Share

Misi Kedua : Mencari Informasi di Markas Phantom.

Keesokan harinya , Aichel terbangun lalu beranjak dari tempat tidur menuju dapur. Sesampainya di sana Hana dan Azumi tengah memasak sarapan sedangkan Eki dan Rugby menyiapkan peralatan untuk menjalankan misi kedua. Gadis berinisial A hanya terdiam seraya meminum jus botol di kulkasnya. "Hi Aichel , selamat pagi," celetuk Azumi menyapa gadis yang masih mengenakan piyama tidur. "Hmm...," balasnya hanya dengan dehaman. "Kak Aichel kenapa? Kakak mimpi buruk ya?" sambung Hana melontarkan dua pertanyaan sekaligus serta mengekspresikan wajah imutnya. "B-bukan urusanmu!" bentaknya lalu masuk ke salah satu ruangan.

"Huft...," menghembus nafas secara kasar. "Kak Aichel , aku ingin mempunyai kakak perempuan selain kak Azumi....," sambungnya dalam hati sembari memandang sendu pintu ruangan yang di masuki oleh gadis pemilik rumah. "Hana , panggil Aichel. Sarapannya sudah siap," celetuk Azumi tengah fokus membereskan sisa bahan makanan. "Okey kak!" bersemangat dan mulai bersenandung. Sang kakak yang melihat tingkah sang adik bergumam. "Hana..., kau selalu memaksakan hatimu untuk mendekati orang sedingin Aichel", keluh sang kakak khawatir dengan perasaan adik perempuannya saat ini.

"Tok tok tok!" Gadis imut mulai mengetuk pintu. Aichel membuka pintunya dan bertanya, "Ada apa?" ketusnya sambil melipat kedua tangan. "Sarapan sudah siap kak , ayo kita makan bareng," ajak Hana diakhiri dengan senyuman terbaiknya. Gadis dingin memalingkan wajahnya lalu menimpali perkataan gadis di hadapannya. "Kalian saja yang makan , aku tidak lapar," kembali masuk ke ruangan namun sebelum menutup pintu sang pangeran berhasil meraih tangan Aichel lalu berkata, "Bisakah kita bicara empat mata?" tanya Rugby memandang tubuh bagian belakang gadis di depannya. "Baiklah. Aku hanya menghormatimu sebagai pangeran kerajaan," responnya ketus namun sedikit menundukan kepala.

Hana dan Rugby mulai berbicara di balkon lantai atas. "Aichel...," panggilnya seraya memandang wajah cantik gadis disampingnya. "Hmm?" sahut gadis berinisial A fokus memandang langit yang masih gelap berhiaskan beberapa bintang. "Aku yakin kamu bukan orang jahat," memberi kode untuk membicarakan tentang masa lalu. Mendengar perkataan lawan bicara , gadis dingin hanya bisa shock mendengar perkataan sang pangeran kemudian mengalihkan pandangannya menatap Rugby dengan tatapan bertanya-tanya "K-k-kenapa kau bicara seperti itu?" masih tidak mengerti tujuan lelaki di sampingnya mengatakan hal itu. 

Rugby memutuskan untuk menceritakan mengenai peristiwa yang dilihat oleh Eki Kiseki semalam. "Begitu rupanya...," lirih Aichel Emerland seraya menundukkan kepala. Sang pangeran menghadap ke samping , mulai menggenggam kedua tangan gadis tersebut kemudian berkata, "Aku Rugby Galen berjanji padamu akan menjadi pelindung serta menjagamu dari phantom ataupun orang yang merundungmu!" seru lelaki tampan sedikit meninggikan suaranya. "P-pa-pangeran....," responnya dengan nada lemah serta membulatkan matanya lalu mendadak hampir tidak sadarkan diri. Dengan sigap sang pangeran menahan tubuh gadis di hadapannya serta memandang dengan perasaan cemas. "Hey! Ada apa?" sambung lelaki memiliki tahta kerajaan bertanya. Aichel hanya merespon dengan gelengan kepala. 

Tak lama kemudian Azumi membawakan sarapan untuk gadis dingin dan pangeran istana Halation. Sesampainya disana , alangkah terkejutnya saat ia melihat adegan romantis di hadapannya. "A-anu...ini aku bawakan sarapan untuk kalian," menaruh sarapan serta minuman lalu bergegas pergi. "Terimakasih!" ujar Rugby singkat sedangkan Azumi hanya memberi kode sama-sama dengan mengangkat salah satu tangannya dalam kondisi masih berjalan menjauhi tempat tersebut.

"Ayo sarapan sebelum menjalankan misi kedua," celetuknya lalu memakan sarapan yang telah disiapkan. Aichel menganggukan kepala sebagai pertanda iya dan bergegas memakan sarapan. Suasana hening mulai terjadi , hanya ada suara adu sendok , garpu serta piring memenuhi ruangan balkon. Dari kejauhan Eki melihat kedekatan kedua rekan satu tim dan berceletuk, "Mereka sangat cocok pft," katanya lalu kembali ke ruang tamu.

Sesudah selesai makan , Rugby dan Aichel turun ke bawah bergegas bersiap-siap mengunjungi markas phantom untuk kedua kalinya. Kala itu pukul 05.00 pagi , warga Halation belum sepenuhnya keluar dari rumah. "Kondisi belum terlalu ramai. Kita harus cepat!" perintah pangeran mengambil alih komando. 

Sesampainya di sana , mereka menusuri seluruh ruangan namun tidak berhasil menemukan informasi apapun. Merasa bingung karena hal itu Eki meyakini bahwa markas phantom tidak hanya satu. Aichel yang sedari tadi bungkam mulai berkomentar, "Aku tidak tau pasti tapi taman bermain Wonder Park sudah tutup sejak lama jadi firasatku mengatakan phantom itu pindah markas," celoteh Ai panjang lebar dalam mode berpikir. "Masuk akal!"seru sisanya serempak.

Alhasil tim rahasia mengunjungi taman bermain tak jauh dari lapangan kota dan ternyata firasat gadis jutek nan dingin benar. Setengah warga , mulai dari perempuan separuh baya serta anak kecil sekitar umur 5 sampai 12 tahun di tawan di wahana kaca yang luas. "Tempat ini...," gumam Aichel perlahan mengingat masa lalunya yang kelam. Rugby yang berada di sebelah Aichel memandang dengan tatapan iba. 

Azumi , Hana , Aichel , Eki dan Rugby mengelilingi taman bermain yang di tutup permanen sampai ada yang memanggil sahabatnya dengan sebutan, "Ai!" panggil Bela yang berada di belakang tubuh gadis dingin layaknya kulkas dua pintu. Sontak Aichel berbalik ke belakang , ingin memeluk sahabatnya namun ditahan oleh Eki. "Dia bukan sahabatmu yang asli. Sahabatmu ada di wahana kaca ini bersama keluargamu," ucapnya mulai mengetahui rencana busuk phantom yamg ingin mengambil jiwa gadis berkulit kuning langsat , tinggi serta bermata kuning. 

Karena perkataan Eki , phamtom yang menyamar sebagai Bella merubah wujud aslinya. Aichel kembali bungkam sedikit menundukan kepala.  Melihat keadaan gadis tengah bersedih mulai emosi bergegas menebas phantom dengan pedangnya tanpa berpikir bahwa sosok ghaib tidak bisa di serang menggunakan senjata manusia. Azumi , Hana dan Eki menggelengkan kepalanya akibat tingkah konyol yang dilakukan seorang pangeran. "Berhenti!" seru gadis berumur 19 tahun lantaran tak tahan melihat tingkah konyol Rugby. Phantom dan Rugby berhenti saling menyerang , mengalihkan pandangan ke sumber suara. "Ya ampun! Sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa mengalahkan phantom dengan pedangmu!" umpatnya kesal dan membuat Rugby menjadi malu akan tingkah konyol yang ia lakukan.

Phantom tersebut menghilang lalu berkata tanpa menampakan wajahnya lagi. "Kalian telah masuk perangkapku dan jangan harap bisa keluar dari sini manusia bodoh!. Mwahahaha...." girangnya di akhiri dengan tawa jahat lalu mengirim tim rahasia ke dunia lain. "Shit! Ini jebakan!" gerutu Eki berdecak kesal. "Kak Eki , aku takut hiks...," rengek adik perempuan mulai menangis. Hana dikenal dengan gadis yang memiliki kelembutan hati tanpa batas serta masih kekanak-kanakan. "Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya?" timpal sang kakak dengan nada lembut kemudian memeluk sang adik. Sedangkan gadis memiliki marga Kiseki mengangguk dalam dekapan hangat sang kakak. 

Tak lama kemudian , tim rahasia mendapatkan petunjuk berupa kertas bertuliskan nama warga planet Halation serta calon korban lain yang belum disandra. Mengetahui hal tersebut , mereka berempat berusaha mencari jalan keluar untuk menyelamatkan calon korban. 

Dari kejauhan lelaki misterius membawa Eki , Rugby , Hana , Azumi dan Aichel kembali ke istana dengan kekuatan magic dark. Tim rahasia bingung apa yang baru saja terjadi. "Ada apa? Kenapa kita bisa kembali ke istana?" heran Azumi dalam mode berpikir. "Apapun itu kita harus menyelamatkan warga dari para phantom!" seru pangeran dengan tutur bijaksana.

Mereka berempat menyamar serta membawa calon korban ke tempat yang aman. Phantom yang kalah cepat merasa terhina kemudian kembali ke dunianya. Ia melaporkan mengenai tim rahasia kepada big phantom. "Lapor! Saya kalah cepat dengan manusia itu." Mendengar berita buruk big phantom bernama Zordon tidak terima dan membunuh bawahannya secara sadis. "T-tu-tuan t-tidak!" Manusia magic dark menyaksikan moment itu berharap bisa keluar dari belenggu serta kutukan phantom. "Kapan aku bisa keluar dari sini." keluhnya merasa tidak betah. "Argh!" mendadak tak terkendali dan menghilang.

Kembali ke empat anggota serta pemimpin tim rahasia merasa lega karena warga selamat dari phantom. "Kerja bagus!" puji sang raja disertai perasaan bangga.  "Terimakasih yang mulia," sahut keempat anggota rahasia seraya membungkukan badan sedikit sebagai rasa hormat. "Terimakasih ayah," sambung Rugby singkat.

To be continue.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status