy telah menghipnotis pria berambut cepak. Wanita cantik ini tak membuang-buang waktu lagi, leher sang pria digigitnya hingga tubuh kekarnya terkapar bagai terkena aliran listrik.

“Tunggu di sini, Sayang! Permainan kita belum usai. Hi hi hihihihi ...!”

Jemari Rasmy berkuku panjang yang berwarna hitam membuka kancing baju seragam sang perwira satu persatu lalu pergi melayang di antara kegelapan malam di Bukit Bajul. Mesin motor sang perwira dalam keadaan hidup mulai bergerak menapaki jalan berkelok menuju desa.

‘Tok tok tok ...!’

“Pak, satu mangsa udah kujerat,” ucap Rasmy yang mulai berubah wujud sembari mengetuk jendela kamar Atmo Sukiman.

Hanya beberapa menit saja, jendela telah terbuka dan seraut wajah pria separuh baya telah tersenyum di baliknya.

“Bagus, Nduk! Bapak akan segera menyelesaikan untukmu,” ucap Atmo Sukiman sembari menerima pemberian sang putri—Nikita Surasmi—yang sedang melayang di hadapannya.

“Fotoku ada di ponsel dalam saku,” balas Nik sembari menyeringai menampakkan dua gigi taring berlumuran darah segar.

Sehabis berbicara tubuh Nik mengeluarkan asap putih beraroma anyir darah segar lalu menghilang dan meninggalkan sang bapak yang celingukan mendengar suara motor yang semakin menjauh.

“Nduk, kamu memang pintar membuat alibi. Kejutan apa lagi yang akan kau buat,” ujar pria separuh baya ini sembari menutup jendela.

Akhirnya, esok hari telah tiba dan Pak Atmo bergegas keluar dari rumah menggunakan caping seperti biasa, tetapi bukan ke tempat pemakaman umum yang menjadi tujuannya. Pria separuh baya ini berjalan menuju Bukit Bajul untuk melihat hasil tangkapan sang putri.

Ia mengambil kaus tangan dari saku celana untuk keperluan eksekusi nanti. Saat melewati kebun, ia teringat akan tali tambang yang dipakainya untuk menggembala sapi. Berhubung sekarang ia telah mengandangkan ternaknya, tali bisa dipakai untuk keperluan di bukit.

Kemudian, di salah satu dahan pohon mangga, pria ini menaruh baju seragam pemberian sang putri untuk dikubur sepulang dari Bukit Bajul. Kini, Pak Atmo telah melenggang meninggalkan kebun dengan seulas senyum penuh arti.

•••¤•°•¤•••

“Ayo buruan, Pak! Ditungguin, malah bengong,” tegur Pak Tikno saat melihat langkah Pak Atmo terhenti menatap sekelebat bayangan Nik membopong tubuh seorang wanita ke arah bukit.

Pria bertubuh kekar ini teringat akan lima lembar foto wanita muda yang terdapat dalam dompet sang perwira, salah satunya adalah putrinya.

Dia pasti yang telah berkomplot dengan perwira brengsek, batin Pak Atmo.

“Buruan, Pak. Barusan Pak Kades telepon,” ucap Pak Tikno setengah berteriak yang melihat temannya tak segera beranjak.

“Eh ... iya, ya. Ayo,” sahut Pak Atmo gelagapan gegas mengikuti langkah Pak Tikno.

“Tenang! Habis ini dapat duit gede. Kita pergi ke kota cari Nik,” cetus sang teman yang seketika membuat wajah Pak Atmo semburat gembira.

Pria ini hanya butuh mencari informasi tentang keberadaan uang dari Mr. Abraham, seorang pria asing yang telah mengirim sejumlah uang untuk mahar sang putri. Pria asing ini adalah teman bisnis Bu Silvia.

Diduga pria asing ini telah menjadi korban penipuan komplotan pembunuh sang putri. Sejak dua tahun Nik menghilang dan tiba-tiba setahun terakhir nomor ponselnya bisa aktif berhubungan dengan Mr. Abraham, membuat Bu Silvia menaruh kecurigaan.

Namun anehnya, wanita sosialita ini tak bisa menghubungi nomor Nikita sama sekali. Seperti yang diungkap Bu Silvia kepada Pak Atmo, diduga ada seorang wanita yang mengaku sebagai Nik dan mulai melancarkan aksinya sejak setahun silam.

Kini, kedua pria penggali kubur telah beranjak ke arah rumah Pak Kades dengan memanggul cangkul masing-masing. Mereka menapaki jalan desa yang mulai sepi dengan langkah mantap. Malam ini, mereka akan mendapat upah gede dengan perintah khusus tersebut.

“Assalammu'alaikum,” ucap salam kedua pria barengan kepada Pak Kades yang sudah menunggu di teras.

“Wa'alaikumussalam. Langsung buat galian di kebun. Udah saya tandai pake bendera merah,” pinta pria berkaca mata sembari mengantar kedua penggali kubur sampai pintu pagar kebun belakang.

“Baik, Pak,” jawab Pak Atmo diiringi anggukan Pak Tikno.

“Saya masih tunggu orang ini. Begitu selesai, cari saya,” jelas pria berkaca mata ini tanpa menunggu jawaban langsung pergi.

Kedua tukang gali kubur ini geleng-geleng kepala mendapat penjelasan singkat kepala desa barusan. Pak Tikno mengerutkan kening, sedangkan Pak Atmo sedikit banyak mulai mengerti rahasia di balik galian-galian pesanan Pak Kades.

“Bilang Pak Kades buat kuburan sapi yang mati. Masak iya, hampir tiap bulan ada yang mati. Gak konsultasi mantri hewan buat ngatasi penyakitnya,”ucap lirih Pak Tikno mirip orang ngedumel, tetapi terdengar jelas di indra pendengaran Pak Atmo.

“Nanti saat di kota, kita buktikan itu. Masak iya, rumah mewah Pak Kades ada kandang sapi?” tanya Pak Atmo dengan berdecak seraya menoleh ke arah temannya.

“Saya cuma tau depannya aja. Kata Pak Kades ada peternakan di belakang rumah itu,” jelas Pak Tikno sembari mulai mencangkul tanah berbendera merah.

Pak Atmo segera menyingkirkan bendera tersebut dan mulai ikut mencangkul. Tak kurang sebanyak tujuh galian, termasuk yang sekarang adalah hasil kerja mereka selama mendapat pesanan khusus.

Selalu saja Pak Kades beralasan untuk menguburkan bangkai sapi dari peternakan. Pak Atmo telah membongkar dan memindahkan jasad sang putri dari salah satu galian tersebut.

Bisa jadi, jika Nik tak mendatanginya lewat mimpi, pria separuh baya ini tak akan pernah tahu rahasia Pak Kades tersebut.

Namun, Pak Atmo akan berpura-pura tak tahu apa pun demi pelampiasan dendam bisa berjalan mulus.

"Yang jelas, aku tak percaya dengan aparat lagi!" ucapnya dalam hati sejak kasus Nikita Surasmi, sang putri, tak ada kelanjutannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DOA KUBUR TAK SEMPURNA    AKHIR CERITA NIKITA

    Aku tahu, ini pasti jebakan dari Pak Atmo dan Nyi Dhiwot, batin Faisal.Samar-samar terdengar suara Kiai Masruhat di telinga Faisal. "Fokus pada niat dan jangan lepas dengan zikir serta doa!""Baik, Kiai,"ucap Faisal dengan suara lirih."Mas Eko ...!" Simbah memanggil dari balik pintu kamar."Iya, Mbah," jawab Eko yang gegas bangkit dari tempat tidur.Seperti ada yang mengendalikan tubuhnya. Faisal ikut duduk dan mengamati perilaku sahabatnya. Eko menghampiri Simbah. Wanita itu berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Dia mengelus rambut Eko lalu menyentuh pipi kanannya."Maukah kamu menjadi suamiku?"Eko pun mengangguk dengan ekspresi wajah datar. Pria ini digandeng tangannya oleh Simbah menuju kamar yang berada paling belakang. Faisal buru-buru mengikuti mereka. Ketika sampai depan pintu, bau anyir darah dan busuk bangkai menyapa indra penciuman Faisal.Pria ini mengambil sajadah dari dalam tas ransel lalu memulai salat sunah. Dia memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan untuk m

  • DOA KUBUR TAK SEMPURNA    TUGAS TERAKHIR

    "Itu buat kamu. Pengantin baru harus minum jamu kuat, biar gak gampang K.O,"balas Eko tidak mau kalah."Nanti Simbah bikinkan untuk kalian. Yang belum nikah, gak perlu khawatir. Simbah bikinkan ramuan agar lekas laku,"ucap Simbah dengan tawa terkekeh-kekeh."Memang ada ramuan kayak gitu, Mbah?"tanya Eko yang jadi penasaran."Ada. Nanti Simbah pijat di titik-titik tertentu agar sumbatannya ilang."Kedua pria ini telah terpengaruh oleh ilmu sihir Simbah. Namun, baik Faisal maupun Eko masih kuat iman dan tidak begitu terpengaruh."Kami selesaikan kerjaan dulu. Setelah itu akan ke rumah Simbah buat minta ramuan,"ucap Faisal kepada wanita tua."Ya, gak apa. Selesai urusan kalian! Setelah itu datang ke rumah Simbah." Tampak ada guratan kekecewaan terukir pada wajah wanita tua. Namun dia memilih untuk bersabar dan tidak mau memaksakan kehendak.Aku harus dapatkan Eko untuk jadi pasangan abadi Nikita, batin Simbah dengan senyum penuh arti."Kebetulan saya orang asli sini. Simbah tinggal di ma

  • DOA KUBUR TAK SEMPURNA    SIMBAH PERACIK JAMU

    "Biar saya bantu, Mas,"ucap Pak Rasyid yang segera menyulut ujung tali berbahan pelepah pisang dengan korek api. Percikan api membakar ujung tali hingga habis tidak tersisa. Ajaib! Pelepah palem pembungkus tidak tersentuh lidah api sama sekali."Masyaallah! Hanya talinya yang terbakar,"ucap Faisal yang telah mulai membuka pembungkus dibantu oleh Pak Rasyid."Kita baca Al-Fatihah lanjut Ayat Kursi,"saran Kiai Masruhat yang berdiri sambil mengelus-elus pelepah palem pembungkus. "Lahaula wala quata Illa billah!"Pembungkus tersebut bergerak-gerak. Isinya seperti gerakan sesemakhluk yang ingin membuka paksa dari dalam. Faisal memegang cetakan yang terbentang di permukaan luar."Seperti telapak tangan manusia,"ucap Faisal sambil terus melepaskan satu per satu pelepah palem."Memang benar. Isinya yang sedang kita cari,"sahut Kiai Masruhat dengan tersenyum lebar, hingga tampak jelas kerutan yang menumpuk pada sudut bibir sepuhnya."Masyaallah! Apa itu, Kiai?"tanya Faisal yang semakin penasar

  • DOA KUBUR TAK SEMPURNA    BENDA BERBUNGKUS PELEPAH PALEM

    Faisal cekatan mengarahkan mobil untuk mendapatkan tempat parkir yang aman. Kebetulan samping rumah Faisal adalah jalan tembus warga desa menuju Bukit Bajul. Jadi banyak Faisal mengarahkan mobil parkir ke arah depan rumah."Ini gubug saya. Mari kita istirahat sebentar sambil minum kopi,"ucap Faisal saat para penumpang mobil telah turun."Kita ngopi setelah selesai tugas, Mas. Sekarang kita langsung menyusul Mas Eko saja. Kasian sendirian,"balas Kiai Masruhat yang langsung direspon anggukan kepala oleh Pak Rasyid.Akhirnya mereka beranjak menuju Bukit Bajul. Beruntung anak tangga menuju bukit telah terpasang lampu penerangan berjarak setiap meter. Jadi mereka lebih nyaman dalam menapaki jalan menanjak. Hawa sedingin es menerpa tubuh mereka. Anging dari puncak bukit menyambut kedatangan keempat pria.Berisik dahan dan rantjng pohon cemara bergesekan ditiup angin. Suara binatang malam bersahutan memecah hening malam. Mereka tidak melihat penampakannya sosok Eko di puncak tangga. Padahal

  • DOA KUBUR TAK SEMPURNA    PROSES PEMBERSIHAN

    "Di kampung saya. Menurut rencana setelah ini, Dek Salimah akan saya ajak pulang ke rumah saya. Akan saya ajari sebagai petani dan peternak, Pak, Kiai.""Masyaallah! Semoga membawa berkah, Mas,"timpal Kiai Masruhat.Tak berapa lama, Pras dan Esti datang. Mereka membawa pesanan pengantin baru. Tentu saja, mereka kaget dengan keadaan dalam ruangan yang porak-poranda. Namun dalam penglihatan ketiga pria ada perbedaan yang terjadi dalam diri pasangan suami istri ini.Keduanya tanpa ucap salam, langsung berdiri di tengah. Mata pasangan suami istri ini memerah. Kiai Masruhat langsung memberi isyarat kepada yang lain dengan memilih tasbih. "Kalian akan tahu akibatnya jika gak serahkan Nikita!"teriak Pras dengan kedua mata melotot. Sementara itu, Esti akan mendekat ke arah Salimah dan buru-buru dihadang oleh Faisal."Minggir, kau!" Teriakan Esti mirip suara pria tua. Ketiga pria langsung paham dengan yang mereka hadapi. Pasangan suami istri ini telah dirasuki Pak Atmo dan pengikut Nyi Dhiwo

  • DOA KUBUR TAK SEMPURNA    SERANGAN PAK ATMO

    Faisal buru-buru memeluk tubuh Salimah lalu berbisik,"Ada yang mencoba mengganggu kita. Dia menyamar sebagai Nikita. Ikuti doa yang Mas ucapkan!".Faisal pun melafalkan Ayat Kursi yang segera diikuti oleh Salimah. Tak berapa lama, muncul penampakan wujud Nikita meski secara samar-samar. "Dia bukan Nikita, Dek. Tetap waspada!" Faisal memegang tangan Salimah dengan erat. Pria ini berzikir dalam hati."Lepaskan aku! Entar aku bantu pulihkan Salimah,"ucap bayangan Nikita tersebut."Kenapa dengan aku?"tanya Salimah dengan ekspresi bingung. Dia merasa sudah sehat dan tidak ada yang aneh dalam dirinya.Faisal mengecup pipi Salimah lalu berbisik,"Dia sengaja menjebaknya kita. Abaikan!""Salimah, roh kamu telah diikat janji oleh Nyi Dhiwot. Janin dalam perutmu adalah untuk persembahan. Dia akan tetap berdiam di rahim, sampai saatnya tiba. Separuh nyawamu untuk dia. Kamu akan jadi budak Nyi Dhiwot karena itu. Kamu gak bisa menolaknya. Aku bisa bebaskan kamu dari ikatan itu. Mau?"Bayangan Niki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status