Share

Part-17 Jarak Memisahkan

Trending Topic hari ini,  sepuluh pemuda seluruh dunia yang masuk seleksi untuk di didik menjadi asisten Imam Masjidil Haram salah satunya dari Indonesia yaitu Muhammad Thoriq Al-Farisi! Mereka berdiri berjajar dengan baju gamis putih dengan keffiyeh (sorban Arab) ala  model Omar Borkan Al-Gala. Terlihat trendi, Kakak sangat tampan dengan wajah bersih terbasuh air wudhu. Laki-laki yang dikaguminya adalah pemuda sepuluh besar dunia yang masuk seleksi pemerintah Arab Saudi. Pemuda tampan dari keluarga baik-baik yang sangat menjaga diri.

“Semua bintang pudar cahayanya dihadapanmu, termasuk diriku. Aku hangus terbakar dan menjadi abu. Jika saja aku memiliki satu kesempatan, akan kuperbaiki semua yang telah kuhancurkan....” pandangan Savanna menerawang, bahagia dan pedih bergantian dihatinya melihat wajah itu di layar kaca. Jarak akhirnya membuat dirinya dan Thoriq berjauhan tapi hati keduanya lebih jauh dari itu.

Savanna tidak marah ketika Umi tidak menyetujui hubungannya dengan Thoriq, hanya sedih. Ia bisa memahami apa yang dirasakan Umi, wanita itu menjaga Thoriq mulai dari alam rahim, membacakanya Al-Quran agar saat dewasanya menjadi penghapal Al-Quran Nur Karim. Umi yang sholehah berasal dari keturunan orang sholeh,  keluarga Thoriq dari kakek buyutnya adalah keluarga kyai yang mengalir darah Arab dalam tubuhnya. 

Itulah kenapa Savanna tak pernah membantah Thoriq, ia memposisikan dirinya sebagai orang dalam bimbingan. Tapi semua tak ada artinya lagi, sejauh apapun ia berusaha mengikuti Thoriq tak akan bisa terkejar. Dia lelaki terpilih, permata dunia. Seluruh harta dunia tak ada artinya dibanding pemuda sholeh sepertinya. Kakak pantas mendapatkan pendamping yang setara dengan kesholehan-nya. Sekalipun Kanaya telah melepasnya Savanna tetap merasa tak pantas bersanding dengannya.

“Sepertinya anda membutuhkan ambulance Savanna...” Verga menatapnya tersenyum.

“Abulance untuk apa, aku tidak sakit Verga..” Savanna kebingungan dengan komentar Verga.

“Takut kedua bola matamu melompat keluar memperhatikan pemuda di televisi itu...” Verga menahan senyumnya.

“Verga, anda sedang bercanda...?” Savanna tersenyum pahit, hatinya berdenyut oleh pedih yang dalam.

“Tidak, aku sedang serius. Apa anda mengenalnya...?” Verga menatap penuh selidik.

“Siapa...?” Savanna pura-pura bodoh.

“Pemuda di layar televisi itu...” tunjuk Verga pada layar monitor.

“Ya, aku mengenalnya Verga” Savanna menghembuskan nafas berat, dilihatnya ponsel dalam genggaman-nya. Tak ada apapun dari Thoriq, sepertinya sudah dilupakan. Sudut mata Savanna berkaca, bagaimana caranya menyembuhkan rasa sakit ini...?

“Savanna, apakah dia kekasihmu..?” Verga menatap menyelidik.

“Dulu, sekarang sudah tidak lagi....” dadanya berdenyut, masih terasa pedihnya menyadari harus kehilangan.

“Kenapa tidak lagi...?”

“Aku tak pantas untuknya.”

“Bukan tak pantas tapi tak sesuai, anda harus membuat penyesuaian jika bersamanya dan melupakan hasrat modeling-mu. Dunia yang sangat berbeda..." Verga seperti merasakan pedihnya.

“Ya Verga, aku pilih Hanny Hananto karena menghususkan busana batik. Busana sopan dari negeri tercintaku. Aku tak lagi menerima peragaan busana houte couture yang sexi dan transparan. Aku sedang menyesuaikan diri Verga meski tak tahu apakah masih ada gunanya..” semua perubahan dan perbaikan diri hanya kaulah alasannya Kakak, aku membutuhkanmu melebihi apapun didunia ini. Bahkan jika harus menyelami samudra akan kulakukan asal bisa bersamamu, kini air mata itu telah merembes dikedua pipinya.

“Anda gadis hebat, anda bisa mencari pengganti melebihi dia semudah menjentikkan jari tanganmu...” selama jadi manager belum pernah ditemuinya model seperti Savanna, tidak menyukai pesta dan meghindari lawan jenisnya padahal tidak sedikit model dan pengusaha  Italy yang mendekatinya. Tampan dan kaya raya tapi semua seakan tak berarti dimata Savanna.

“Aku hanya membutuhkannya Verga, tak ada yang lain. Dia tak tergantikan, dia bayang-bayang cahayaku...” Savanna menatap kejauhan seperti ingin ditemukannya sesuatu disana.

“Wow....aku baru dengar kata-kata seperti ini seumur hidupku...” sepasang bola mata Verga membulat sempurna. 

Savanna menahan nafas, jari jemarinya bergetar ketika pemuda itu mulai memperdengarkan suaranya membaca Al-Quran, surah Asy-Syams yang artinya Matahari ;

Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang apabila menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta pembinaannya, demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaan-nya, sungguh beruntung orang yang mensucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya (jiwa itu).....

Savanna memejamkan kedua matanya, meresapi makna bacaan itu. Merembes tetesan air mata, merasa banyak kesalahan dan dosa. Beruntungnya yang akan menjadi istrimu Kakak, aku memang tak pantas untukmu. Seandainya Allah menjodohkan kita, aku akan mengabdi padamu hingga akhir hidupku. Menghabiskan setiap jam setiap harinya  bersamamu. Andai saja.....

“Ini jadwal kita dalam bulan ini Nona Savanna ....” suara Verga menyadarkannya dari pedih yang mendera, kehidupan ini tentang kenyataan ia harus menghentikan lamunannya untuk sampai pada tujuannya.

“Minggu depan kita ke Los Angeles Verga...?” Savanna menyusut air matanya.

“Ya, dengan lima model dan enam kru...” lanjut Verga sambil menunjukkan jadwalnya.

“Baiklah Verga, aku senang bisa kerja sama denganmu...” Savanna mengukir sepotong senyum.

“Sama-sama nona Savanna..” Verga hanya menggelengkan kepalanya melihat modelnya yang sedang sensitif.

Sepeninggal Verga, Savanna mematut dirinya didepan kaca dengan hijab ditangan. Hijab berwarna hijau toska hadiah dari Muhammad Thoriq, sebelum dipakai di kepala diciumnya hijab itu dengan takjim. Dicarinya harum tubuh pemiliknya disana, hijab itu dibawanya kemana dia pergi. “Aku mencintaimu Kakak, kaulah orang yang pertama dan terakhir dalam hidupku meski mungkin semesta tak berpihak pada kita.....” 

****

Mekah sedari dulu telah menjadi salah satu tujuan orang Indonesia mencari ilmu. Beberapa ulama Indonesia pernah menjadi imam di Masjidil Haram. Ketinggian ilmu dan akhlak menjadikan mereka memiliki kedudukan tinggi di jantung umat Islam dunia. Tiga nama itu adalah ;

1.Syeikh Junaid Al Batawi 

2. Imam Nawawi Al Bantani 

3.Syikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi

Di Saudi Arabia tak sembarang orang bisa menjadi Imam mesjid, biasanya dipilih oleh pemerintah Saudi atau mufti setempat dengan beberapa kriteria, diantaranya harus hapal Al-Quran, berakhlak baik, mempunyai kedalaman ilmu agama dan berasal dari keluarga baik-baik. Imam Mesjid biasanya berasal dari orang Arab asli kecuali asistennya, bisa dipilih dari orang kepercayaan dengan seleksi yang sangat ketat.

Muhammad Thoriq dan sembilan pemuda dari negara lain seperti Mesir,  Palestina, Abudabi, London, Jerman, Maroko, Sudan dll, mendapat pendidikan selama satu tahun di Arab Saudi untuk menjadi asisten Imam Masjidil Haram. Setelah itu bisa kembali ke negaranya untuk mengamalkan ilmu yang didapat di negara masing-masing.

Orang Arab sangat mementingkan sholat, khususnya sholat jama’ah bahkan bekerja atau aktivitas apapun dianggap hanya kegiatan menunggu waktu sholat. Semua kegiatan dan aktivitas akan ditinggalkan saat adzan  berkumandang, sholat adalah hisap pertama saat amal dipertanyakan.

Orang Arab juga sangat menghargai orang tua, khususnya ibu. Pemuda Arab bisa tidak masuk kerja karena disuruh ibunya ber-istirahat dirumah hanya gara-gara sakit ringan. Mereka beranggapan bahwa berkah dan rejeki itu datangnya karena doa ibu bukan karena yang lain, ridha Aĺlah datangnya karena ridha orang tua.

Abdel adalah teman satu karantinanya dari Maroko, wajah bersih dan selalu tersenyum. Setiap jam istirahat ia selalu bertelfon, kalau tidak dia yang telfon pasti menerima telfon.

“Anggota keluargamu banyak sepertinya...” tanya Thoriq penasaran.

“Tidak, aku hanya dua bersaudara...”

“Mereka tiap hari menelponmu...?" tatap Thoriq ingin tahu.

“ Itu Yassine...”

“Apakah dia saudaramu?”

“Tidak, dia calon istriku. Kami akan menikah setelah pulang dari sini...”

“Anda sangat beruntung Abdel...” Thoriq ikut senang dengan kebahagiaan teman barunya.

“Apakah anda tak memiliki calon istri..?” tatap Abdel.

Sepasang mata Thoriq terpaku pada papan iklan berukuran besar dengan tulisan Arab, hijab batik tulis Hanny Hananto. Model dalam iklan itu tersenyum manis, menghipnotis bagi siapa saja yang melihatnya.

“Tidak, kami sudah putus. Itu orangnya..” Thoriq menunjuk papan reklame besar dengan seorang gadis mengenakan baju muslim batik tulis, Savanna tampak anggun dan kharismatik dengan balutan busana batik tulis Hanny Hananto. "Apakah sekarang Savanna berhijab...?" ada getar dihatinya, andai saja....

“Wow, jika ada kesempatan kembali padanya cepat nikahi dia....” saran Abdel.

“Kenapa begitu...?” Thoriq mengerutkan keningnya.

“Takut keduluan dipinang orang lain...” Abdel tersenyum menggoda.

“Aku saja tak berani melihat dua kali foto dalam iklan itu...?”

“Kenapa...?” kini Thoriq yang ingin tertawa. 

“Aku takut melupakan Yassine calon istriku.”

“Kau ada-ada saja Abdel...”

“Apakah dia satu negara denganmu?”

“Satu kota malah..”

“Kudoakan kalian berjodoh dan menjadi suami-istri...”

“Terima kasih Abdel, salam buat Yassine ya...”

“Akan kusampaikan, kita kembali ke kelas Thoriq sekarang pelajaran Syeik Jaber...”

“Ya Abdel...”Thoriq bergegas, namun pikirannya masih tertinggal pada gadis di dipapan iklan yang berukuran besar itu. Gadis berhijab batik tulis Hanny Hananto. Kau semakin bersinar Humairah, senyum-mu tak berubah juga tatapan matamu. Sepertinya kau menikmati hidupmu, meski tanpaku!

****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status