Laki-laki berjas hitam itu berhasil mendekap Maria dengan satu tangannya. Satu tangannya yang lain mengacungkan pistol ke depan. Empat orang temannya berada di belakangnya membelakangi laki-laki itu dan melakukan hal yang sama, mengarahkan pistol dengan posisi siaga."Tolong … tolong aku." teriak Maria sekali lagi. Gadis itu meronta dan mulai menangis. Jonathan menatap Maria dengan sejuta pikiran. Haruskah ikut campur menolongnya? Jika iya, bagaimana caranya? Sedangkan ia tidak membawa senjata api dan kemampuan bela dirinya belum seberapa bagus.Seketika suasana pesta langsung lengang. Music dari band ternama dan lalu lalang para tamu undangan berhenti ketika mendengar suara keributan dan jeritan Maria."Jonathan," panggil Steve yang langsung mendekatinya ketika terdengar suara keributan dari tempat Jonathan berada."Paman Steve.""Kau baik-baik saja?""Aku baik, tapi dia …." Jonathan menunjuk Maria yang sedang berada dalam sekapan laki-laki tak dikenal."Tahan diri, aku paham dengan m
"Maria …!" Semua memandang ke arah Maria. "Dor!" salah satu anak buahnya Mark Soriano langsung menembak penyandera yang masih hidup. Dalam sekali tembakan, laki-laki itu terbujur tak bernyawa."Maria, kau baik-baik saja, Sayang." Jena menghambur memeluk Maria yang tergeletak di atas tanah. "Aku baik-baik saja, Ma." "Lalu? Darah siapa ini?" Jena menunjuk darah yang mengenai sebagian gaunnya Maria.Maria melirik seseorang yang menyelamatkannya. Dalam keadaan genting, laki-laki muda itu mendorongnya hingga peluru yang mengarah padanya, meleset dan mengenai Jonathan. Ya, laki-laki itu adalah Jonathan. Sekali lagi, ia berhutang nyawa kepada Jonathan. Laki-laki dingin yang dicintainya, tapi tidak sedikit pun ada tanda-tanda jika laki-laki itu membalas cintanya."Jonathan!" Dante berteriak mendekati Jonathan lalu membopongnya. Mereka lalai hingga kecolongan dengan aksi nekat Jonathan. Pemuda itu mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi putri Mark Soriano dengan dalih bayar budi."Rocky, s
"Nona, silakan masuk." Carlos membuka pintu sebuah mansion kecil yang berada di atas bukit."Terima kasih," ucap Magdalena. "Tapi, di mana ini?" Magdalena memperhatikan bangunan bangunan mansion yang terlihat sangat indah namun sepertinya lokasi ini sangat terpencil dari jangkauan orang di luar sana."Bukankah Anda ingin menenangkan diri? Tempat ini adalah yang terbaik untuk menenangkan hati Anda yang sedang kacau. Kalau Anda tidak suka, baiklah kita kembali ke kota. Saya akan memilih sebuah hotel atau apartemen untuk Anda tinggal.""Oh tidak perlu, tidak perlu. Bukan begitu maksud saya. Saya hanya belum terbiasa." Magdalena mengibaskan tangannya."Anda lihat-lihat dulu sebentar ke dalam. Apakah anda cocok atau tidak? Jika tidak, saya tidak memaksa. Saya bisa membawa anda mencari tempat yang lain." "Maaf merepotkan," ucap Magdalena."Bolehkah saya melihat-lihat sebentar?" "Tentu saja," tawar Carlos.Magdalena melihat-lihat keadaan bagian dalam dari mansion tersebut. Banyak barang ant
"Kau!" Jena semakin marah. Emosinya ingin meledak."Cari putri kesayanganmu dan tanyakan tentang hal ini. Dia memberiku obat perangsang dan merayuku. Sungguh sangat hina," cibir Jonathan.Mark menarik tangan Jena. Ia mencegah istrinya untuk berbuat hal yang lebih lanjut. "Panggil Maria dan suruh dia pulang ke mansion secepatnya.""Hhh… baiklah." Jena melepaskan tangan Mark."Diego, bersihkan pecahan guci ini." Mark melangkah masuk dalam ruang kerjanya. Ia ingin menghubungi Carlos karena penasaran dengan berita yang sudah disampaikan oleh Jonathan padanya.***"Tuan." panggil Adam."Sudah ditemukan lokasinya?""Sudah.""Ayo kita ke sana!""Baik, Tuan.""Bedebah itu harus menanggung akibatnya."Jonathan sudah sangat geram. ingin menghajar Carlos dan membunuhnya. Jika sesuatu terjadi dengan Magdalena. "Lokasinya cukup jauh, Tuan.""Di mana?""Di bukit Monte Gana.""Sejauh itu?" Jonathan mengetatkan rahangnya."Benar, Tuan.""Berengsek! Jika sampai Carlos menyentuh Magdalena. Aku tidak ak
Jonathan segera turun dari helikopter setelah alat transportasi itu berhenti di sebuah lapangan kecil di perbukitan yang menurut mereka adalah lokasi terdekat dengan Mansion keluarga Soriano Tempat yang dijadikan Carlos untuk menyekap Magdalena."Tuan, tunggu!" panggil Adam."Tunggu apalagi?""Kita harus hati-hati, kemungkinan ada banyak penjaganya. Sedangkan anak buah kita belum sampai.""Aku tidak peduli, aku harus menghentikan perbuatan bejat si Soriano itu.""Tapi, Tuan?""Kau jangan bodoh dan sedikit saja kita terlambat. Keselamatan Magdalena terancam, kau tahu itu apa artinya kehormatan bagi seorang gadis?"Adam terdiam."Mungkin kita tidak bisa mengalahkan para penjaganya, namun setidaknya jika kita membuat keributan Si Soriano itu akan menghentikan aksinya ketika akan menyakiti Magdalena, paham?!"Adam meringis mendengar penjelasan dari bosnya. Sangat masuk akal karena Jonathan adalah sosok yang sangat cerdas. Segala sesuatunya walaupun dalam keadaan genting ia bisa berpikir s
"Dor! Dor!" Jonathan membalikkan tubuhnya lalu menembak kedua orang penjaga mansion yang ingin meringkusnya."Tuan!" teriak Adam.Kedua penjaga mansion itu langsung terkapar di tanah. Seketika meninggal karena terkena tembakan di kepalanya. Jonathan tepat menembakkan peluru ke pelipis mereka."Astaga, Tuan …, Anda membuat saya jantungan." keluh Adam."Jangan banyak bicara, sekarang anak buah kita sudah sampai di mana?" tanya Jonathan."Belum ada kabar, Tuan.""Dasar bodoh! Tidak berguna!" umpat Jonathan. "Kalau begitu ayo, tunggu apa lagi?!""Senjata mereka …, Anda tidak ingin mengambilnya?""Itu tugasmu! Begini saja masih bertanya!" bentak Jonathan."Baik, Tuan." Adam mengambil dua senjata revolver dan menyimpan pistolnya yang telah kosong."Tuan, tunggu!""Ada apa lagi?" sungut Jonathan."Ada pesan dari anak buah kita.""Apa isinya?" "Mereka diperkirakan akan sampai dalam waktu lima belas menit lagi." "Tidak berguna! Dari tadi belum sampai ke sini." Jonathan meninggalkan Adam yang
Magdalena berlari mendekat lalu mendekap tubuh Jonathan dari belakang. Gadis itu menangis dan memohon. "Lepaskan dia Nathan, jangan kau kotori tanganmu. Aku mohon …" Magdalena menangis sesegukan di punggung Jonathan."Jatuhkan saja." ucap Carlos menantang.Jonathan menyeringai, "bhugh!" Tubuh Carlos dilempar ke dalam kamar hingga menghantam dinding."Ayo pulang." Jonathan menarik tangan Magdalena. Namun sebelum keluar kamar, ia menghentikan langkahnya."Bersiap-siaplah, aku akan membuat perhitungan denganmu." desis Jonathan.Carlos terdiam menahan kesakitan di seluruh tubuhnya."Adam, kau pulang bersama mereka lewat jalan darat. Kami akan naik helikopter." titah Jonathan."Baik, Tuan.""Lena," Jonathan mengulurkan tangannya."Ehm," Magdalena berlari meraih telapak tangan Jonathan."Nathan, aku ingin kembali ke kota Rivera.""Baiklah, ayo kita segera kembali ke sana. Ayahmu pasti sudah menunggu kabar darimu.""Benar, sejak aku mendarat di kota ini. Aku belum memberikan kabar kepadanya."
Kata-kata Abraham mengintimidasi Jonathan. Kedua laki-laki beda usia itu saling menatap tajam."Smith, kau sudah berjanji padaku untuk melindungi putriku walau apapun yang terjadi. Tapi kenapa kejadian ini bisa menimpanya?" tanya Abraham emosi."Maafkan saya, Tuan Morris. Saya sedikit teledor sehingga masalah ini bisa menimpa Magdalena. Tapi seperti janji saya dulu sebelum acara pertunangan dimulai, saya sungguh-sungguh untuk menjaga Magdalena seumur hidup saya.""Baguslah kalau kau tidak main-main. Kalau kau hanya sekedar ingin mempermainkan kehidupan putriku. Aku tidak akan melepaskanmu!" ancam Abraham."Jangan berpikir yang buruk terhadap saya, Tuan. Saya menerima perjodohan ini karena saya juga mempunyai perasaan kepada Magdalena, bukan semata-mata untuk tujuan hubungan bisnis yang akan melebarkan kekuasaan saya. Anda sudah paham siapa saya, bukan? Kalau hanya untuk secuil harta yang Anda miliki, saya tidak butuh berpura-pura untuk mencintai Magdalena selama lima tahun ini." sangga