Home / Romansa / DUDA PILIHAN PAPA / Malam Pertama Ambyar

Share

DUDA PILIHAN PAPA
DUDA PILIHAN PAPA
Author: Joya Janis

Malam Pertama Ambyar

Author: Joya Janis
last update Last Updated: 2021-12-16 05:43:32

Rama melangkah pelan menaiki tangga menuju kamar pengantinnya. Dia  sedari tadi tersenyum-senyum sendiri tanda dia sangat bahagia dengan pernikahan ini. 

Ketika seorang pamannya menunjukkan foto gadis yang sedang tersenyum manis itu sebulan yang lalu Rama langsung mengiyakan untuk menerima perjodohannya. Tanpa basa basi dan bermodal keyakinan gadis itu dibesarkan dengan baik Rama langsung melamarnya dan menggelar pesta pernikahan yang sangat meriah.

Lalu di sini lah pria itu berada, di depan kamar pengantinnya untuk menghabiskan malam pertamanya sebagai suami, malam pertama di mana tanggung jawab dan kewajibannya untuk melindungi, mengayomi serta menyayangi gadis itu berpindah ke tangannya.

Jantung Rama berdetak tidak karuan, dia pun merasa seperti seorang gadis yang sangat gugup entah harus berkata apa dan bersikap bagaimana. Meski usia Rama lewat tiga puluh tahun dan bukan pernikahan pertamanya dia tetap gugup. Dia hanya sibuk dengan karirnya dan tidak ingin menjalin hubungan dengan wanita lain. Hanya dengan Ashiqa ia melabuhkan hatinya pun tanpa proses pacaran.

Rama mengetuk pintu lalu membukanya perlahan. Dia membayangkan sosok gadis yang tengah menunggunya di ujung tempat tidur dengan senyum malu-malu pula. Bibir Rama masih melengkungkan senyum itu namun berubah seketika saat ia melihat Ashiqa istrinya berdiri di sudut kamar masih dengan gaun pengantinnya dan menangis sesegukan. 

Rama menelan ludah sungguh ini di luar  dari bayangannya. Dia bingung tetapi  harus tetap menanyakan kepada istrinya apa yang terjadi.

“Ashiqa, kamu menangis?” tanya Rama dengan lembut. Bayangan malam pertama semanis madu dipenuhi senyum bahagia memudar di kepalanya.

“Apa aku terlihat sedang tertawa?” jawab Ashiqa dengan ketus sambil mengusap air matanya. Rama memandangi istrinya dia tersenyum geli bahkan dengan wajah merengut dan mata sembab seperti itu istrinya terlihat cantik, imut dan menggemaskan.

“Ouh maaf … apa yang membuatmu menangis Sayang?”  Rama mendekat dan ingin melihat wajah Ashiqa lebih dekat.

“Pertama, jangan panggil aku Sayang. kedua, kau adalah orang yang paling kejam di muka bumi ini, kamu gak ubahnya Datuk Maringgih yang menawan Siti Nurbaya Karena hutang ayahnya. Ketiga, jangan mimpi bisa menyentuhku meski kau adalah suamiku!”

Mata Rama membulat ia terkejut dengan apa yang di dengarnya barusan lalu dia tertawa dengan keras, Datuk maringgih terdengar sangat lucu di telinganya. Ashiqa menggeram sambil memelototi suaminya, Rama yang merasa tawanya justru menambah kemarahan gadis itu akhirnya memelankan tawanya dan berdehem agar geli di dalam hatinya terhenti.

 “Ehheemm … begini Ashiqa Putri Rumaisha, yang pertama kau adalah istriku wanita pertama yang mampu merebut hatiku dan sanggup membuatku mengakhiri masa duda dengan perasaan bahagia, sehingga aku menyayangimu dan memanggilmu Sayang. kedua, ayo lah coba lihat aku, tinggiku 185 centimeter, kulitku tidak putih tapi tidak gelap juga, umurku baru  tiga puluh dua tahun, kata orang wajahku tampan menawan bahkan ada yang bilang aku mirip Evan Sanders  sama sekali tidak mirip dengan Datuk Maringgih. Kesepakatan bisnis antara aku dan ayahmu itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pernikahan kita. Aku menyukaimu dan orang tuamu merestui lamaranku. Yang ketiga, aku bukan tipe laki-laki pemaksa Ashiqa, aku menghormati dirimu dan percayalah aku adalah laki-laki yang sabar untuk bisa menunggu hatimu terbuka untukku.”

Kini gantian Ashiqa yang menelan ludahnya ia terkejut dengan respon Rama suaminya, ia mengira Rama adalah pria yang dingin, angkuh dan keras. Bahkan Ashiqa dalam waktu sebulan ini bukan mempersiapkan mentalnya sebagai istri tapi ingin berperang melawan Rama yang dianggapnya telah memperdayai ayahnya hingga dia bisa dinikahi Rama.

“Ganti bajumu aku melihat kau sudah kepayahan berjam-jam memakai gaun yang berat itu. Oh yaa maaf aku gak bisa tidur di sofa aku gak suka jika bangun pagi badanku sakit semua. Jadi aku akan tetap tidur bersamamu di tempat tidur tapi jangan khawatir aku tidak akan melakukan itu padamu sekarang. “ Rama tersenyum jahil ke arah Ashiqa yang masih tertegun dengan dandanan yang acak-acakan.

Matahari bersinar hangat ini adalah hari keenam bagi Rama dan Ashiqa yang tengah berbulan madu di sebuah resort mewah pinggir pantai. Belum banyak yang berubah dari sikap dingin Ashiqa, ketus dan judes kepada Rama. 

Namun Rama tidak mengambil hati karena ia yakin jika sebenarnya Ashiqa itu perempuan yang lembut, penuh sopan santun dan penyayang. Itu terbukti ketika Rama mengenalkannya kepada kolega bisnisnya yang tak sengaja bertemu di resort itu, Ashiqa mampu membawa dirinya sebagai istri Ramadhan Al Farizi seorang pengusaha muda yang sukses membawa perusahaan peninggalan mendiang ayahnya ke tempat yang lebih tinggi. Ashiqa mampu bergaul dengan baik meski usianya terpaut jauh lebih muda dari  Rama.

Ashiqa merasa sedang bosan dan memilih jalan-jalan tak jauh dari kolam renang resort, ia meninggalkan Rama yang sedang menerima telpon penting dari perusahaannya. Walau terlihat sibuk sebenarnya mata Rama tak lepas dari istrinya dan mengawasi Ashiqa agar tak jauh-jauh darinya. Ashiqa tersenyum kecil melihat beberapa anak kecil sedang bermain dan berlarian. Sebagai anak tunggal Ashiqa sering merasa kesepian tanpa saudara yang menemaninya bermain atau bertengkar.

“Awas Dek hati-hati … mainannya jangan terlalu dekat kolam entar kecebur lhoo!” seru Ashiqa kepada anak-anak yang berusia enam dan tujuh tahun itu yang berlarian di pinggir kolam.  

Ashiqa mendekati mereka dan benar salah seorang dari mereka hampir terjatuh Ashiqa segera menarik seorang anak perempuan yang hampir tercebur  ke kolam renang dewasa. Namun malang bagi Ashiqa setelah anak itu aman justru ia tersenggol dengan anak lainnya yang masih berlarian di sekitar kolam, Ashiqa sama sekali tidak tahu berenang. Anak-anak kecil itu berteriak ketakutan dan minta tolong. Rama yang melihat kejadian itu berlari secepat kilat dan seketika terjun untuk menyelamatkan istrinya.

Ashiqa masih gemetar di pinggir kolam, orang tua dari anak-anak itu berdatangan dan meminta maaf kepada Ashiqa. Rama hanya mengangguk dan meminta agar anak-anak mereka tidak lepas dari pengawasan. 

Staf dari resort pun datang untuk melihat apa Ashiqa harus dibawa ke klinik atau tidak. Ashiqa menggeleng ia tidak apa-apa tapi ia masih syok karena sebenarnya ia takut dengan kedalaman air . Rama akhirnya menggendong  Ashiqa kembali ke kamar, dengan kikuk gadis itu melingkarkan lengannya di leher suaminya.

 “Ashiqa, aku adalah pria yang sangat sehat, aku jarang sakit dan tidak punya riwayat sakit jantung. Tapi ku rasa hari ini jantungku bermasalah. Sejenak ia berhenti berdetak saat aku lihat kamu menggapai-gapai di dalam kolam renang. Aku takut sekali sesuatu terjadi padamu.” Bisik Rama sewaktu mereka di dalam lift. Wajah Ashiqa bersemu merah, ia masih saja terkejut-kejut dengan sikap ekspresif suaminya. Rama mempererat gendongan ala bride style nya itu ketika Ashiqa meminta turun.

“Malu diliatin orang tau!” mata Ashiqa membulat dan masih saja protes tapi hal itu justru terlihat menggemaskan di mata Rama.

“Aku gak akan melepaskanmu Ashiqa, aku semakin menyukaimu.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA PILIHAN PAPA   Hari baru

    Terryn datang dengan menggendong seorang bayi perempuan berumur enam bulan, cantik, lucu dan menggemaskan. Bayi itu putri Terryn dengan Deva parasnya sangat mirip dengan papanya hanya saja senyumnya adalah turunan dari mamanya.Terryn dan bayi Sheira datang untuk bermain bersama Raka yang kini usianya tepat dua tahun. Keluarga Rama sedang merayakan ulang tahun Raka yang kedua dimana anak itu sedang belajar disapih oleh Ashiqa. Hanya sebuah pesta kecil saja di taman mereka dan mengundang orang terdekat tanpa pesta yang mewah.“Anak cantiik … duuh tambah lucu aja sih kamu Sheira, sini Bunda Shiqa gendong.” Ashiqa menyongsong kedatangan Terryn dan bayinya. Sheira tampak akrab dengan Ashiqa sehingga dengan cepat dia berpindah ke dalam gendongan sahabat mamanya itu. Raka yang melihat Terryn datang berlari kecil menubruk kaki Terryn dan menarik lengannya. Terryn terkejut dan membungkuk menciumi kepala anak laki-laki yang sedang berulang tahun itu.“Mama Terryn punya kado untuk Raka, tapi sa

  • DUDA PILIHAN PAPA   Hot daddy

    Ashiqa menatap wajah Raka yang tidur dengan nyenyak dalam box bayinya. Dirinya masih tidak menyangka bayi itu akan kembali lagi ke pelukannya juga Rama yang sama berbahagianya dengan Ashiqa. Dengan lembut berulang-ulang jemari Ashiqa mengelus kepala Raka sambil bersenandung meninabobokan Raka. Rama datang sambil membawa segelas susu untuk Ashiqa. Beberapa terakhir ini adalah hari yang luar biasa bagi keluarga kecil Rama.“Sayang, minum dulu susu hangatnya, jaga kesehatanmu juga Sayang, kalau kamu kecapean aku akan carikan dua babysitter untukmu.” Rama menyodorkan susu itu pada istrinya.“Terima kasih Sayang, aku baik-baik aja kok, aku gak cape atau kenapa-kenapa.” Ashiqa meneguk perlahan susu yang dibawakan oleh Rama.“Kamu kan harus memulihkan kesehatan, katanya ibu yang pernah menjalani SC butuh waktu lama untuk pulih.” Rama sendiri membawa secangkir kopi untuk dirinya sendiri. Mereka saat ini sedang berada di kamar Raka sambil menikmati keajaiban yang telah terjadi.Jenazah Ratmi s

  • DUDA PILIHAN PAPA   Detik terakhir

    Rama menyerahkan bayi dalam gendongannya itu pada Ashiqa, Ratmi masih duduk di lantai dan menunduk dalam-dalam. Perempuan itu belum bisa bernapas lega sebelum dia dan bayinya itu benar-benar selamat dan aman.“Kami akan memelihara dan menjaga bayi ini sementara saja, Bu. Hingga ibu ini bisa mendapat tempat tinggal yang layak dan aman bagi dirinya dan bayinya. Ibu tidak usah khawatir dengan apa yang terjadi dengan bayi ini, kehadirannya mungkin bisa menjadi pelipur lara bagi kami berdua," terang Rama pada ibu mertuanya.“Ayah dan Ibu tidak usah khawatir setelah ini kami akan baik-baik saja, Shiqa memang masih bersedih, Bu. Akan tetapi Shiqa merasa Tuhan sedang punya rencana hingga tiba-tiba ada bayi ini tidak sengaja masuk ke kamar Shiqa.”Ibu Widuri dan pak Mahendra saling berpandangan dan memberi kode, mereka merasa ini terlalu tiba-tiba dengan kehadiran bayi itu tapi ada harapan di mata putri mereka yang terlihat hidup. Ashiqa terlihat seperti sudah terikat erat dengan bayi yang bar

  • DUDA PILIHAN PAPA   Putra pengganti

    Rama menyerahkan bayi dalam gendongannya itu pada Ashiqa, Ratmi masih duduk di lantai dan menunduk dalam-dalam. Perempuan itu belum bisa bernapas lega sebelum dia dan bayinya itu benar-benar selamat dan aman.“Kami akan memelihara dan menjaga bayi ini sementara saja, Bu. Hingga ibu ini bisa mendapat tempat tinggal yang layak dan aman bagi dirinya dan bayinya. Ibu tidak usah khawatir dengan apa yang terjadi dengan bayi ini, kehadirannya mungkin bisa menjadi pelipur lara bagi kami berdua," terang Rama pada ibu mertuanya.“Ayah dan Ibu tidak usah khawatir setelah ini kami akan baik-baik saja, Shiqa memang masih bersedih, Bu. Akan tetapi Shiqa merasa Tuhan sedang punya rencana hingga tiba-tiba ada bayi ini tidak sengaja masuk ke kamar Shiqa.”Ibu Widuri dan pak Mahendra saling berpandangan dan memberi kode, mereka merasa ini terlalu tiba-tiba dengan kehadiran bayi itu tapi ada harapan di mata putri mereka yang terlihat hidup. Ashiqa terlihat seperti sudah terikat erat dengan bayi yang bar

  • DUDA PILIHAN PAPA   Raka Satria Gemilang

    Ashiqa memandang takjub pada bayi yang digendongnya, bayi tampan berkulit putih kemerahan, hidung mancung, rambut hitam yang lebat dan mata kecilnya yang mengedip perlahan. Tangis bayi itu reda seiring Ashiqa menimangnya dengan penuh kasih sayang.“Siapa nama bayi tampan ini?” tanya Ashiqa sambil tak lepas matanya memandangi bayi yang ada dalam gendongannya.“Bayi itu belum sempat diberi nama, Bu. Orang tuanya belum sempat memberikan nama dan mereka harus berpisah.” Ratmi memandang takut-takut kepada Ashiqa dan beralih pada pintu kamar itu. Samar terdengar kegaduhan di luar sana. Ratmi beranjak untuk mengintip. Dari celah pintu Ratmi mengintip dan beberapa orang berpakaian hitam itu muncul lagi dan memeriksa kamar satu persatu. Wajahnya memucat dan bingung hendak kemana.“Ada apa? Kenapa kau tampak ketakutan seperti itu?”“Maaf Bu, mereka sepertinya tetap mencari bayi ini, saya harus menyembunyikan dia, bayi ini kenangan terakhir orang tuanya dari keluarga tuan besar saya.” Bibir Ratm

  • DUDA PILIHAN PAPA   Bayi yang salah kamar

    Ashiqa yang siuman beberapa saat setelah operasi diperkenankan untuk melihat jasad bayinya yang terakhir kalinya. Perempuan itu memeluk, mendekap dan mencium jasad Baby yang terbungkus dalam kain putih. Ashiqa menangis tanpa suara, tanpa raungan dan tanpa sedu sedan. Hanya air matanya yang mengalir deras menandakan dia sedang terluka, rapuh dan penuh duka. “Sudah saatnya Baby pulang Sayang, dia akan selalu bersama kita. Berikan dia padaku Shiqa.” Rama mengecup kepala Ashiqa, membelainya dan meminta dengan lembut jasad Baby yang akan dibawanya untuk dimakamkan. Ashiqa masih mendekap erat jasad putrinya dan belum ingin memberikannya pada Rama.“Sayang, putri kita akan menunggu kita di pintu surga, dia lebih dulu menjadi bidadari di sana Sayang. Ikhlaskan yaa ? berikan Baby padaku, ku mohon Sayang.” Rama mencoba mengambil jasad Baby dari dekapan Ashiqa dengan pelan hingga Ashiqa melepaskan sosok mungil yang dingin tanpa nyawa itu.“Tidak … tidak … Ayah Baby, jangan bawa dia pergi … dia

  • DUDA PILIHAN PAPA   Bidadari surga ayah

    Malam sangat mencekam bagi keluarga Marco, Andrea istrinya tengah menahan sakit karena akan melahirkan sementara nyawa keduanya sedang terancam bahaya. Mobil yang mereka kendarai diserang oleh orang yang tak dikenal dan membuat sopir mereka tewas juga salah seorang asisten rumah tangga yang akan menemani Andrea bersalin. Sementara Marco sendiri tengah terluka parah tetapi dia berusaha agar istri dan anak yang akan dilahirkannya selamat.“Marco, rasanya aku sudah tidak tahan lagi, rasanya sakit sekali Marco.” Andrea mencengkram baju tidur yang dikenakannya. Peluh sudah membanjiri dahi Andrea sementara Ratmi asisten rumah tangganya yang selamat lainnya memegangi nyonya mudanya dengan rasa cemas dan ketakutan yang luar biasa.“Sabar Sayang sedikit lagi kita akan tiba di rumah sakit. Semoga suruhan Bastian tidak sampai mengikuti kita kemari.”“Marco, kau terluka, kau banyak mengeluarkan darah.” Andrea semakin pucat pasi, untung mobil yang mereka bawa masih bisa dikendarai dan menghindari

  • DUDA PILIHAN PAPA   Melangitkan doa

    Rama duduk menunggu istrinya yang terbaring lemah belum sadarkan diri, Ashiqa baru saja dipindahkan dari ruang tindakan ke ruang perawatan. Tangan Ashiqa belum juga dilepaskannya dan laki-laki itu masih merapal doa dalam hatinya agar istri dan anak dalam kandungannya baik-baik saja.“Ay … Ayah Baby ….” Ashiqa mulai membuka mata dan bersuara, tentu saja yang dicarinya terlebih dulu adalah suaminya. Rama mendongak dan mendekatkan wajahnya ke istrinya dan mencium dahinya dengan perasaan lega.“Sayang … akhirnya kamu sadar juga, aku di sini, ada apa?” tanya Rama dengan lembut, telapak tangannya membelai kepala Ashiqa perlahan.“Dokter bilang apa, Ay? Bagaimana Baby kita?” Ashiqa menyentuh perutnya perlahan.“Dokter bilang kamu harus bed rest, untungnya cepat ditangani jadi semuanya baik-baik saja. Kamu jangan khawatir yaa sayang, jangan stress, jangan banyak pikiran yaa.”“Maafin aku yaa yang sudah buat Ayah Baby cemas.” Ashiqa memegang erat tangan Rama.“Gak usah dipikirkan lagi. Aku tah

  • DUDA PILIHAN PAPA   Ujian lagi

    Ashiqa sedang mengupas apel untuk cemilannya, usia kandungannya sudah masuk tujuh bulan. Keadaan sudah semakin membaik sekarang meski pada akhirnya ada beberapa aset Rama yang harus dilepas untuk menyelamatkan perusahaan. Ashiqa tidak mengambil pusing karena dia yakin Rama pasti sudah memikirkannya dengan matang untuk setiap keputusan yang diambil.“Halooo … bumil!” Terryn muncul dari arah belakang Ashiqa sambil membawakannya beberapa kue dan cemilan pesanan Ashiqa.“Naaah … ini yang aku tunggu niih, lemper pedas ayam, risol dan karipap!" mata Ashiqa berbinar mengabsen bawaan Terryn.“Tapi ini banyak banget kalo kamu bikin sendiri, Yin.” Ashiqa takjub dengan keterampilan Terryn dalam mengolah panganan dengan rasa yang lezat.“Aku dibantu ibuku, ada Ibu datang dari kampung dan Ibu tanyain kamu jadi aku dan Ibu buatkan ini spesial buat bumil yang paling cantik ini.” Terryn mengambil sebuah apel di keranjang buah di hadapan Ashiqa dan menggigitnya.“Terima kasih banyak yaa … aku udah rep

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status