MasukTri Ananda Putri, siswi SMA naif, terjerat dalam janji manis Raihan Azizi, perawat muda yang menjanjikan pernikahan mewah sebagai "pelabuhan terakhir." Namun, cinta itu berubah menjadi penjara. Penemuan pita satin maroon dan foto pernikahan rahasia Raihan di Surabaya membongkar kebenaran pahit. Tri hanyalah persinggahan sementara. Di bawah kendali manipulatif, Tri dipaksa membuang persahabatannya dengan Dina dan membiarkan masa depannya hancur demi membuktikan "ketulusan." Saat nilai akademiknya runtuh dan isolasi mengancam jiwanya, Tri harus memilih antara terus memeluk ilusi janji palsu atau bangkit melawan predator emosional yang telah mencuri masa remajanya. Sebuah kisah pedih tentang pengkhianatan, manipulasi psikologis, dan perjuangan seorang gadis untuk merebut kembali harga dirinya dari tangan seorang penipu.
Lihat lebih banyakCincin janji perak tipis itu terasa dingin di jari manis Tri. Bukan simbol cinta, melainkan chip pelacak yang dipasang Raihan, memastikan Tri tidak akan melangkah keluar dari garis batas yang telah ia tetapkan. Setelah Raihan pergi, meninggalkan jejak aroma maskulin dan janji pernikahan yang baru, kamar Tri kembali sunyi. Namun, keheningan kali ini terasa lebih membebani. Tri telah memilih ilusi kehangatan Raihan daripada realitas dingin yang ditawarkan Dina.Pagi berikutnya, Tri pergi ke sekolah dengan langkah yang berat. Ia harus melaksanakan janji terberat yang ia buat pada Raihan: menghapus 'racun' dari hidupnya.Saat memasuki gerbang, Tri melihat Dina menunggunya di depan mading. Jantung Tri mencelos."Tri! Aku khawatir sekali! Kenapa kamu bolos kemarin, dan kenapa kamu tidak membalas pesanku sama sekali?" Dina menghampiri, matanya memancarkan keprihatinan yang tulus.Tri berusaha memutar arah, tetapi Dina sudah melihatnya. Tri menunduk, menghindari tatapan Dina. Ia menggeng
Tri terbangun dengan rasa sakit yang menusuk di tenggorokan, seolah ia baru saja menjerit selama berjam-jam. Cahaya kuning remang-remang dari lampu meja menemani matanya yang perlahan terbuka. Ia berada di kamarnya, selimut tebal menutupi tubuhnya, dan di sampingnya, duduk Ibunya dengan mata sembab dan tatapan penuh kekhawatiran."Syukurlah, Nak. Kamu sudah sadar," bisik Ibu Tri, tangannya mengelus rambut Tri dengan lembut. "Tidurmu nyenyak sekali. Jangan khawatir, Sayang. Semuanya baik-baik saja."Semuanya baik-baik saja. Kata-kata itu berulang di kepala Tri, namun bertabrakan dengan memori yang baru saja menghancurkannya. Tri mencoba mengingat. Pita maroon yang dirobek. Cincin yang diinjak. Foto Raihan dan Sarah, tersenyum di pelabuhan abadi mereka.Rasa sakit itu menghantam Tri lagi, membuatnya sesak napas. Ia mencoba meraih ponselnya yang tergeletak di nakas. Ibu Tri menahan tangan Tri."Jangan dulu, Nak. Kamu istirahat. Ibu akan buatkan teh hangat."Tri menggeleng, memaksa
Tri sempat menatap foto itu selama dua puluh detik, tanpa berkedip, tanpa bergerak, tanpa mengeluarkan suara. Ia merasakan denyut nadi di pelipisnya berpacu gila-gilaan, dan dunia di sekitarnya meredup. Tubuhnya terasa berat, namun jiwanya tiba-tiba ringan, terlepas dari kenyataan.Pelabuhan abadi. Raihan selalu memanggil Tri sebagai pelabuhan terakhir. Kini, Tri mengerti. Ia bukan pelabuhan. Ia hanya persinggahan. Ia adalah jembatan sementara yang dilewati Raihan, tempat Raihan membuang waktu, mengisi bahan bakar emosional, sebelum kembali ke tujuan sebenarnya 'Sarah'.Rasa dingin yang membekukan itu beralih menjadi amarah yang mendidih. Tri dengan tangan gemetar menyentuh layar, mencoba memperbesar foto itu. Ia ingin memastikan matanya tidak salah.Jas Raihan itu mahal, gaun Sarah anggun, dekorasinya elegan. Ini bukan 'simulasi' untuk promosi kantor, ini adalah pernikahan nyata.Tri bergegas membuka aplikasi Instagram, langsung menuju akun Raihan. Sesuai dugaannya, akun Raihan kini
Pita itu bukan hanya pita, melainkan benang merah yang menghubungkan Raihan dengan tunangan resminya, sebuah kebohongan yang kini tampak menjijikkan.Tri berlari meninggalkan Dina di sekolah, rasa sakit karena dikhianati jauh lebih panas daripada terik matahari Jakarta. Ia tidak peduli pada tatapan bingung teman-temannya atau ancaman hukuman karena bolos jam pelajaran terakhir. Tujuannya hanya satu, kamar tidurnya yang aman.Ia mengunci diri di kamar, merosot ke lantai dengan punggung menempel di pintu. Di tangannya, ia menggenggam ponsel dan pita maroon itu. Pita yang licin, murah, dan kini terasa seperti belenggu yang mengikatnya pada kebohongan tujuh tahun lebih tua. Rasa sakit di dadanya begitu hebat hingga sulit bernapas. Semua janji tentang rumah di BSD, Santorini, dan "pelabuhan terakhir" kini terasa hampa dan palsu.Tri bangkit, tangannya gemetar meraih ponsel. Ia harus menghubungi Raihan. Ia harus memaksa pria itu menghadapi kebenaran. Logika Dina kini memenuhi otaknya,






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.