Jonathan waspada, ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi Magdalena. Seseorang itu masuk ke ruang ganti. Jonathan sangat marah tapi ia menahan amarahnya demi senuah rencana yang sedang di susunnya.Jonathan mengambil sebuah wig lalu memanggil beberapa anak buahnya.Sementara itu di dalam ruang ganti, Magdalena terkejut di saat akan membuka kancing bajunya ada laki-laki yang masuk ke ruang di mana ia berada. “Siapa kau?”Laki-laki itu diam, tidak menjawab lalu membekap mulut Magdalena menggunakan sapu tangan.Magdalena meronta sebentar lalu pingsan. Laki-laki itu tersenyum karena sudah berhasil melumpuhkan korban. Ia kemudian mengambil sebuah karung lalu memasukkan Magdalena ke dalamnya. Selesai mengikat ujung karung, laki-laki itu keluar dari ruang ganti tanpa sepengetahuan pelayan toko.Lily yang melihat laki-laki itu berhasil membawa pergi Magdalena, langsung buru-buru meninggalkan toko. Ia berjanji akan neninggalkan negara Azdania agar Adam selamat dari intimidasi Jonathan dan
“K-kenapa kau ada di sini?” Maria mundur beberapa langkah. Ia tidak mengira jika bukan Magdalena yang berada di dalam karung. Melainkan Jonathan Smith. Orang yang sangat dicintai dan sekaligus dibenci oleh Maria.“Karena saya ingin melihat orang yang mencoba mengganggu hidup saya, Maria.” Jonathan melepas wig yang diambil dari toko di mana Magdalena diculik.Ide menyamar menjadi Magdalena itu datang secara tiba-tiba. Saat Jonathan melihat seseorang membuntuti Magdalena lalu ikut masuk ke ruang ganti. Awalnya Jonathan ingin menghajar laki-laki yang berusaha menculik Magdalena. Tapi kemudian Jonathan mempunyai ide untuk berpura-pura menjadi Magdalena agar bisa mengetahui siapa dalang dibalik rencana penculikan Magdalena.Setelah menemukan karung yang berisikan Magdalena. Jonathan menyuruh anak buahnya untuk mengamankan Magdalena. Ia lalu mengambil sebuah wig berwarna pirang yang mirip dengan rambut Magdalena. Dengan bantuan anak buahnya, Jonathan masuk ke dalam karung lalu diikat seper
"Dasar manusia licik! Aku akan balas dendam kepadamu, tunggu saja, Jonathan!"Seorang laki-laki diseret keluar dari gedung Smith Corporation. Jas dan kemejanya telah kotor oleh debu dan air kopi. Rambutnya berantakan dan wajahnya merah karena menahan marah."Hati-hati, Tuan Alfonso. Di umur yang setua ini, Anda bisa terkena serangan jantung. Darah Anda juga bisa melonjak drastis yang bisa berakibat stroke." Suara berat dengan intonasi datar itu terdengar mengejek kepada Alfonso. Lawan bisnisnya yang berusaha menjatuhkannya."Namaku, Jonathan Smith, ingat itu. Catat dalam otakmu!" Jonathan menunjuk kening Alfonso dengan jari telunjuknya. "Aku bukan lagi, si miskin dari emperan Gereja yang kau usir hanya karena berdiri di depan kantor kecilmu itu."
Jonathan memperlakukan Adam dengan sangat baik. Tidak hanya melunasi hutang peninggalan ayahnya, biaya pengobatan ibu dan pendidikan kedua adik perempuannya, ditanggung oleh Jonathan."Apa yang sedang kau pikirkan?""Maaf, Tuan.""Saya menggajimu untuk bekerja, bukan untuk melamun, ingat itu!""Baik, Tuan."Jonathan telah duduk di kursi kebesarannya. Kantor Smith Corporation berada di puncak gedung tertinggi di kota Rivera. Siapapun pasti tahu jika perusahaan milik Jonathan adalah perusahaan nomor satu di negara ini. Tidak heran jika banyak orang seperti Alfonso ingin menjatuhkan pebisnis nomor satu itu.
"Paman Peter." panggil Magdalena yang sangat berantakan penampilannya."Nona Morris diganggu pemabuk, kami menemukannya di jalan dan mengajaknya pulang bersama." terang Jonathan yang melihat Magdalena ketakutan."Cepat masuk, Tuan Besar, pasti marah karena Nona, tidak mau menuruti perintahnya agar dijemput sopir saat pulang sekolah." ucap asisten pribadinya Abraham Morris yang bernama Peter."B-baik," Magdalena ketakutan dan ingin cepat masuk kedalam. Namun langkahnya terhenti ketika sosok yang ditakutinya sudah berdiri tegak di hadapannya. Laki-laki berambut putih memakai piyama bathrobe itu menatapnya dengan tajam."Apa yang telah terjadi, Lena?" Suara berat lelaki paruh baya itu terdengar menakutkan.
"Nona Morris telah lulus kuliah, dia akan kembali besok pagi. Apakah Anda tidak ingin menjemputnya?" tanya Adam. Jonathan menghentikan kegiatannya, lalu menatap Adam. "Apakah itu perlu?" "Anda tunangannya, sebaiknya Anda menjemputnya. Nona Morris berada di luar negri selama lima tahun." Adam menghela napas sambil menunggu jawaban bosnya."Tapi dia setiap tahun pulang ke negara ini." jawab Jonathan santai. Seperti dugaan Adam, bosnya menganggap, memoerhatikan pasangan adalah hal sepele."Itu karena Anda, tidak pernah mengunjunginya." Adam ingin sekali memukul kepala Jonathan dengan guci yang berada di dekatnya supaya laki-laki itu punya sedikit kepekaan."Tahun lalu, aku datang memberinya kejutan di hari ulang tahunnya." Jonathan masih mengingat semua momen bersama Magdalena.Adam menghela napas, sungguh bos yang satu ini terlalu dingin dengan wanita. Tapi itu tidak mengurungkan niat para wanita cantik untuk mendekatinya. Termasuk Magdalena Morris, wanita muda yang sudah lima tahun me
"Baik, Tuan." "Lakukan dengan rapi, saya tunggu hasilnya. Sudah lama tidak ada pertunjukan yang menyenangkan." ucap Jonathan dengan senyumnya yang menyeringai. Ia mengibaskan jas mahalnya lalu berjalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Jonathan memanggil sekretaris pribadinya. "Nona Rodriguez, pesankan satu buket bunga mawar merah untuk besok. Dibungkus dengan rapi dan dilingkari pita yang elegan." "Ada lagi, Tuan?" tanya Rebecca."Sekotak cokelat, bungkus warnanya yang senada dengan buket bunganya. Sediakan vas bunga di meja saya." "Baik, Tuan, saya mengerti." Jonathan tersenyum tipis, hanya dengan hadiah itu. Hati Magdalena Morris akan luntur kemarahannya, karena tidak menjemputnya di bandara. Gadis itu sabgat sederhana keinginannya dan Jonathan sangatlah paham. Magdalena si nona muda yang mempunyai sifat sederhana.*** Suasana di salah satu bar elite di pusat kota, terlihat sangat ramai dan meriah. Namun pengunjungnya hanya berisi beberapa orang laki-laki berjas maha
"Sungguh nikmatnya hidup ini, harta, kekuasaan dan wanita." Esteban tertawa di dalam kamar sambil memeluk gadis malam, bayarannya. Ia tidak tahu jika di luar kamar, Adam dan para pengawalnya Jonathan sudah siap untuk menyeretnya keluar dan mempermalukannya."Buka," titah Adam kepada resepsionis yang sudah memegang kartu kunci kamar."Tit," suara kunci terbuka, sang resepsionis mendorong pintu kamar yang ditempati Esteban untuk berbuat maksiat itu terbuka.Esteban masih sibuk, berkubang dengan nafsunya sehingga tidak menyadari jika ranjang yang ditempatinya telah dikelilingi oleh Adam dan pengikutnya. Laki-laki berambut putih itu masih merancau kata-kata kotor sambil menikmati gadis bookingannya.