ホーム / Romansa / Dada Malam, Nafas Pagi / Pelanggaran di Ruang Kaca

共有

Pelanggaran di Ruang Kaca

作者: Ophira Noctis
last update 最終更新日: 2025-10-31 18:20:19

Bunyi kunci yang memutar dua kali di pintu menjadi penanda bahwa Kania sendirian. Arsa pergi. Ia meninggalkannya dengan perintah: "Jangan melihat ke luar jendela." Perintah itu terasa seperti kekangan tak terlihat yang lebih kuat daripada tali nilon mana pun.

Kania berjalan mengitari kamar suite mewah itu. Ia merasakan kebebasan, tetapi kebebasan itu terasa dingin dan kosong. Ia adalah Bayangan yang terpisah dari sumber cahayanya.

Ia mencoba sibuk. Ia menatap paspor palsu dengan nama Alina. Ia mencoba memeriksa tas kecil yang Arsa berikan, tetapi pikirannya terus kembali ke satu titik: jendela besar yang menghadap Kota Seribu Mata.

Perintah Arsa didasarkan pada ketakutan posesif: takut Kania akan menjadi target jika dilihat, atau takut Kania akan melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Arsa ingin mengisolasi bahaya, tetapi isolasi itu terasa mencekik.

Kania berjalan ke jendela. Ia berdiri beberapa kaki di belakang tirai yang tebal, memejamkan mata. Ia memikirkan ancaman Arsa:
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Dada Malam, Nafas Pagi   Syarat Kepemilikan

    Kania, Lena, dan Gio berada di sebuah rumah sewa di Kepulauan Canary, Spanyol. Pulau yang cerah itu terasa seperti tempat yang aman, tetapi Kania tahu itu hanya masalah waktu. Setelah ia memutus kalung pelacak, Arsa akan datang.Lima hari setelah pelanggaran fatal itu, Gio mendapat sinyal. Bukan dari Vanya, melainkan dari Arsa."Dia tahu di mana kita berada?" tanya Kania, jantungnya berdebar."Dia tidak tahu pasti, tapi dia menyusul jejak Dimitri di Madrid, dan Dimitri menyusul Lena," kata Gio. "Arsa tahu kita tidak mungkin jauh. Dia akan tiba dalam 24 jam. Tapi bukan hanya dia."Gio menunjuk layar monitor. "Jejak Vanya dan Dimitri berkumpul. Mereka datang bersama. Mereka tahu Lena dan kau adalah satu-satunya cara untuk memancing Arsa."Kania meraih Lena, memeluknya erat-erat. "Kita harus pergi.""Terlambat," kata Gio. "Bandara sudah diawasi. Kita akan bertarung di sini. Ini adalah tempat terakhir di mana Arsa akan mengharapkan kita."Kania mengambil pistol dari ranselnya. Ia bukan la

  • Dada Malam, Nafas Pagi   Perburuan Posesif

    Roma, Italia. Arsa duduk di balik meja marmer di penthouse sewaannya, menatap layar monitor yang kini hanya menampilkan titik hijau terakhir di Portugal, yang sudah pudar. Sinyal dari kalung pelacak Kania telah hilang.Titik itu tidak hanya hilang; titik itu diputus.Amukan Arsa tidak berbentuk teriakan atau penghancuran. Amukannya berupa ketenangan yang mematikan, sebuah badai yang membeku.Ia memejamkan mata, merasakan kosong di lehernya sendiri, tempat ia biasa meletakkan tangannya saat memeluk Kania. Kania telah memutuskan kontrak teritorial mereka.Arsa mengaktifkan saluran komunikasi aman. "Gio. Laporkan."Suara Gio terdengar tegang. “Sinyal terputus, Arsa. Vanya menyerang rumah aman. Mereka lari. Aku membawa mereka.”"Kau bohong," desis Arsa, suaranya sedalam ancaman. "Jika Vanya yang memutuskannya, sinyal itu akan mati di rumah itu. Tapi sinyal itu mati saat mereka berada di laut. Dia yang melepaskannya."Gio terdiam lama. “Dia melanggar, Arsa. Dia melanggar untuk menyelamatka

  • Dada Malam, Nafas Pagi   Hukuman yang Pasti Datang

    Laut Atlantik bergemuruh di sekitar kapal layar kecil itu, mencerminkan badai emosional di geladak. Kania berdiri, pistol Arsa yang diambilnya dari Dresden kini diacungkan ke Gio. Pistol itu goyah di tangannya, tetapi tekad di matanya keras."Aku tidak akan meninggalkan Lena," ulang Kania. Suaranya serak karena angin dan ketegangan. "Arsa membuat kontrak denganku. Aku adalah Bayangannya. Dan aku adalah penyelamat anak ini."Gio, seorang profesional yang dingin, menurunkan pistolnya, tetapi matanya tetap tajam dan penuh perhitungan. "Kau melanggar perintah paling fundamental Arsa. Kau memutus rantai. Kau tahu apa artinya itu?""Aku tahu. Artinya dia akan datang untuk menghukumku," jawab Kania. "Dan dia akan menghukumku karena aku memilih untuk tidak menjadi kelemahannya. Aku memilih untuk menjadi sekutunya yang benar."Gio menghela napas, memasukkan kembali pistolnya. "Kau tidak tahu seberapa buruk 'hukuman' yang bisa Arsa berikan saat ia merasa dikhianati. Terakhir kali, kau hanya men

  • Dada Malam, Nafas Pagi   Lautan Pengkhianatan

    Kania, Lena, dan Gio berada di atas kapal layar kecil yang bergerak cepat meninggalkan pesisir Portugal. Laut Atlantik terasa dingin dan luas, sebuah isolasi tak berujung yang seharusnya aman, tetapi terasa penuh ancaman.Lena tertidur di bawah dek, kelelahan. Kania duduk di geladak, di samping Gio yang mengendalikan layar. Angin laut yang dingin menerpa wajah Kania.Di leher Kania, kalung perak itu terasa semakin dingin. Itu adalah pengingat konstan akan kontrol posesif Arsa dari jarak jauh. Namun, kini kalung itu terasa seperti bom waktu."Gio," kata Kania, suaranya pelan. "Apakah Vanya bisa menggunakan sinyal pelacak ini untuk menemukan kita?"Gio tidak menoleh. Dia fokus pada kompas. "Jika dia cukup pintar, ya. Tapi pelacak itu hanya mengirimkan sinyal ke satelit Arsa. Vanya harus meretas jaringan Arsa.""Arsa melarangku melepasnya," bisik Kania. "Itu adalah hukuman dan klaimnya."Gio akhirnya menoleh, matanya tajam. "Arsa tidak tahu seberapa dekat Vanya dengan teknologinya. Arsa

  • Dada Malam, Nafas Pagi   Jejak di Portugal

    Kania dan Lena tiba di sebuah rumah aman yang disediakan Gio di pesisir Portugal. Rumah itu terpencil, mewah, dan sepenuhnya dijaga. Itu seharusnya menjadi tempat peristirahatan, tetapi bagi Kania, itu terasa seperti penjara berlapis emas.Beberapa hari telah berlalu sejak perpisahan mereka di Pyrenees. Arsa kini berada di Italia, menarik perhatian musuh. Kania tahu Arsa berisiko, dan setiap detak jantungnya terasa seperti peringatan.Di leher Kania, kalung rantai perak tipis itu terasa dingin dan berat. Itu adalah ikatan terakhir Arsa—sebuah kalung pelacak yang menegaskan kendali posesifnya dari jarak ribuan kilometer.Lena perlahan mulai pulih. Kania berhasil membuatnya tertawa dan bermain di taman belakang yang berpagar tinggi. Kania, tanpa sadar, mulai mengambil peran sebagai figur ibu yang Lena butuhkan.Gio, yang mengawasi mereka, sering terlihat gelisah. Ia selalu membawa radio komunikasi dan senjatanya.Suatu sore, saat Kania sedang menyuapi Lena makan siang di teras yang cera

  • Dada Malam, Nafas Pagi   Pertemuan di Pegunungan Pyrenees

    Udara Pegunungan Pyrenees terasa tajam dan beku. Arsa membawa mobil curian itu menyusup melalui jalur gunung tersembunyi yang Kania identifikasi di peta. Kabut tebal menyelimuti puncak-puncak batu, memberikan rasa isolasi yang sempurna.Mereka tiba di tempat yang ditentukan: sebuah pondok perburuan kecil yang sudah ditinggalkan. Arsa memarkir mobil di balik tebing batu.Lena terbangun. Dia melihat ke luar jendela dan meringkuk ketakutan. Kania segera memeluknya."Kita sudah sampai," kata Arsa, matanya menyapu sekeliling. "Gio ada di sini. Dia akan membawa kalian ke tempat yang aman."Kania menegang. "Kau bilang kami. Kau tidak ikut?""Aku tidak bisa," jawab Arsa. Ia menoleh ke Kania, wajahnya menunjukkan ketegasan yang dingin. "Dimitri dan Vanya akan melacak keberadaanku. Aku harus menarik perhatian mereka menjauh dari Spanyol. Aku akan ke Italia. Kau dan Lena akan ke Portugal, bersembunyi di bawah pengawasan Gio.""Aku tidak akan meninggalkanmu," desis Kania. Ia melanggar perintah po

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status