Share

Alasan Dukun Hidup Sederhana

Bab 20

Hari merambat magrib saat deru mobil meninggalkan halaman rumah. Mobil milik pasien santet paku yang pulang dengan kesembuhan.

Aku dan Tio mendorong motor memasuki rumah. Namanya juga motor baru, sebaiknya kuparkir di dalam biar aman.

Di ruang pasien, Bapak sibuk menghitung uang. Padahal sudah jelas mereka membayar senilai sepuluh juta, seratus ribu, sepuluh ribu dan seratus rupiah. Masih saja Bapak hitung bolak-balik.

Tio mendekati Bapak, sementara aku sibuk membaca kertas garansi motor.

"Banyak bener, Mbah." Tio bergumam kagum.

Bapak tak merespon.

"Maaf ya Mbah, aku tuh sering bingung." Tio berucap lagi.

"Kau bingung apaan, Bocah?" Bapak tertawa sembari memasukkan uang ke dalam kain berwarna hitam.

Bapak bangkit dari duduk bersila dan hendak menuju kamar.

"Mbah, kenapa kebanyakan dukun hidup sederhana seperti ini?" Tio memindai tiap sudut rumah dengan binar prihatin. Seolah rumah kami tak layak huni.

"Padahal bayaran dukun itu mahal. Lagi pula, daripada memperkaya orang lai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status