Beranda / Romansa / Dear Allah / 14. Pura-pura Pedul?

Share

14. Pura-pura Pedul?

Penulis: Lusia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-29 23:39:37

Fatih menoleh ke Zayna. Dahi berkerut menandakan kebingungan. "Ini sudah bisa masak, lho," tanggapnya.

"Sudah jangan banyak omong. Ajarkan saja, Fatih. Mama juga tahu kamu jago masak, waktu sekolah dulu ambil jurusan tata boga."

"Iya-iya, Ma." Fatih setuju. "Tapi nanti saat kita sudah pindah rumah. Tidak apa-apa, 'kan, Zay?" Fatih menoleh ke Zayna.

Zayna mengangguk. Mendengar jawaban Fatih, Zayna senang sekali.

"Ah, anak Papa. Bilang saja ingin bermesraan di dapur sama istri sambil masak, kan?" goda Hasan. "Kalau di rumah ini banyak orang, jadi tidak ada kesempatan," lanjutnya.

"E-nggak begitu, Pa," elak Fatih.

Desi terkekeh kecil. "Papa ini ada-ada saja. Ingat dulu sebelum ada Bi Astri juga Papa modus, selalu mengganggu Mama kalau masak. Main peluk dari belakang," cerita Desi panjang lebar.

Hasan cemberut. "Jangan diceritakan juga kali, Ma di depan anak-anak. Malu Papa."

"Pagi, Ma, Pa," sapa Latisa dan Denia yang baru turun dari lantai atas, keduanya sudah rapi mengenakan seragam sekolah.

"Hei, sayang. Good morning!" Desi mencium kening kedua putrinya dengan penuh kasih sayang lalu menyuruh untuk duduk dan sarapan pagi. "Ya sudah selamat menikmati sarapan! Jangan lupa berdoa." Desi berdiri, pertama mengambil nasi ke piring suaminya, kedua nasi untuk dua putrinya.

Zayna juga melakukan hal demikian, melayani Fatih. Dia tersenyum melihat Pak Hasan, Mama Desi, Denia, dan Fatih makan dengan lahap. Terkecuali Latisa yang tampak tidak berselera. Sejak turun, Latisa tidak bersuara, mukanya ditekuk dan cemberut.

"Kamu kenapa, Sa?" tanya Zayna dengan nada lembut. "Kok nggak di makan?" tanyanya lagi. Berbeda dengan Denia yang makan dengan lahap.

Latisa diam tidak menjawab. Menatap piring sudah terisi nasi lauk pauk yang diambilkan oleh Mamanya, dia Menarik-narik baju Mamanya yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa sayang?"

"Tisa mau sarapan roti aja, Ma. Lagi nggak mood sarapan nasi."

Awalnya Desi berniat memaksa Latisa untuk memakan sarapan yang telah disediakan, karena takut menyinggung Zayna. Tapi Zayna memberi isyarat agar keinginan Latisa dituruni saja. Desi langsung menyuruh Bi Astri untuk membuatkan sarapan roti untuk Latisa.

"Manja kamu. Sudah besar harusnya jangan pilih makanan," komentar Fatih.

Latisa memeletkan lidah pada Fatih. "Biarin!"

****

Mobil Fatih berhenti tepat di depan pintu gerbang sekolah. Fatih dan Zayna mengantar Latisa berangkat ke sekolah setelah mengantar Denia ke sekolah menengah pertama.

"Eh, cium tangan dulu," tahan Fatih ketika Latisa hendak membuka pintu mobil belakang. "Kamu ini asal main cabut aja."

Latisa memutar bola mata dengan malas, sedikit mencondongkan badan untuk menurut mencium punggung tangan Fatih dan Zayna dengan ogah-ogahan. "Assalamualaikum," salamnya dengan malas.

"Jangan malas-malasan begitu dong. Kualat nanti," tegur Fatih dan mulai memberi nasehat ke adiknya. "Jaga etika sopan santun. Mulutnya juga harus dijaga jangan sampai menyakiti orang lain, Sa. Ingat itu."

Latisa mengurungkan niat membuka untuk pintu mobil. Bibirnya cemberut dan ekspresi wajah kesal. Sejak Fatih menikah dan Zayna tinggal satu rumah, sifat gadis itu benar-benar berubah. Entah apa penyebabnya.

"Sudah, Mas. Biarkan saja, diusia Tisa sekarang sedang labil. Emosi naik turun," ucap Zayna melihat ke kursi penumpang di mana Latisa duduk.

"Tidak, Zay. Harus aku tegur. Biar anak itu tidak berbuat seenaknya sama kamu."

"Kak Fatih apa-apaan, sih?!" Suara Latisa meninggi dan mata mendelik. "Jangan sok care dong sama Kak Zay. Tisa tahu semuanya kalau Kak Fatih cuma pura-pura baik sama Kak Zayna!" lanjutnya menekan semua kalimat.

"TISA!" bentak Fatih tanpa berpikir panjang dulu. "BICARA APA KAMU?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dear Allah   29. Menyakitinya dan Melukai Keluarganya

    Apakah Arga menyesal? Menyasali menikah dengan Rosmala? Seperti kata-kata bijak, penyesalan memang selalu datang diakhir.“Dia juga masih mencintaiku, Nang. Kenapa dia datang saat aku telah menikah dengan Mala,” sesal Arga.Mendengar itu Ganang terkejut setengah mati dengan pengakuan Arga. Lelaki itu mematung di tempat, duduk tak bergerak, dan mata sama sekali tidak berkedip. Sahabatnya ternyata masih mencintaiwanita yang dulu akan dijadikan istri olehnya, namun pernikahan itu batal secara tidak terduga. Mantan calon istrinya menjadi orang ketiga di dalam rumah tangga Arga dengan Rosmala, dan keluarga yang awalnya harmonis sekarang diambang keretakan.“Kamu menyesal telah menikahi Mala bukan Yura?” tanya Ganang dengan serius.Arga mengerjabkan sepasang mata sekali. Dia bungkam, wajahnya memerah setelah mendengar pertanyaan dari Ganang. Menyesal? Arga bingung harus menjawab apa. Menyesal? Arga belum tau ini sebuah penyesalan atau bu

  • Dear Allah   28. Pengakuan Arga

    Rasa bahagia menunggu Arga pulang dan harapan besar masakannya akan di makan oleh Arga kini harapan itu sirna. Rosmala sudah tidak tahan lagi dengan kekecewaan ini, sebagai seorang istri harus tetap sabar menghadapi suami. Tapi sampai kapan?“Ya Allah kuatkan hambamu ini untuk menghadapi Mas Arga,” batin Rosmala.Langkah kaki pelan menuju meja makan, dia merapikan makanan yang sudah tersaji dua jam yang lalu. Rosmala sudah sangat lama menunggu Arga pulang, tapi tidak ada tanda-tanda sang suaminya pulang. Setelah membereskan makanan, Rosmala menaiki tangga lalu masuk ke dalam kamar. Dia duduk di depan meja belajar, meletakan novel dan menyalakan ponsel untuk mencoba menghubungi Arga sekali lagi. Helaan napas terdengar saat panggilannya sama sekali tidak terjawab, pesan juga belum ada balasan.Huh. Rosmala berusaha untuk berpikir positif. Dia lelah overthinking setiap saat.“Apa mungkin Mas Arga masih sibuk, ya? Hingga untuk membalas pesan

  • Dear Allah   27. Menunggu Lagi

    Rosmala ingin segera pulang saja. Dia sudah tidak tahan lagi harus berhadapan dengan Adam. Rosmala pikir, Adam akan menyerah tidak mendekatinya, namun salah. Tanpa Adam sadari, perlakuan tadi membuat Rosmala tidak nyaman dan semakin membuatnya enggan untuk mengobrol lagi dengan Adam.Okay. Sebaiknya lupakan kejadian tadi.Sekarang Rosmala tak sabar memasak makan malam untuk Arga, suaminya. Sebelum pulang ke rumah, Rosmala berniat membeli sayuran di supermarket dan juga membeli kebutuhan untuk makan malam nanti.Satu jam Rosmala habiskan untuk berbelanja, dia dengan bersemangat mendorong troli belanja di Supermarket, belanja kebutuhan sehari-hari dan tidak lupa membeli keperluan untuk dimasak malam ini juga. Setelah puas belanja, Rosmala menyibukkan diri di dapur. Semua bahan yang tadi dibeli sudah tersedia di atas meja.Sebelum menikah dan setelah menjadi pengantin baru, Rosmala memang tak pandai memasak, namun dia berusaha mengikuti kelas memasak. Rosmal

  • Dear Allah   26. Mengantarkan Pulang

    “Mala,” desis Arga saat melihat nasi kotak di depan pintu. Arga menghembuskan napasnya, tak tega pada Rosmala. Dia merasa bersalah pada Rosmala, bermain di belakang, namun wanita itu masih bersikap baik padanya. Sungguh, Arga tidak tahu harus berbuat apa. Lelaki itu membawa nasi kotak ke dalam, menatap lama nasi kotak yang Rosmala beli. “Maafkan aku,” batinnya. *** Setelah kelas selesai, Rosmala menyuruh Salwa untuk pulang lebih dahulu. Dia mencoba menghubungi Arga. Panggilannya tidak terjawab, mencoba sekali lagi dan akhirnya Arga mengangkat panggilannya. “Assalamu’alaikum, Mas,” salam Rosmala. “W*’alaikum salam,” balas salam Arga. “Iya, La. Ada apa?” tanyanya dengan nada dingin. “Kelas Mala sudah selesai nih,” lapor Rosmala. Sebab, setiap kelas selesai Arga menyuruh Rosmala untuk memberitahunya dan akan mengantarkan pulang, walaupun kadang Arga sering menghilang dan jarang sekali mengantar Rosmala pulang dari kampus. “Mas mau pulang

  • Dear Allah   25. Pengakuan Dokter Adam

    “Kamu bahagia menikah dengannya?”Rosmala terdiam, dia terpaku di tempat. Sama sekali tak berani menatap Adam. Napasnya tercekat. Pertanyaan itu sangat membuatnya mati kutu dan tak bisa berkata apa apa. Bibirnya terkunci rapat beberapa menit setelah Arga memberikan pertanyataan lagi.“Kenapa kamu tidak menjawab, La?” Adam yang menunggu jawaban Rosmala bertanya dengan nada sangat tak enak didengar.Rosmala tergagap, dia gelagapan. “Umm … alhamdulilah,ba-ha-gia kok.” Rosmala menampilkan senyuman palsunya sembari memegang erat nasi kotak di tangannya. Dia berbohong. Tentu saja, terlihat jelas kepalsuan dari mimik wajahnya. Sudah pasti Rosmala ingin menutupi masalah keluarganya. Tidak ingin Adam tau. Kepalsuanya membuatnya semakin dipaksa dalam jurang kebohongan yang telah dibuat sendiri.Bahagia? Tidak. Selama ini Rosmala tidak merasakan kebahagiaan dalam keluarga.“BOHONG!” tuding

  • Dear Allah   24. Kamu Bahagia?

    “La, kamu mau kemana?”Rosmala terkejut ketika tiba-tiba Salwa berjalan di sampingnya, dia kira Salwa sudah kembali ke kelas duluan. “Aku mau ke sana sebentar,” jawab Rosmala mengangkat dagunya tanpa memberi tahu kemana dia akan pergi. “Kamu ke kelas dulu aja.”Salwa mengangguk, rasa penasaran itu hilang ketika matanya tertuju ke tangan Rosmala yang sedang menenteng nasi kotak, sudah pasti nasi kotak itu untuk suaminya. “Ya udah, duluan ya?” katanya.“Iya, Wa,” balas Rosmala sambil tersenyum.Rosmala berbelok dan tanpa sengaja dia menabrak tubuh seseorang dari arah yang berlawanan. Brukkk! Tubuh Rosmala terhuyung, hampir saja nasi kotak yang dia pegang jatuh ke lantai.“Aduh, maaf ya, Kak. Aku sedang buru-buru jadi tak sengaja menabrak Kakak,” kata wanita itu.“Iya, tidak apa-apa kok,” jawab Rosmala.“Sekali lagi maaf ….” Wa

  • Dear Allah   23. Are You Okay?

    “Are you okay,Ra? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?” tanya Arga pada Yura yang masih diam, kini mereka sedang duduk berdua di ruang tamu. Wajah Arga tersirat kekhawatiran, sangat mengkhawatirkan Yura. “Katakanlah ….” mohon Arga.Yura sedang mengikat perban ke tangannya. Tidak berbicara sepatah katapun. Hanya diam tak bersuara. Arga yang melihat Yura tampak depresi merasa iba, dia membantu Yura menutupi luka di tangannya. Sejujurnya Arga tidak habis pikir dengan Yura. Kenapa wanita itu berani menyakiti diri sendiri atau self harm.“Aku takut, Mas …” balas Yura setelah selesai mengobati lukanya.Kepala perlahan terangkat, memandang Arga yang duduk di sampingnya. Selama ini Yura tak pernah mengekpresikan sesuatu baik melalui kata maupun emosi di hadapan orang lain. Sesedih apapun yang Yura rasakan, tak pernah sekalipun tangisnya muncul. Dia tadi tak menangis, hanya saja mencari kepuasan diri sendiri

  • Dear Allah   22. Merasa Berdosa

    Pikiran dan perasaan Rosmala berantakan akibat Arga tak kunjung pulang, dia menunggu Arga dengan sangat lama hingga kini kakinya sudah menginjakkan di kampus. Namun tak melihat keberadaan sosok suaminya di ruangannya hingga jam istirahat tiba. Rosmala berjalan di lorong menuju kelasnya, kata Salwa sudah berada di kantin dan mengajak Rosmala makan bersama. Huh, kenapa Salwa tak menunggunya Rosmala. Salwa main pergi meninggalkan Rosmala begitu saja di toilet.“Awas aja. Kalau minta ditemenin ke toilet,” gerutu Rosmala.Makan, ya? Rosmala menjadi ingat Arga, lelaki itu sudah makan atau belum?“Mas Arga udah sarapan belum, ya?” batin Rosmala bertanya-tanya. Bagaimana pun juga Rosmala masih punya tanggung jawab untuk melayani suami, dia akan membelikan Arga nasi kotak dan akan berusaha mencari Arga sampai menemukan keberadaan.“Lama banget sih kamu di toilet,” geram Salwa saat Rosmala mendatangi mejanya.Rosmala melih

  • Dear Allah   21. Pikiran Manusia

    “Ya Allah aku tak mengerti dengan sikapnya ini,” batin Rosmala. “Apa mungkin Mas Arga tak ingin tidur satu ranjang denganku lagi?” Rosmala menggeleng. Tidak. Tidak. Mungkin saja hari ini Arga sedang ingin tidur sendirian. Rosmala berusaha menghempaskan pikiran negatifnya.“Tidurlah. Bukankah kamu besok ada kelas lagi?” Arga tidak menjawab pertanyaan Rosmala, melainkan menyuruhnya untuk segara tidur.“I-ya, Mas.” Rosmala berjalan ke arah tempat tidur, berbaring dengan perasaan kecewa, sedih, marah dan banyak pikiran tentang perubahan Arga padanya. Rosmala seperti menjadi wanita bodoh saat ini. Rosmala tak sekalipun membantah, ingin menang sendiri, namun dia selalu menerima perlakuan dingin dari Arga dengan lapang dada. Rosmala tidak mau durhaka pada suaminya, dia juga tak mau egois. Astaghfirullah …“La ….”Rosmala menoleh. “Iya?”“Maaf &hellip

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status