Beranda / Romansa / Dalam Genggaman Tiran Tampan / Bab 124 Siapapun Menyerah

Share

Bab 124 Siapapun Menyerah

Penulis: Dama Mei
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-30 10:41:30

Malam turun perlahan di desa kecil itu. Cahaya lampu meja di kamar Belle temaram, menciptakan bayangan lembut di dinding-dinding kayu yang hangat. Di luar, hanya suara jangkrik dan desiran angin yang sesekali menyelinap lewat sela jendela yang sedikit terbuka.

Belle duduk di tepi ranjang, memandangi tangannya sendiri. Matanya terpaku pada cincin berlian kecil yang berkilau pelan di bawah cahaya lampu. Cincin itu… lambang dari segalanya.

Belle mengangkat tangan, memutar perlahan cincin itu di jari manisnya. Ingatan kembali menghampiri—saat Dante menyematkannya dengan penuh harap, dan sorot mata yang seolah ingin menjanjikan seluruh dunia.

Tapi kenyataan jauh lebih rumit.

Cinta mereka diuji oleh begitu banyak hal. Terutama dunia yang tidak mengizinkan Belle untuk merasa cukup layak berdiri di sisi Dante.

Dia menarik napas panjang, lalu pelan-pelan melepas cincin itu dari jarinya.

Kilau berlian itu terasa dingin di telapak tangannya. Belle menggenggamnya sejenak, menutup mata, mencoba me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 155 Patut Diperjuangkan

    Tawa rendah dan ejekan halus mulai kembali mengisi udara ketika Lex mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, diikuti oleh Jamie dan Victoria. Namun, Dante tidak ikut bersulang. Matanya tidak berpaling sedikit pun dari Eddie. Tatapannya tajam, seolah mencoba membaca sesuatu yang tidak diucapkan. Eddie tampak tenang di permukaan, tetapi Dante cukup lama mengenalnya untuk melihat sesuatu yang berbeda malam ini. Ada bara di balik sorot mata itu.Tanpa berkata-kata, Dante mendorong kursinya perlahan. Ia menatap Eddie, lalu mengangguk pelan. Mengajak bicara secara pribadi.Eddie membalas anggukan itu, bangkit, lalu mengikuti Dante ke luar ruangan melalui koridor panjang yang mengarah ke balkon terbuka. Malam di luar dingin, angin mengusik kerah jas mereka, namun Dante tidak peduli. Ia bersandar pada pagar balkon, menatap gemerlap kota di bawah sana sebelum akhirnya menoleh ke arah Eddie.“Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya pelan.Eddie terdiam sejenak. Rahangnya mengeras. “Aku melihatnya den

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 154 Menunjukkan Taring

    Di dalam mobil hitam Kingsley dengan interior kayu mahoni, suasana awalnya terasa tenang. Arlene menyetir dengan santai, satu tangan menggenggam setir sementara tangan lainnya memegang botol air mineral. Eddie duduk di sebelahnya, jasnya sudah ia lepas dan dilipat rapi di pangkuan. Dasi yang biasanya ia pakai kini dikendurkan. Ia tampak jauh lebih santai dibanding biasanya."Jadi kesimpulan rapat tadi, merger dengan grup farmasi Jepang itu bisa jalan kalau kita berani potong margin sampai delapan persen,” ungkap Arlene sambil menatap jalan.Eddie mengangguk pelan. "Masalahnya bukan cuma margin. Isu transparansi riset mereka masih tanda tanya. Aku lebih condong untuk menunda. Tapi itu berarti kita bisa kehilangan momentum ekspansi Asia tahun depan."Sebelum Arlene sempat menjawab, mata Eddie menatap ke arah trotoar di sisi jalan. Seorang wanita terdorong kasar dari dalam sebuah mobil sedan tua berwarna abu-abu gelap yang berhenti sembarangan di pinggir jalan. Tubuh wanita itu menghanta

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 153 Peringatan Samar

    Sore mulai merambat ke langit kota saat Eddie menyelesaikan kunjungannya ke salah satu rumah sakit utama milik keluarganya. Ia baru saja menutup pertemuan dengan tim manajemen dan melakukan inspeksi kilat ke ruang rawat baru yang baru saja direnovasi. Wajahnya lelah, tapi tetap menunjukkan ketenangan khas Edward Kingsley. CEO muda yang kini semakin disukai karena kedekatannya dengan semua kalangan, dari direktur hingga pasien.Di sisi lain lorong, sekretarisnya yang rajin, Arlene, menyodorkan tablet digital sambil berjalan cepat di sebelahnya. Membaca jadwal hari esok. “Pukul sembilan pagi Bapak akan bertemu dengan tim keuangan, lalu lanjut presentasi dengan vendor alat medis, dan siangnya—”“Kirimkan semua ke emailku. Aku akan pelajari malam ini,” sela Eddie, lantas tersenyum kecil.Arlene mengangguk, “Baik, Pak Edward.”Eddie menoleh ke arah pintu utama rumah sakit, dan pandangannya terpaku pada sosok perempuan di kejauhan yang berdiri canggung dekat lobi. Clara Zheng. Masih mengen

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 152 Robot Seperti Nathan

    Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk dari jendela lebar penthouse milik Dante Hudson. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara, bercampur dengan wangi lavender dari diffuser yang menyala di pojok ruangan. Di meja makan yang terletak tak jauh dari dapur terbuka, Dante dan Belle duduk berhadapan. Menikmati sarapan dalam suasana kehidupan pernikahan yang tenang—seandainya Dante bukan pria yang secara naluriah selalu siap memerintah dunia.“Kopi ini terlalu manis,” gumam Dante.“Dan kau tetap meminumnya,” balas Belle sambil menyuapkan sepotong croissant ke mulut.Dante tersenyum tipis, sorot matanya melembut menatap istrinya. Perut Belle masih belum terlihat besar, tapi baginya, Belle kini bagaikan sesuatu yang rapuh namun paling berharga di seluruh dunia.“Aku akan bertemu Lila siang ini,” ucap Belle setelah menelan suapannya. “Dia minta kita makan siang bersama di kafe langganan.”Dante hanya diam sebentar, menatap Belle lekat-lekat. “Baik. Nanti Lydia akan menemanimu.”Belle men

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 151 Kepulangan Eddie

    Kepulangan Edward “Eddie” Kingsley ke kota bukanlah peristiwa mengejutkan dengan konferensi pers atau pesta penyambutan para elite. Tidak ada yang menyambutnya di bandara pribadi milik keluarga, tidak juga mobil limosin panjang yang biasa digunakan ayahnya, Charles Kingsley, dalam setiap acara formal. Eddie kembali dengan mobil biasa, mengenakan setelan semi kasual dan membawa hanya satu koper. Namun kehadirannya tetap menjadi pusat perhatian.Beberapa tahun terakhir, Eddie dikenal sebagai pewaris keluarga Kingsley yang lebih memilih melarikan diri ke desa. Ia membantu mengelola restoran kecil milik keluarga Belle, menjalani hidup yang jauh dari standar kemewahan dan ekspektasi yang selalu membayanginya sejak kecil. Banyak yang mengira ia menyerah. Banyak pula yang menganggapnya terlalu lembut untuk mewarisi kerajaan rumah sakit Kingsley.Tapi hari-hari itu telah berlalu.Kini Eddie berdiri di lobi utama salah satu cabang rumah sakit Kingsley dengan postur tenang dan kepala tegak. Buk

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 150 Dianggap Tidak Layak

    Mobil hitam mewah itu melaju dengan tenang di jalur khusus yang menghubungkan area landasan privat ke pusat kota. Jendela samping memberikan pemandangan gedung-gedung pencakar langit Hudson Group yang berdiri megah dalam senyap, seolah menyambut sang pewaris pulang.Di kursi belakang, Dante duduk dengan santai, satu tangannya menggenggam jemari Belle. Sementara Belle bersandar ringan di pundaknya, menikmati ketenangan.Di kursi depan, Fabio mengaktifkan fitur interkom dalam mobil.“Tuan Hudson,” panggil Fabio. Suaranya terdengar jernih dari speaker. “Lawrie baru saja menghubungi saya. Nyonya Valeria meminta Anda dan Nyonya Belle untuk tinggal di mansion Hudson.”Seketika atmosfer di dalam mobil berubah. Belle menoleh pelan ke arah Dante, sementara Dante sendiri tak langsung menjawab. Ia menatap ke luar jendela, sejenak diam, lalu menoleh pada Belle. Mata abu-abunya menelusuri ekspresi istrinya—mencari reaksi apa pun.Namun Belle hanya mengangkat bahu kecil, dan tersenyum tipis. “Aku t

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status