Share

Bab 114 Sementara

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-06-18 09:55:11

Pagi itu, langit kota tampak pucat. Tapi di lantai paling atas Hudson Group—lantai yang tak pernah dibuka untuk umum, udara lebih dingin dari biasanya. Ruang kerja Dante Hudson berada di ujung koridor yang sunyi, dinding kaca menghadap kota dengan tirai otomatis yang setengah terbuka. Di dalam ruangan luas itu, Dante berdiri membelakangi pintu. Mengenakan kemeja putih tanpa jas, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana saat dia memandangi horizon yang diselimuti kabut. Kopi di atas mejanya sudah dingin, berjam-jam tak disentuh.

Ketukan ringan terdengar dari arah pintu.

Tanpa menoleh, Dante bersuara pelan. “Masuk,”

Pintu terbuka, dan Jamie melangkah masuk. Dia mengenakan kemeja hitam polos dan celana senada. Di tangannya, ada sebuah map tipis berwarna abu-abu.

Jamie menutup pintu perlahan, lalu berjalan melewati lantai kayu yang bergema. Dia berdiri di depan meja kerja Dante dan meletakkan map itu tanpa berkata-kata.

Dante menoleh. “Sudah?”

Jamie mengangguk pelan. “Sudah. Ryder mau bi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 117 Arogansi

    Eddie berdiri di sisi pintu, menatap halaman belakang yang mulai ramai. “Setelah aku membantu restoran ini agar bisa berdiri kuat, aku tahu waktunya untuk mundur perlahan. Restoran ini bukan tempat yang harus kupegang selamanya,”“Kau membantu banyak, Ed. Kami tidak akan bertahan musim lalu tanpamu,” timpal Belle.Eddie menoleh dan tersenyum, tapi ekspresinya berubah sedikit serius. “Dan sekarang... aku membuka sesuatu yang baru,”Belle menaikkan alis. “Maksudmu... bisnis baru?”“Ya.” Eddie mengangguk. “Toko bunga kecil di pojok jalan dekat sekolah dasar. Aku menyewa tempat itu bulan lalu. Dan renovasinya sudah selesai kemarin,”Belle terpana. “Toko bunga?”“Ya,” katanya ringan. “Aku ingat, dulu kau pernah cerita kalau kau merindukan mengurus toko bunga keluargamu di kota. Waktu aku melihat tempat itu... entah kenapa, aku langsung teringat kau,”Belle perlahan melangkah mendeka. “Tunggu… jadi, kau membuka toko bunga… karena aku?”Eddie mengangguk. “Bukan hanya karena kau. Tapi juga un

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 116 Menimbang Lama

    Cahaya matahari pagi menembus kaca-kaca tinggi gedung Hudson, memantulkan kilau ke meja oval panjang di ruang rapat eksekutif lantai tertinggi. Suasana ruangan pagi itu terasa tegang. Tak seperti biasanya, semua direksi hadir lengkap, mengenakan jas formal dengan berkas tebal di hadapan mereka. Sejumlah dokumen berserakan, grafik nilai investasi menurun, dan rencana proyek besar yang tertunda tanpa kepastian.Di ujung meja duduk Dante Hudson, mengenakan setelan abu gelap dengan dasi hitam tipis. Matanya tajam menyapu wajah-wajah di sekitarnya. Di balik ketenangan itu, dia menyimpan kekacauan pribadi—kepergian Belle, keterlibatan ibunya dalam rencana kotor, dan sekarang... krisis proyek yang bisa mengguncang Hudson Group.Dante membuka rapat tanpa basa-basi. "Kita akan langsung masuk ke pokok permasalahan. Proyek Sentral Prime District—sektor lahan strategis di pusat kota yang menjadi inti ekspansi Hudson Group tahap ketiga, masih tidak bergerak. Sudah tiga tahun kita menunggu akses,

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 115 Ambisius

    Udara desa selalu berbeda dari kota. Dingin yang menusuk di malam hari bukan berasal dari pendingin udara, melainkan dari kelembaban tanah, dari pepohonan yang membisik, dari kabut tipis yang menggantung rendah di ladang. Di bawah langit yang diselimuti bintang samar dan awan tipis, sebuah mobil berhenti perlahan di depan rumah sederhana bercat putih gading, dengan pagar kayu yang sudah mulai berjamur di bagian bawahnya.Belle turun dari mobil. Dia mengenakan jaket panjang dan membawa tas kecil di bahu. Hanya satu koper di bagasi.Rumah itu berdiri tenang, jendela-jendelanya tertutup rapat, lampu teras menyala remang. Tak ada suara selain gesekan daun kering yang tertiup angin. Ayah dan ibunya pasti sudah tidur. Belle tahu mereka tidak mengunci pagar, dan memang tidak perlu. Ini desa yang damai.Belle tidak langsung masuk. Dia berjalan pelan ke anak tangga kayu berderit yang mengarah ke teras kecil. Lalu dia duduk. Belle melipat lutut dan memeluknya. Matanya menatap kosong ke depan,

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 114 Sementara

    Pagi itu, langit kota tampak pucat. Tapi di lantai paling atas Hudson Group—lantai yang tak pernah dibuka untuk umum, udara lebih dingin dari biasanya. Ruang kerja Dante Hudson berada di ujung koridor yang sunyi, dinding kaca menghadap kota dengan tirai otomatis yang setengah terbuka. Di dalam ruangan luas itu, Dante berdiri membelakangi pintu. Mengenakan kemeja putih tanpa jas, kedua tangannya dimasukkan ke saku celana saat dia memandangi horizon yang diselimuti kabut. Kopi di atas mejanya sudah dingin, berjam-jam tak disentuh.Ketukan ringan terdengar dari arah pintu.Tanpa menoleh, Dante bersuara pelan. “Masuk,”Pintu terbuka, dan Jamie melangkah masuk. Dia mengenakan kemeja hitam polos dan celana senada. Di tangannya, ada sebuah map tipis berwarna abu-abu.Jamie menutup pintu perlahan, lalu berjalan melewati lantai kayu yang bergema. Dia berdiri di depan meja kerja Dante dan meletakkan map itu tanpa berkata-kata.Dante menoleh. “Sudah?”Jamie mengangguk pelan. “Sudah. Ryder mau bi

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 113 Benci

    Lex mengangguk. “Iya. Aku malas pakai jalur hukum sekarang. Polisi terlalu lambat, dan Ryder terlalu licik. Kita butuh orang yang tahu caranya menekan,”Jamie memasukkan tangannya ke saku jaket. Dia menatap Ryder tanpa ekspresi. “Kalau begitu, beri aku sepuluh menit. Dan satu ruangan kosong,”Dante bangkit dari ranjang, wajahnya menegang. “Kau yakin bisa buat dia bicara?”Jamie mengangguk, matanya masih menatap Ryder. “Yakin. Karena tidak seperti kalian, aku dibesarkan di keluarga yang menganggap kekerasan sebagai warisan budaya,”Hening menggantung di udara. Semua orang tahu siapa Jamie dan reputasinya, yang membawahi hampir semua bisnis gelap bawah tanah di negara in

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 112 Tampak Trauma

    Di dalam lift, Dante berdiri sendiri. Dia menatap angka digital yang menyala pelan. Tangannya mengepal, nafasnya berat. Dalam pikirannya, wajah Belle terus muncul.Dan sekarang… bayangan Belle dalam cengkeraman Ryder membuat darahnya mendidih.Ding. Lantai 5.Pintu lift terbuka, dan Dante langsung keluar tanpa menoleh. Langkahnya panjang dan cepat, mata menyisir setiap nomor kamar yang berjejer sepanjang lorong sunyi.Dia berhenti di depan pintu 516. Tangannya menggapai gagang, terkunci. Tangan kanan Dante perlahan menarik sesuatu dari balik jaket—kartu identitas keamanan hotel itu, yang juga memberinya akses darurat untuk banyak sistem.Namun sebelum dia pakai, suara langkah cepat terdengar dari ujung lorong. Lex datang, bersama dua orang staf keamanan hotel.“Dante—tunggu sebentar,” ujar Lex cepat.Dante menoleh. “Ada apa?”Lex bertukar pandang dengan timnya, lalu memberi isyarat kecil. “Kita buka bersama-sama,”Tangan Dante sudah menempel pada gagang. Pintu kamar 516 terbuka dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status