Home / Romansa / Dalam Genggaman Tiran Tampan / Bab 81 Malam yang Panjang

Share

Bab 81 Malam yang Panjang

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2025-05-05 16:42:43

Mobil hitam mewah itu melaju pelan meninggalkan hiruk pikuk kota, menuju desa tempat keluarga Belle kini tinggal. Dante duduk di samping Belle, tangannya tak pernah benar-benar lepas dari tangan wanita itu sejak mereka meninggalkan penthouse.

Hening mengisi sebagian besar perjalanan. Sesekali Belle menoleh ke arah Dante. Sorot mata pria itu lebih gelap dari biasanya.

“Kau yakin ingin melakukan ini?” tanya Dante.

Belle mengangguk. “Aku butuh ini. Untuk kewarasanku,”

Dante tidak langsung merespons. Dia hanya mengangguk perlahan, lalu menatap jalanan di depan mereka. “Aku mengerti,”

Belle tersenyum kecil. “Dan aku bersyukur kau mengerti,”

Setelah beberapa jam perjalanan, hamparan desa mulai tampak. Udara lebih segar, pepohonan lebih hijau, dan langit lebih luas. Belle memandang keluar jendela dan senyumnya merekah ketika melihat rumah kayu kecil di ujung jalan, tempat keluarganya kini tinggal.

Dante keluar lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Belle. Dia menggenggam tangan wanita itu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 154 Menunjukkan Taring

    Di dalam mobil hitam Kingsley dengan interior kayu mahoni, suasana awalnya terasa tenang. Arlene menyetir dengan santai, satu tangan menggenggam setir sementara tangan lainnya memegang botol air mineral. Eddie duduk di sebelahnya, jasnya sudah ia lepas dan dilipat rapi di pangkuan. Dasi yang biasanya ia pakai kini dikendurkan. Ia tampak jauh lebih santai dibanding biasanya."Jadi kesimpulan rapat tadi, merger dengan grup farmasi Jepang itu bisa jalan kalau kita berani potong margin sampai delapan persen,” ungkap Arlene sambil menatap jalan.Eddie mengangguk pelan. "Masalahnya bukan cuma margin. Isu transparansi riset mereka masih tanda tanya. Aku lebih condong untuk menunda. Tapi itu berarti kita bisa kehilangan momentum ekspansi Asia tahun depan."Sebelum Arlene sempat menjawab, mata Eddie menatap ke arah trotoar di sisi jalan. Seorang wanita terdorong kasar dari dalam sebuah mobil sedan tua berwarna abu-abu gelap yang berhenti sembarangan di pinggir jalan. Tubuh wanita itu menghanta

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 153 Peringatan Samar

    Sore mulai merambat ke langit kota saat Eddie menyelesaikan kunjungannya ke salah satu rumah sakit utama milik keluarganya. Ia baru saja menutup pertemuan dengan tim manajemen dan melakukan inspeksi kilat ke ruang rawat baru yang baru saja direnovasi. Wajahnya lelah, tapi tetap menunjukkan ketenangan khas Edward Kingsley. CEO muda yang kini semakin disukai karena kedekatannya dengan semua kalangan, dari direktur hingga pasien.Di sisi lain lorong, sekretarisnya yang rajin, Arlene, menyodorkan tablet digital sambil berjalan cepat di sebelahnya. Membaca jadwal hari esok. “Pukul sembilan pagi Bapak akan bertemu dengan tim keuangan, lalu lanjut presentasi dengan vendor alat medis, dan siangnya—”“Kirimkan semua ke emailku. Aku akan pelajari malam ini,” sela Eddie, lantas tersenyum kecil.Arlene mengangguk, “Baik, Pak Edward.”Eddie menoleh ke arah pintu utama rumah sakit, dan pandangannya terpaku pada sosok perempuan di kejauhan yang berdiri canggung dekat lobi. Clara Zheng. Masih mengen

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 152 Robot Seperti Nathan

    Pagi itu, sinar matahari menerobos masuk dari jendela lebar penthouse milik Dante Hudson. Aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara, bercampur dengan wangi lavender dari diffuser yang menyala di pojok ruangan. Di meja makan yang terletak tak jauh dari dapur terbuka, Dante dan Belle duduk berhadapan. Menikmati sarapan dalam suasana kehidupan pernikahan yang tenang—seandainya Dante bukan pria yang secara naluriah selalu siap memerintah dunia.“Kopi ini terlalu manis,” gumam Dante.“Dan kau tetap meminumnya,” balas Belle sambil menyuapkan sepotong croissant ke mulut.Dante tersenyum tipis, sorot matanya melembut menatap istrinya. Perut Belle masih belum terlihat besar, tapi baginya, Belle kini bagaikan sesuatu yang rapuh namun paling berharga di seluruh dunia.“Aku akan bertemu Lila siang ini,” ucap Belle setelah menelan suapannya. “Dia minta kita makan siang bersama di kafe langganan.”Dante hanya diam sebentar, menatap Belle lekat-lekat. “Baik. Nanti Lydia akan menemanimu.”Belle men

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 151 Kepulangan Eddie

    Kepulangan Edward “Eddie” Kingsley ke kota bukanlah peristiwa mengejutkan dengan konferensi pers atau pesta penyambutan para elite. Tidak ada yang menyambutnya di bandara pribadi milik keluarga, tidak juga mobil limosin panjang yang biasa digunakan ayahnya, Charles Kingsley, dalam setiap acara formal. Eddie kembali dengan mobil biasa, mengenakan setelan semi kasual dan membawa hanya satu koper. Namun kehadirannya tetap menjadi pusat perhatian.Beberapa tahun terakhir, Eddie dikenal sebagai pewaris keluarga Kingsley yang lebih memilih melarikan diri ke desa. Ia membantu mengelola restoran kecil milik keluarga Belle, menjalani hidup yang jauh dari standar kemewahan dan ekspektasi yang selalu membayanginya sejak kecil. Banyak yang mengira ia menyerah. Banyak pula yang menganggapnya terlalu lembut untuk mewarisi kerajaan rumah sakit Kingsley.Tapi hari-hari itu telah berlalu.Kini Eddie berdiri di lobi utama salah satu cabang rumah sakit Kingsley dengan postur tenang dan kepala tegak. Buk

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 150 Dianggap Tidak Layak

    Mobil hitam mewah itu melaju dengan tenang di jalur khusus yang menghubungkan area landasan privat ke pusat kota. Jendela samping memberikan pemandangan gedung-gedung pencakar langit Hudson Group yang berdiri megah dalam senyap, seolah menyambut sang pewaris pulang.Di kursi belakang, Dante duduk dengan santai, satu tangannya menggenggam jemari Belle. Sementara Belle bersandar ringan di pundaknya, menikmati ketenangan.Di kursi depan, Fabio mengaktifkan fitur interkom dalam mobil.“Tuan Hudson,” panggil Fabio. Suaranya terdengar jernih dari speaker. “Lawrie baru saja menghubungi saya. Nyonya Valeria meminta Anda dan Nyonya Belle untuk tinggal di mansion Hudson.”Seketika atmosfer di dalam mobil berubah. Belle menoleh pelan ke arah Dante, sementara Dante sendiri tak langsung menjawab. Ia menatap ke luar jendela, sejenak diam, lalu menoleh pada Belle. Mata abu-abunya menelusuri ekspresi istrinya—mencari reaksi apa pun.Namun Belle hanya mengangkat bahu kecil, dan tersenyum tipis. “Aku t

  • Dalam Genggaman Tiran Tampan   Bab 149 Banyak yang Berubah

    Pagi itu, langit di atas pulau pribadi milik keluarga Hudson berwarna biru pucat. Cahaya matahari menyelinap malu-malu melalui tirai linen putih yang berkibar lembut diterpa angin laut. Di dalam vila, Belle masih terlelap di ranjang king-size, satu tangan menyentuh perutnya yang masih rata. Seakan hendak merasakan kehidupan kecil yang belum lama ia sadari sedang tumbuh di dalam dirinya.Dante sudah bangun lebih dulu. Ia berdiri di balkon, tubuh kekarnya diterpa angin pagi. Matanya menatap laut lepas dengan wajah penuh pertimbangan. Ada kegelisahan yang belum sempat ia uraikan, dan untuk pertama kalinya dalam hidup, Dante merasa dirinya tidak benar-benar siap.Ia telah kehilangan banyak hal di masa lalu. Dan kini, saat hidupnya mulai tertata, Belle hadir membawa sesuatu. Ia membawa kehidupan. Seorang anak, darah daging mereka.Ketika Belle perlahan terbangun dan menemukan ranjang di sebelahnya kosong, ia bangkit. Menyelimuti tubuhnya dengan selimut, lalu berjalan menuju balkon.Dante m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status