Home / Romansa / DUDA PILIHAN PAPA / Malam Pertama Lagi

Share

Malam Pertama Lagi

Author: Joya Janis
last update Last Updated: 2021-12-16 05:44:20

Tiga bulan berlalu setelah kejadian di kolam renang itu. Rama sudah kembali beraktivitas seperti semula, bekerja dengan giat bahkan dengan keras. Laki-laki itu pun masih sabar menerima sikap tertutup istrinya namun ia yakin jika suatu saat nanti kesabarannya akan membuahkan hasil. Cinta dan kasih sayangnya akan membuat pintu hati Ashiqa terbuka lebar untuknya.

Sore itu Ashiqa sedang belajar memasak dengan bi Sri, beliau asisten rumah tangga yang terlama di rumah itu sejak ibu Rama baru saja meninggal di usia Rama yang kesepuluh. Jadi bi Sri bisa dikata pengasuh juga buat Rama dan Rama sangat menghormati perempuan paruh baya itu.

“Tuan muda itu sangat suka makan dengan menu yang di panggang atau di bakar, seperti ayam bakar madu ini Nyoya muda.” Bi Sri dengan sabar mengajarkan bagaimana mengolah makanan lezat sesuai selera Rama. Ashiqa sendiri yang minta untuk diajarkan memasak.

“Nyonya muda, Bibi tahu jika posisi Bibi tidak pantas untuk membicarakan ini tapi Bibi Cuma mau kasih tahu Nak, Tuan muda Rama itu orangnya sangat baik. Ia dewasa, mandiri dan penuh kasih sayang. orangnya tidak pernah kasar sama siapa pun juga, tapi sangat tegas dengan kebenaran. Beruntung  Nyonya muda punya suami seperti dia.”

“Dulu dia punya pacar Bi?”

Bi Sri menghentikan memotong sayuran, ia mencoba mengingat-ingat.

“Setahu Bibi gak ada , bahkan saat kuliah di luar negeri pun tuan muda gak punya kekasih, sibuk katanya gak sempat cari pacar.” Bi Sri terkekeh di akhir kata itu dan membuat Ashiqa sadar jika ucapan Rama di malam pertama mereka itu jujur adanya. 

"Pernikahan pertama Tuan juga hanya sebentar saja karena istri Tuan meninggal." Bi Sri menatap Ashiqa dengan tatapan berkaca-kaca.

“Bibi minta tolong sama Nak Ashiqa, jadi istri yang baik untuk tuan muda, kasihan ibunya sudah lama meninggal, ayahnya menikah lagi dan ibu tiri serta saudarinya tidak tulus menyayangi tuan Rama. Sampai ayahnya juga meninggal dunia tuan muda sangat kesepian. Lama dia gak punya siapa-siapa. Makanya Bibi senang sekali ketika tuan muda bilang kan menikah dengan Nyonya muda. Tuan muda sangat bahagia.” Bi Sri menyeka air matanya yang jatuh tanda jika orang tua ini benar-benar sangat menyayangi majikannya.

Ashiqa menatap wajahnya di cermin, sudah tiga bulan ia menjadi istri Rama, ia mulai menyukai sikap Rama yang selalu manis dan sopan. Leluconnya yang lucu namun Ashiqa menahan tawanya untuk Rama. Ashiqa merasa sudah cukup membangun tembok tebal di hatinya, ia memang beruntung memiliki suami yang baik hati seperti Rama. Ashiqa lalu berdiri membuka lemari dan mengambil sepotong lingerie berwarna merah muda. Meski Ashiqa malu tapi ia harus menyerahkan hak Rama yang sudah lama ia tunda.

Rama baru saja mandi dan berganti pakaian, matanya melirik ke arah Ashiqa yang terlihat sangat cantik malam ini. parfum istrinya menguar di udara dan membuat Rama mabuk kepayang. Ia mengelus dada ia harus bersabar, ia tidak akan meminta kepada Ashiqa jika istrinya itu tidak datang sendiri kepadanya.

“Ashiqa … apa kau ingin berbuat ulah lagi pada jantungku?” tanya Rama pada Ashiqa yang sedang menata bantal di tempat tidur mereka. Baju kimono yang agak transparan bisa memberitahukan kepada Rama jika tubuh di dalamnya itu sedang terbalut lingerie yang seksi.

“Maksudmu?” tanya Ashiqa yang tidak mengerti pertanyaan Rama barusan.

“Apa kau sedang ingin mengujiku lagi Ashiqa ? dengan ini…” Rama menyentuh ujung kimono Ashiqa. Yang ditanya hanya tertunduk dan terdiam, wajahnya sudah bersemu dadu.

“A-aku tidak mengujimu lagi Rama, ku rasa… engh… a-aku… malam ini waktunya untuk…” Ashiqa tidak melanjutkan kata-katanya ia kehabisan stok kata untuk suaminya.

Rama tersenyum, ia paham sikap Ashiqa yang malu-malu tapi mau.

“Alhamdulillaaaaaah… akhirnya aku saaaaahhhh jadi suamiiii…!” pekik Rama girang, Ashiqa spontan menutup mulut Rama.

“Berisik banget sih!” mata Ashiqa melotot melihat tingkah Rama yang norak menurutnya.

“Duhai pencipta maskara yang melentikkan bulu mata istriku, terima kasih karena semakin mempercantik istriku  bahkan disaat melotot seperti ini pun ia masih terlihat cantik dan menggemaskan.” Rama menurunkan tangan Ashiqa dan menatapnya dengan dalam.

Sebelum Ashiqa membuka mulutnya lagi segera Rama membungkamnya dengan ciuman mesra. Tembok pertahanan Ashiqa sudah runtuh dan saatnya ia masuk ke dalam kehidupan Ashiqa lebih jauh lagi walaupun malam ini Rama gemas sekali dengan malu-malu tapi mau istrinya itu.

Ashiqa mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, rambutnya yang tebal dan panjang di bawah bahunya kadang menyulitkannya untuk segera mengeringkannya. 

Rama yang baru saja selesai berpakaian usai mandi mendekati Ashiqa dan mengambil alih pengering rambut itu. Ashiqa menatap suaminya lewat pantulan cermin dan menahan senyumnya yang terkulum.

 “Kamu baru sadar yaa kalau suami kamu ini memang mirip Evan Sanders?” tanpa melihat ke arah cermin Rama tahu kalau Ashiqa sedang meliriknya. Mata Ashiqa mendelik lalu membuang mukanya, ada semburat memerah di pipinya.

 “Issshh … narsis amat siih jadi orang, Evan Sanders itu lebih manis tau.”

Rama tersenyum kecil, meski dia sudah merobohkan dinding kegadisan eeh dinding hati istrinya ternyata Ashiqa menyimpan jauh hatinya lebih dalam  yang harus dijangkau lebih keras lagi oleh Rama. 

Hairdryer itu bergerak kesana-kemari dan Rama melakukan itu dengan telaten dan hati-hati. Hampir semua hal dari istrinya dia kagumi. Rambut indahnya, kulit yang putih dan keceriaanya  meski Ashiqa lebih mungil namun hal itu yang membuat Ashiqa menjadi imut dan menggemaskan.

“Sayang, aku ingin memberimu sesuatu.” Ucap Rama serius selang beberapa menit dia mengeringkan rambut istrinya. 

Dia mematikan pengering rambut itu dan meletakkannya di meja. Ashiqa menatap suaminya yang berjalan menuju lemari besar dan mengambil sesuatu dari sana. Tampak sebuah kotak beludru berwarna biru malam di pegang hati-hati oleh Rama.

“Ini milik mendiang ibuku, sangat istimewa dan aku ingin memberikan ini kepadamu, wanita istimewaku.” Dengan hati-hati Rama membuka kotak itu dan terlihat seuntai kalung berlian yang senada dengan warna kotaknya. Rama mengalungkan itu dan Ashiqa memandanginya di cermin dengan sorot kagum.

 “Cantik sekali pasti ibumu sangat cantik memakai ini.” jemari Ashiqa mengelus kalung yang menghiasi lehernya itu, sangat mewah dan tidak bisa dipakai di sembarang waktu.

“Cantik, membuat istriku semakin cantik.” Rama menunduk hingga dagunya menyentuh bahu Ashiqa, tanpa sadar Ashiqa menoleh dan hidung mereka nyaris bertabrakan. Rama melihat ke arah bibir Ashiqa, mata Ashiqa tahu kemana tatapan Rama, jantungnya berlomba.

Kali ini pasti jantung Ashiqa yang bermasalah. Spontan Ashiqa menutup matanya rapat-rapat, percintaannya semalam masih membekas kuat dan dia ingat bagaimana Rama menciumnya.  Rama tersenyum ekspresi Ashiqa yang takut dicium mendadak membuatnya merasa geli.

“Kamu berharap aku cium Sayang?” tanya Rama jahil pada istrinya. Wajah Ashiqa kembali merona merah, dia membuka mata kirinya lalu diikuti mata kanannya. Kemudian berpaling dan menjauh dari suaminya yang membuatnya malu.

“Iiihhh  … siapa juga yang mau dicium, kamu aja tuh yang suka nyosor duluan.”

“Jadi aku harus bilang dulu kalau mau cium kamu?” tanya Rama masih dengan kejahilannya.

“Iya … eeh… gak… duuuh … apa siih? … udah aah, nanti kamu terlambat ke kantor. Aku sudah siapkan pakaian kamu, aku mau turun siapkan sarapan.”

Ashiqa salah tingkah dibuat Rama, sungguh dia ingin segera menghilang dari kamar ini segera, cliiinng … hilang begitu saja tanpa buka pintu dulu.  

Ashiqa bergegas menuju pintu namun tiba-tiba langkahnya tertahan, Rama memegang lengannya dan membuatnya berbalik lalu sekejap ia tenggelam di pelukan Rama.

“Tahu tidak kalau hari ini hari Minggu ?  kantorku libur Sayang. kita jalan-jalan yuk.”

“Ha-hari Minggu yaa … maaf aku lupa.” Sempurna sudah rasa malu Ashiqa saat ini, tapi dia suka berada di dalam pelukan Rama hingga membuatnya nyaman.

“Shiqa, kamu sudah percaya kan kalo aku itu bukan Datuk Maringgih yang menawan Siti Nurbaya ? Kamu salah paham Sayang. Aku hanya seorang pria yang jatuh cinta pada seorang gadis dan aku beruntung bisa memiliki gadis itu.”

Ashiqa terdiam, raut wajahnya berubah jadi mendung ada kesedihan yang sedang dia sembunyikan sekuat tenaga. 

Entah siapa yang punya keberuntungan itu, suaminya atau dirinya yang dipersunting seorang pria baik hati. Rama mengecup puncak kepala Ashiqa sebelum istrinya melepaskan dirinya dari pelukannya dan meninggalkan kamar. Ada rasa aneh samar yang dirasakan oleh Rama, ada kabut di mata Ashiqa yang terbaca olehnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA PILIHAN PAPA   Hari baru

    Terryn datang dengan menggendong seorang bayi perempuan berumur enam bulan, cantik, lucu dan menggemaskan. Bayi itu putri Terryn dengan Deva parasnya sangat mirip dengan papanya hanya saja senyumnya adalah turunan dari mamanya.Terryn dan bayi Sheira datang untuk bermain bersama Raka yang kini usianya tepat dua tahun. Keluarga Rama sedang merayakan ulang tahun Raka yang kedua dimana anak itu sedang belajar disapih oleh Ashiqa. Hanya sebuah pesta kecil saja di taman mereka dan mengundang orang terdekat tanpa pesta yang mewah.“Anak cantiik … duuh tambah lucu aja sih kamu Sheira, sini Bunda Shiqa gendong.” Ashiqa menyongsong kedatangan Terryn dan bayinya. Sheira tampak akrab dengan Ashiqa sehingga dengan cepat dia berpindah ke dalam gendongan sahabat mamanya itu. Raka yang melihat Terryn datang berlari kecil menubruk kaki Terryn dan menarik lengannya. Terryn terkejut dan membungkuk menciumi kepala anak laki-laki yang sedang berulang tahun itu.“Mama Terryn punya kado untuk Raka, tapi sa

  • DUDA PILIHAN PAPA   Hot daddy

    Ashiqa menatap wajah Raka yang tidur dengan nyenyak dalam box bayinya. Dirinya masih tidak menyangka bayi itu akan kembali lagi ke pelukannya juga Rama yang sama berbahagianya dengan Ashiqa. Dengan lembut berulang-ulang jemari Ashiqa mengelus kepala Raka sambil bersenandung meninabobokan Raka. Rama datang sambil membawa segelas susu untuk Ashiqa. Beberapa terakhir ini adalah hari yang luar biasa bagi keluarga kecil Rama.“Sayang, minum dulu susu hangatnya, jaga kesehatanmu juga Sayang, kalau kamu kecapean aku akan carikan dua babysitter untukmu.” Rama menyodorkan susu itu pada istrinya.“Terima kasih Sayang, aku baik-baik aja kok, aku gak cape atau kenapa-kenapa.” Ashiqa meneguk perlahan susu yang dibawakan oleh Rama.“Kamu kan harus memulihkan kesehatan, katanya ibu yang pernah menjalani SC butuh waktu lama untuk pulih.” Rama sendiri membawa secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Mereka saat ini sedang berada di kamar Raka sambil menikmati keajaiban yang telah terjadi.Jenazah Ratmi s

  • DUDA PILIHAN PAPA   Detik terakhir

    Rama menyerahkan bayi dalam gendongannya itu pada Ashiqa, Ratmi masih duduk di lantai dan menunduk dalam-dalam. Perempuan itu belum bisa bernapas lega sebelum dia dan bayinya itu benar-benar selamat dan aman.“Kami akan memelihara dan menjaga bayi ini sementara saja, Bu. Hingga ibu ini bisa mendapat tempat tinggal yang layak dan aman bagi dirinya dan bayinya. Ibu tidak usah khawatir dengan apa yang terjadi dengan bayi ini, kehadirannya mungkin bisa menjadi pelipur lara bagi kami berdua," terang Rama pada ibu mertuanya.“Ayah dan Ibu tidak usah khawatir setelah ini kami akan baik-baik saja, Shiqa memang masih bersedih, Bu. Akan tetapi Shiqa merasa Tuhan sedang punya rencana hingga tiba-tiba ada bayi ini tidak sengaja masuk ke kamar Shiqa.”Ibu Widuri dan pak Mahendra saling berpandangan dan memberi kode, mereka merasa ini terlalu tiba-tiba dengan kehadiran bayi itu tapi ada harapan di mata putri mereka yang terlihat hidup. Ashiqa terlihat seperti sudah terikat erat dengan bayi yang bar

  • DUDA PILIHAN PAPA   Putra pengganti

    Rama menyerahkan bayi dalam gendongannya itu pada Ashiqa, Ratmi masih duduk di lantai dan menunduk dalam-dalam. Perempuan itu belum bisa bernapas lega sebelum dia dan bayinya itu benar-benar selamat dan aman.“Kami akan memelihara dan menjaga bayi ini sementara saja, Bu. Hingga ibu ini bisa mendapat tempat tinggal yang layak dan aman bagi dirinya dan bayinya. Ibu tidak usah khawatir dengan apa yang terjadi dengan bayi ini, kehadirannya mungkin bisa menjadi pelipur lara bagi kami berdua," terang Rama pada ibu mertuanya.“Ayah dan Ibu tidak usah khawatir setelah ini kami akan baik-baik saja, Shiqa memang masih bersedih, Bu. Akan tetapi Shiqa merasa Tuhan sedang punya rencana hingga tiba-tiba ada bayi ini tidak sengaja masuk ke kamar Shiqa.”Ibu Widuri dan pak Mahendra saling berpandangan dan memberi kode, mereka merasa ini terlalu tiba-tiba dengan kehadiran bayi itu tapi ada harapan di mata putri mereka yang terlihat hidup. Ashiqa terlihat seperti sudah terikat erat dengan bayi yang bar

  • DUDA PILIHAN PAPA   Raka Satria Gemilang

    Ashiqa memandang takjub pada bayi yang digendongnya, bayi tampan berkulit putih kemerahan, hidung mancung, rambut hitam yang lebat dan mata kecilnya yang mengedip perlahan. Tangis bayi itu reda seiring Ashiqa menimangnya dengan penuh kasih sayang.“Siapa nama bayi tampan ini?” tanya Ashiqa sambil tak lepas matanya memandangi bayi yang ada dalam gendongannya.“Bayi itu belum sempat diberi nama, Bu. Orang tuanya belum sempat memberikan nama dan mereka harus berpisah.” Ratmi memandang takut-takut kepada Ashiqa dan beralih pada pintu kamar itu. Samar terdengar kegaduhan di luar sana. Ratmi beranjak untuk mengintip. Dari celah pintu Ratmi mengintip dan beberapa orang berpakaian hitam itu muncul lagi dan memeriksa kamar satu persatu. Wajahnya memucat dan bingung hendak kemana.“Ada apa? Kenapa kau tampak ketakutan seperti itu?”“Maaf Bu, mereka sepertinya tetap mencari bayi ini, saya harus menyembunyikan dia, bayi ini kenangan terakhir orang tuanya dari keluarga tuan besar saya.” Bibir Ratm

  • DUDA PILIHAN PAPA   Bayi yang salah kamar

    Ashiqa yang siuman beberapa saat setelah operasi diperkenankan untuk melihat jasad bayinya yang terakhir kalinya. Perempuan itu memeluk, mendekap dan mencium jasad Baby yang terbungkus dalam kain putih. Ashiqa menangis tanpa suara, tanpa raungan dan tanpa sedu sedan. Hanya air matanya yang mengalir deras menandakan dia sedang terluka, rapuh dan penuh duka. “Sudah saatnya Baby pulang Sayang, dia akan selalu bersama kita. Berikan dia padaku Shiqa.” Rama mengecup kepala Ashiqa, membelainya dan meminta dengan lembut jasad Baby yang akan dibawanya untuk dimakamkan. Ashiqa masih mendekap erat jasad putrinya dan belum ingin memberikannya pada Rama.“Sayang, putri kita akan menunggu kita di pintu surga, dia lebih dulu menjadi bidadari di sana Sayang. Ikhlaskan yaa ? berikan Baby padaku, ku mohon Sayang.” Rama mencoba mengambil jasad Baby dari dekapan Ashiqa dengan pelan hingga Ashiqa melepaskan sosok mungil yang dingin tanpa nyawa itu.“Tidak … tidak … Ayah Baby, jangan bawa dia pergi … dia

  • DUDA PILIHAN PAPA   Bidadari surga ayah

    Malam sangat mencekam bagi keluarga Marco, Andrea istrinya tengah menahan sakit karena akan melahirkan sementara nyawa keduanya sedang terancam bahaya. Mobil yang mereka kendarai diserang oleh orang yang tak dikenal dan membuat sopir mereka tewas juga salah seorang asisten rumah tangga yang akan menemani Andrea bersalin. Sementara Marco sendiri tengah terluka parah tetapi dia berusaha agar istri dan anak yang akan dilahirkannya selamat.“Marco, rasanya aku sudah tidak tahan lagi, rasanya sakit sekali Marco.” Andrea mencengkram baju tidur yang dikenakannya. Peluh sudah membanjiri dahi Andrea sementara Ratmi asisten rumah tangganya yang selamat lainnya memegangi nyonya mudanya dengan rasa cemas dan ketakutan yang luar biasa.“Sabar Sayang sedikit lagi kita akan tiba di rumah sakit. Semoga suruhan Bastian tidak sampai mengikuti kita kemari.”“Marco, kau terluka, kau banyak mengeluarkan darah.” Andrea semakin pucat pasi, untung mobil yang mereka bawa masih bisa dikendarai dan menghindari

  • DUDA PILIHAN PAPA   Melangitkan doa

    Rama duduk menunggu istrinya yang terbaring lemah belum sadarkan diri, Ashiqa baru saja dipindahkan dari ruang tindakan ke ruang perawatan. Tangan Ashiqa belum juga dilepaskannya dan laki-laki itu masih merapal doa dalam hatinya agar istri dan anak dalam kandungannya baik-baik saja.“Ay … Ayah Baby ….” Ashiqa mulai membuka mata dan bersuara, tentu saja yang dicarinya terlebih dulu adalah suaminya. Rama mendongak dan mendekatkan wajahnya ke istrinya dan mencium dahinya dengan perasaan lega.“Sayang … akhirnya kamu sadar juga, aku di sini, ada apa?” tanya Rama dengan lembut, telapak tangannya membelai kepala Ashiqa perlahan.“Dokter bilang apa, Ay? Bagaimana Baby kita?” Ashiqa menyentuh perutnya perlahan.“Dokter bilang kamu harus bed rest, untungnya cepat ditangani jadi semuanya baik-baik saja. Kamu jangan khawatir yaa sayang, jangan stress, jangan banyak pikiran yaa.”“Maafin aku yaa yang sudah buat Ayah Baby cemas.” Ashiqa memegang erat tangan Rama.“Gak usah dipikirkan lagi. Aku tah

  • DUDA PILIHAN PAPA   Ujian lagi

    Ashiqa sedang mengupas apel untuk cemilannya, usia kandungannya sudah masuk tujuh bulan. Keadaan sudah semakin membaik sekarang meski pada akhirnya ada beberapa aset Rama yang harus dilepas untuk menyelamatkan perusahaan. Ashiqa tidak mengambil pusing karena dia yakin Rama pasti sudah memikirkannya dengan matang untuk setiap keputusan yang diambil.“Halooo … bumil!” Terryn muncul dari arah belakang Ashiqa sambil membawakannya beberapa kue dan cemilan pesanan Ashiqa.“Naaah … ini yang aku tunggu niih, lemper pedas ayam, risol dan karipap!" mata Ashiqa berbinar mengabsen bawaan Terryn.“Tapi ini banyak banget kalo kamu bikin sendiri, Yin.” Ashiqa takjub dengan keterampilan Terryn dalam mengolah panganan dengan rasa yang lezat.“Aku dibantu ibuku, ada Ibu datang dari kampung dan Ibu tanyain kamu jadi aku dan Ibu buatkan ini spesial buat bumil yang paling cantik ini.” Terryn mengambil sebuah apel di keranjang buah di hadapan Ashiqa dan menggigitnya.“Terima kasih banyak yaa … aku udah rep

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status