Home / Romansa / Dalam Genggaman Tiran Tampan / Bab 143 Terjebak Kegilaan

Share

Bab 143 Terjebak Kegilaan

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-07-21 15:53:19

Dengan lembut, ia menuntun Lila bangkit dari pangkuannya dan menggenggam tangan wanita itu, membawanya ke kamar. Langkah mereka pelan. Saat pintu kamar terbuka, aroma kayu manis dan sandalwood menyambut mereka—aroma khas yang selalu menempel pada tubuh Lex.

Lampu kamar tidak terang, hanya cahaya dari jendela besar yang terbuka sebagian. Tirai tipis berkibar oleh hembusan angin malam. Lila berdiri di tengah ruangan, jari-jarinya bermain gugup di sisi dress. Lex mendekat, perlahan, meraih jemari itu dan membawa ke bibirnya. Dia mengecup tangan Lila, seolah bersumpah tidak akan menyakiti.

Kemudian ia menyentuh pundak Lila, melepas satu persatu kancing bajunya. “Setiap inci dari dirimu,” bisik Lex, “harus dinikmati.”

Lila menutup mata, merasakan hangatnya tangan Lex yang menyentuh kulitnya. Saat bibir Lex menyusuri leher, punggung Lila melengkung halus. Suara desahannya keluar tanpa sadar. Semua sisi dirinya seolah menyerahkan diri … dan ingin lebih.

Lex membaringkan Lila di atas ranjang,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 149 Banyak yang Berubah

    Pagi itu, langit di atas pulau pribadi milik keluarga Hudson berwarna biru pucat. Cahaya matahari menyelinap malu-malu melalui tirai linen putih yang berkibar lembut diterpa angin laut. Di dalam vila, Belle masih terlelap di ranjang king-size, satu tangan menyentuh perutnya yang masih rata. Seakan hendak merasakan kehidupan kecil yang belum lama ia sadari sedang tumbuh di dalam dirinya.Dante sudah bangun lebih dulu. Ia berdiri di balkon, tubuh kekarnya diterpa angin pagi. Matanya menatap laut lepas dengan wajah penuh pertimbangan. Ada kegelisahan yang belum sempat ia uraikan, dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Dante merasa dirinya tidak benar-benar siap.Ia telah kehilangan banyak hal di masa lalu. Dan kini, saat hidupnya mulai tertata, Belle hadir membawa sesuatu. Ia membawa kehidupan. Seorang anak, darah daging mereka.Ketika Belle perlahan terbangun dan menemukan ranjang di sebelahnya kosong, ia bangkit. Menyelimuti tubuhnya dengan selimut, lalu berjalan menuju balkon.Dante m

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 148 Memang Terbaik

    Langkah Belle terasa berat saat ia keluar dari kamar mandi. Sisa mual masih menggelayut di tenggorokan, meski rasa ingin muntah telah mereda. Aroma lavender dari handuk kecil yang ia gunakan untuk membasuh wajah tak cukup mengusir perasaan aneh di dalam tubuh. Ia berjalan gontai di lorong panjang yang hening menuju ruang makan.Kapan terakhir aku datang bulan?Belle menggigit bibir bawahnya. Matanya membelalak pelan saat kesadaran muncul. Sudah lebih dari sebulan? Bahkan hampir dua? Tapi ia terlalu sibuk dengan urusan pernikahan, perpindahan, dan segala transisi hidup yang menguras emosi—hingga tak sadar siklus tubuhnya ikut berubah.Saat ia kembali memasuki ruang makan, Dante langsung berdiri.“Are you alright?” tanyanya lembut.Belle mengangguk kecil. “Hanya mual sedikit. Mungkin karena rempah makanannya terlalu kuat.”Sebelum Dante sempat menanggapi, seorang pelayan menghampiri mereka dengan langkah hati-hati, lalu membungkuk sopan.“Nyonya, ini... titipan dari Nyonya Cassandra.”P

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 147 Monte Carlo

    Setelah beberapa hari penuh gairah di pulau pribadi milik keluarga Hudson, Belle mengira mereka akan kembali ke kota. Tapi Dante punya rencana lain.Pagi itu, saat Belle masih terbungkus selimut tipis di ranjang besar vila pantai, Dante duduk di sisi tempat tidur dengan kemeja putih separuh terbuka. Tatapannya mengarah padanya, dengan senyum khas yang sedikit miring.“Ayo bangun, Belle. Kita harus siap-siap,” ucapnya ringan.“Siap-siap pulang?” tanya Belle, menguap kecil.Dante terkekeh. “Bukan. Kita ke bandara. Sudah waktunya kau bertemu kakakku.”“Cassandra?” Belle tertegun.Dante mengangguk. “Kau sempat lihat dia sebentar di pesta pernikahan kita, kan?”Tentu saja Belle ingat. Cassandra Hudson—wanita berambut gelap, tinggi dan anggun, dengan sorot mata tajam seperti Dante, tapi lebih dingin. Di pesta pernikahan mereka, Cassandra hanya muncul sebentar, menyapa singkat, lalu menghilang. Seperti tak tertarik pada keramaian.“Kita akan ke mana?” tanya Belle lagi.“Monte Carlo,” jawab D

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 146 Gila Karena Mencintaimu

    Belle mengerjapkan mata perlahan, napasnya masih hangat di atas selimut putih yang membalut tubuhnya. Namun ada sesuatu yang tidak biasa. Getaran lembut yang konstan … dan suara mesin?Dengan cepat ia duduk, matanya langsung membulat ketika menyadari bahwa dirinya tidak lagi berada di kamar hotel mewah semalam, melainkan di dalam sebuah private jet. Kabin elegan dengan interior putih krem dan detail emas yang mengilap menyambutnya. Aroma kopi segar menyeruak di udara.Belle tersentak pelan, kebingungan. “Apa … kita di pesawat?” suaranya serak karena baru bangun.Dante menoleh dari tempat duduknya di seberang. Ada senyum kecil yang bermain di bibirnya. “Kau akhirnya bangun, Mrs. Hudson,” sapanya ringan.Belle menarik selimut lebih erat, menatap Dante dengan sorot kaget. “Dante! Apa maksudnya ini? Kita mau ke mana? Kenapa aku bangun-bangun sudah di pesawat?!”Dante bangkit dari kursinya, lalu berjalan pelan mendekati tempat tidur mungil yang disediakan khusus dalam jet itu. Ia membungku

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 145 Tak Membiarkanmu Tidur

    Cahaya lampu menggantung elegan dari pepohonan taman mansion Hudson yang disulap menjadi venue pesta malam, sementara para tamu mulai berpamitan satu per satu. Tertawa, pelukan, anggukan hormat, semuanya terasa manis. Tapi bagi Dante dan Belle, momen itu seolah bergerak lambat.Mereka berdiri bersama di sisi luar taman, ditemani anggota Dominion Club yang masih tersisa. Lex berdiri dengan satu tangan menyelip di saku jasnya, sesekali melempar komentar nyeleneh. Jamie berdiri di sebelahnya, gelas anggur setengah kosong di tangan, tenang seperti biasa. Vicky duduk di pinggir fountain sambil menggoyang-goyangkan kaki, bibirnya tersenyum samar.Lalu sebuah mobil mewah melaju perlahan ke arah mereka. Lampu depannya menyapu rumput basah dan mengilap. Belle menoleh, mengerutkan dahi, tapi Dante hanya tersenyum kecil.“Itu mobil kita,” katanya pelan, menoleh ke arah Belle. “Kita akan istirahat malam ini di hotel.”Belle tersenyum lembut. “Bukankah mansionmu ini sudah seperti hotel?”“Setelah

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 144 Pemimpin yang Kuat

    Di halaman luas villa mewah milik keluarga Hudson yang disulap menjadi taman pernikahan, ribuan bunga mekar menghiasi setiap sudut. Balon-balon transparan melayang lembut di udara, lampu kristal menggantung dari tenda-tenda raksasa, dan alunan gesekan biola menambah kemegahan.Belle tampak memukau dalam gaun putih panjang bertabur manik-manik kristal halus. Senyum lembutnya menggambarkan betapa dia masih tak percaya semua ini nyata. Di sampingnya, Dante Hudson, sang pengantin pria, berdiri dengan setelan tuksedo hitam yang seolah dibuat khusus untuk menyempurnakan pesonanya yang dingin dan dominan. Namun hari itu, mata kelabu Dante melembut setiap kali menatap Belle.Para tamu datang silih berganti, dan mereka bukanlah orang biasa. Hadir Valeria Hudson, tetap anggun meski jelas tak bahagia—satu-satunya orang di sana yang terlihat seperti sedang menghadiri pemakaman, bukan pernikahan anaknya.Emily dan Patrick Monaghan yang tampak canggung di tengah kemewahan, namun wajah mereka penuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status