Share

Part-23 Negeri Diatas Awan

Nepal Wonders of the World, Nepal adalah keajaiban dunia. Hanya mempunyai luas wilayah 0,1% di bumi tetapi memiliki keaneka ragaman hayati yang terkaya di dunia. Nepal dilaporkan memiliki daratan berumput tertinggi di dunia, yang berada di Chitwan. Mempunyai 5980 spesies tanaman bunga yang mencakup 2,4% dari total tanaman bunga di dunia, lebih dari 360 spesies anggrek dan 250 spesies tanaman bunga endemik di Nepal tidak bisa ditemukan di tempat lain. Nepal mengisi imaji mereka yang mencari makna hidup dan bertualang. Nepal adalah Kathmandu, dan Kathmandu adalah Thamel. Thamel sebuah jantung kota yang berdetak kencang, memompa darah kota ini dengan kerlap-kerlip bintang di langit malam. Keindahan dan misterinya menyatu dalam kebudayaan dan cara hidup penduduk Nepal.

Edward menatap langit malam, Nepal membuatnya takjub. Kerasnya dunia bisnis tak terasa oleh keindahan alam Nepal. Diusianya yang ke-30 tahun Edward sudah mendapatkan apapun yang diinginkan oleh separuh populasi laki-laki didunia, kesuksesan, tahta dan harta. Hanya satu yang belum dia punya, wanita! Banyak wanita yang menginginkannya, bahkan bersedia menjadi kekasihnya tanpa syarat. Edward adalah sang penakluk, dia tak menyukai sesuatu yang mudah, biasa dan tanpa tantangan. Edward menyukai sesuatu yang bernilai dan abadi, ia tahu bagaimana cara mendapatkannya. Permata terbaik didunia, tidak akan bisa didapatkan tanpa pengorbanan dan Edward mengingat gadis negeri tropis yang berkulit coklat eksotik dengan sepasang bola mata bulat. Didalam matanya ada binar kehidupan, semangat pantang menyerah dan kekuatan yang membuatnya takluk. Namun Savana tak bisa ditakluk-kan olehnya karena hatinya sudah diserahkan kepada orang lain. Laki-laki yang selalu memberinya air mata! "Apa hebatnya kekasih Savanna sehingga gadis itu menolakku...?" Edward menghembuskan nafasnya kasar. Tak mengerti dan tak paham kenapa masih mengejar gadis itu, cintanya yang bertepuk sebelah tangan kadang membuat hatinya terasa sakit, Edward hanya ingin melihat Savanna selalu tersenyum bahagia.

Seminggu lagi Savanna ulang tahun, Edward ingin memberinya kejutan. Tapi bagaimana dengan jadwal kerja gadis itu ...? Mungkin ia harus bekerja sama dengan Hanny Hananto sahabatnya, teman semasa kuliah di Cabridge University. Jika harus mengganti jadwal Savanna secara finansial tak apalah. Berada di Tiger Top hotel, hotel bernuansa hutan terbaik Edward kembali mengingat Savanna. Mengadakan pesta kecil dengan teman-teman dekat mungkin akan membuat kejutan yang menyenangkan buat Savanna. Gadis itu pasti tak menolak jika big boss-nya yang bicara. Ditekannya nomor ponsel Hanny Hananto.

"Hai...apa kabar temanku, semoga sehat dan sukses selalu..." Edward memberi salam Hanny.

"Alhamdulillah, kabar baik Sir. Ada sesuatu yang penting rupanya...?" sambut Hanny hangat.

" Aku ingin mengundangmu di Tiger Top Nepal.."

"Wow....jauh sekali Edward, peresmian bisnis properti-kah..?" Hanny Hananto sibuk berpikir, terakhir ketemu Edward enam bulan lalu di London.

"Tidak, hanya acara peringatan ulang tahun...."

"Wow, amazing. Kamu tidak lahir di bulan ini Sir..." Hanny Hananto mengerutkan keningnya, ia punya catatan tanggal lahir teman-teman dekatnya.

"Memang bukan tapi ulang tahun anak buahmu...."

"Hmmm...sudah bisa kutebak, Savanna Halina Putri. Kau tergila-gila padanya Edward. Tapi jadwalnya lagi penuh, bagaimana ya..." Hanny Hananto sibuk berpikir.

"Masih seminggu lagi, bisa dikoreksi-kah jadwal gadis pujaanku..? Kumohon, ini penting buatku Hanny.." Edward memohon pada sahabatnya.

"Untukmu semua bisa Sir, baiklah aku akan re-skedule lewat Verga managernya. Deal..." Hanny Hananto tak bisa menolak, untuk pemilik Holding Company sekelas Edward yang tak mungkin-pun menjadi kenyataan.

Edward adalah nomor satu dalam segala hal, akademisi, intekektual dan negosiasi. Belum ada yang bisa mengalahkannya, baik saat kuliah maupun dalam bisnis. Edward adalah pemenang dalam segala hal kecuali menundukkan hati seorang gadis, Savanna Halina Putri adalah impian yang sulit diraihnya. Edward bisa meraihnya lewat uang dan kekuasaannya tapi harga tertinggi seorang laki-laki dinilai dari caranya menghormati wanita.

"Apakah Savanna sudah tahu...?"

"Kalau sudah tahu bukan kejutan namanya..." Edward tertawa.

"Baiklah, aku akan membawa Princess Cinderela ke Nepal menemui pangerannya dengan memakai sepatu kaca..." Hanny tergelak sekaligus terharu, belum pernah ia melihat Edward begitu terobsesi pada wanita seperti pada Savanna.

"Privat jet akan menjemput kalian di Milan. Terima kasih Hanny, aku akan mengingat kebaikanmu selamanya" puji Edward dengan senyum lebar, angannya melayang karena akan bertemu gadis pujaannya.

Tahukah Anda arti  kesuksesan....? Sukses adalah kekuasaan, mengendalikan keinginan bahkan yang menyangkut orang lain.

Orang yang sukses selalu punya impian dan mewujudkannya sekalipun penuh resiko. Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan dan mengerjakan hal-hal besar yang buat orang biasa sulit dilakukan! "Bagaimana dengan diri Anda, apakah tanda-tanda itu juga ada...?

"Sama-sama Edward, semoga kamu sehat dan bisnismu lancar."

"Bye Hanny..." 

Bola mata Edward berbinar, Dua minggu tidak bertemu Savanna rasanya seperti seabad, rindu menggebu. Ngobrol berdua sambil menikmati makanan membuat Edward bahagia. Sedang apakah gadis kesayangannya itu malam-malam begini tapi teleponnya sibuk terus, sedang menelpon siapakah dia...?

"Sir. Edward, apakah Anda membutuhkan layanan pijat...?" intertainment hotel menawarinya. 

Sejak mengenal Savanna Edward seperti tak menginginkan wanita lain, apalagi wanita penghibur. Pelan-pelan ia mulai membaca kitab suci yang suka di baca gadis itu. Al-Quran. Disana tertulis bahwa hubungan sex pra nikah dilarang, bahkan kode keras apalagi sampai berganti-ganti pasangan. Pernikahan, tidak pernah terpikir dibenak Edward bahkan teman-temannya sampai memiliki anak juga belum menikah. Baginya menikah hanya legalitas diselembar kertas, tak lebih. Tapi di Kitab suci Al-Quran tertulis, pernikahan adalah penghormatan terhadap manusia yang membedakan manusia dengan binatang. Karena hubungan intim dalam pernikahan adalah ibadah, sedang binatang melakukannya hanya berdasarkan nalurinya saja. Edward merenung dan akal sehatnya mulai menemukan titik terang bahwa yang sudah dilakukannya selama ini adalah tidak benar!

"Tidak, tapi aku membutuhkan layanan khusus untuk mengadakan pesta ulang tahun temanku, apakah kau bisa membantuku...?" Edward menatap intertainment hotel.

"Bisa Sir, apakah besok malam?" tawar intertainment hotel.

"Tidak, masih seminggu lagi. Persiapkan acara khusus yang mengesankan, aku akan memberimu tips menarik" janji Edward.

"Baik Sir, nanti akan kami kabari lagi."

"Siapa namamu boy...?" Edward memperhatikan name tag di dada lelaki itu.

"Yuddha Sir."

"Nama yang bagus, aku jarang mendengarnya. Bolehkah tahu artinya..?"

"Dalam bahasa kami artinya perang, laki-laki yang tangguh dan gentlement Sir.."

"Wow, hebat sekali orang tuamu memberikan nama untukmu. Baiklah Yuddha bekerjalah yang baik dan dapatkan impianmu.." Edward menepuk bahu Yuddha.

"Siap Sir. I salute the God in you, saya menghormati tuhan dalam dirimu..." itu kata penghormatan orang Nepal terhadap orang yang baru dikenalnya. Bahasa resmi Nepal adalah bahasa Nepali. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Maithili dan Inggris.

Thamel adalah kawasan di Kathamandu yang merupakan pusat turisme. Menjadi persinggahan pertama sebelum semua pelancong, wisatawan, dan para pendaki hebat kelas dunia menjelajahi puncak-pucak gunung tertinggi di Nepal, Mount Everest. Orang Nepal menyebut gunung Himalaya dengan "Sagarmatha" yang artinya dahi langit sedangkan penduduk lokal di Nepal timur menyebutnya dengan ""Chomolungma" yang artinya Dewa Ibu Dunia.

..........

Ponsel Savanna bergetar, jam menunjukkan pukul 02:00 (GMT+2) waktu Milan berarti di Indonesia jam 20:00 WIB, selisih 5 jam. Tangan Savanna meraba-raba mencari ponsel dengan mata yang setengah terpejam. Dilihatnya layar ponsel, Thoriq! Ia langsung bersandar di kasur dengan tubuh berbalut selimut tebal hingga leher begitu melihat video call.

"Assalamualaikum Humairah..." wajah Thoriq terlihat segar, habis sholat isya dan tartil Al-Quran.

"Waalaikumsalam Kakak...." suaranya serak terbalut kantuk.

"Kenapa tubuhmu terbungkus selimut begitu, kamu lagi sakit...?" Thoriq menatap kawatir.

"Tidak Kakak, disini jam 02:00 (GMT+2) pagi waktu Milan. Aku sedang terlelap ketika telepon berdering, maafkan lupa menelponmu hari ini jadwalku padat, habis sholat isya aku tertidur.."

"Oh ya, maaf aku lupa. Lanjutkan tidurnya..." 

"Jangan tutup teleponnya Kakak, aku kangeeen...." suara serak Savanna menghilang, sepasang bola matanya terbuka sempurna.

"Kamu harus bisa menyeimbangkan waktumu sayang, jangan diforsir..."

Melihat tubuh Savanna bergelung dengan selimut tebal pikiran Thoriq terbang kemana-mana. Hatinya terus istighfar namun konsentrasinya adalah tubuh dibalik selimut itu, astaghfirullahaladzim....

"Sayang, aku pakai telepon biasa aja ya gak usah video call..." Thoriq menggaruk kepalanya, menahan gejolak hasrat yang hampir menghanguskannya!

"Ih... Kakak ngeres otaknya..." Savanna tergelak.

"Tidak, tapi aku laki-laki nornal sayang. Maafkan aku, oke nanti ku telepon lagi.." Thoriq mematikan video call-nya tanpa persetujuan Savanna lagi.

Inilah repotnya jika berhubungan beda negara, selisih jam membedakan aktivitas keduanya. Thoriq menuju kamar mandi dan membasuh mukanya dengan air wudhu untuk menundukkan hasrat-nya. Dari kamar mandi ia mendengar ponselnya terus berdering, rupanya Savanna tak sabar menunggu di telepon ulang. Mungkin mengira Thoriq tidak menelfonnya lagi.

"Kakak, kenapa lama sekali ngangkat teleponnya.." Savanna merajuk.

"Aku kekamar kecil dulu.." jawab Thoriq tersipu, semoga Savanna tak tahu alasannya kenapa kekamar mandi.

"Ambil air wudhu ya..." Savanna tergelak.

"Kok kamu tahu sih...?" Thoriq menggaruk kepalanya, dadanya kembang kempis oleh rasa bahagia. Ternyata Savanna memperhatikan kebiasaannya.

"Tahulah, kan aku suka memperhatikan kebiasaan Kakak..." Savanna menahan senyumnya, ia ingin menggoda kekasihnya. Ia tahu Thoriq pendiam dan serius tapi sejak melamar kata-katanya jadi banyak, bahkan berani mencium pucuk kepalanya waktu di bandara. Savanna berdebar membayangkan itu, menjadi istri Thoriq adalah impian-nya sejak ia melihat pemuda itu pertama kali dipanggung sedang membacakan ayat suci Al-Quran dengan tartil yang penuh dinamika.

"Kakak tahu gak aku pakai baju apa dibalik selimut...?" Savanna menahan senyumnya.

"Humairah....please, jangan terus menggodaku..." muka Thoriq merah padam, untung Savanna tidak bersamanya.

"Nggak Kakak, aku hanya memberi tebakan....." Savanna pura-pura bodoh walau sebetulnya perutnya sakit menahan tawa.

"Aku tidak tahu dan tak mau tahu.." Thoriq menghindar.

"Makanya jangan telepon tengah malam, orang lagi enak tidur di telepon..." protes Savanna.

"Kan disini jam 20.00 WIB, kenapa kamu angkat kalau tengah malam...?" kata-kata Thoriq mulai kacau, grogi. Ditariknya nafas panjang lalu menghembuskannya untuk menyeimbangkan pikirannya.

"Jam berapapun kalau Kakak yang telepon pasti kuangkat..."

"Alhamdulillah, terima kasih Humairah..." Thoriq mulai tenang.

"Kakak sekarang beda loh, lebih berani.." Savanna kembali menggoda.

"Masak..?"

"Waktu di bandara Soekarno Hatta Kakak cium kepala aku..." Savanna selalu mengingat peristiwa itu, rasanya luar biasa.

"Hmmm..." Thoriq tak memiliki jawaban untuk membalas.

"Padahal aku udah siap loh kalau Kakak mau cium yang lain..." Savanna mebahan senyumnya, untung tidak sedang video call.

"Hmmm...sepertinya kamu salah minum obat ya...?" Thiriq bingung untuk membalas Savanna.

"Aku tidak minum obat Kakak, aku sehat wal-afiat. Suhu tubuhku juga normal 36 derajat celcius. Hanya satu yang tidak normal..." Savanna menggantung kalimatnya.

"Apa itu...?" Thoriq penasaran.

"Aku ingin segera jadi istri Kakak..."

"Hemmm...Humairah..." wajah Thoriq merah padam, sejak dilamar Savanna lebih terbuka dan membuat hatinya selalu kalang kabut.

"Ya Kakak..."

"Aku sama Ilham akan ke Milan..."

"Oya....senengnya bisa ketemu Kakak, aduuuh...!" Savanna hampir melompat dari tempat tidurnya namun ujung kakinya terantuk kursi kecil.

"Kenapa, hati-hati dong..." suara Thoriq tampak kawatir

"Ujung kakiku terantuk kursi Kak.." Savanna mengaduh dan mendesis kesakitan.

"Kalau sakit disana gak ada siapa-siapa.." pesan Toriq.

"Ada Verga dan pasti  kakak akan segera datang ke Milan."

"Sok yakin sih."

"Yakin dong, kan kakak sudah melamarku. Terima kasih ya, ngomong- ngomong ke Milan acara apa Kak...?"

"Mendapatkan undangan dari komunitas muslim di Milan."

"Asyik Kak, aku akan bergabung. Boleh kan...?" Savanna memohon.

"Tentu saja tapi bagaimana jadwal pekerjaanmu?"

"Begitu ada waktu aku pasti menemui Kakak. Jam berapapun, boleh kan?"

"Untukmu ada waktu 24 jam nonstop" Thoriq terkekeh.

"Hmmm, terima kasih prioritasnya."

"Humairah, waktu shubuh di Milan pukul 02:28 (GMT+2), tiga puluh menit lagi ayo siap-siap..." Thoriq mengingatkan.

"Bentar lagi Kakak, masih kangeeen" Savanna menahan Thoriq menutup telepon.

"Nanti dilanjut Humairah, apalagi minggu depan kita akan ketemu Assalamualaikum ..." Thoriq mengakhiri teleponnya.

"Waalaikumsalam Kakak, muah..." Savanna menggoda Thoriq dengan suara kissing.

Thoriq memegangi dadanya yang berdebar, entah kenapa Savanna jadi seperti itu malam ini. Menggodanya hingga membuat seluruh tubuhnya seperti orang demam, Thoriq kembali kekamar kecil untuk mengambil air wudhu. 

Umi dan bik Inah terkekeh melihat tingkah Thoriq saat menerima telepon, mondar-mandir tak bisa tenang. Tersenyum bahkan kadang terlihat gugup. Diam-diam Umi bahagia, ia telah mengembalikan kebahagiaan anak laki-lakinya. Tindakan yang diambilnya sudah benar walaupun awalnya gengsi mengawalinya. Umi jadi teringat Abi, betapa bijaksananya laki-laki itu, Abi tahu kebahagiaan anaknya berada dimana dan gadis model itu telah mengembalikan keceriaan dirumah ini. "Terima kasih ya Rabbi, semoga keduanya berjodoh hingga maut memisahkan" doa Umi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status