Share

15. Cake Kesukaan

"Jangan sok care dong sama Kak Zay. Tisa tahu semuanya kalau Kak Fatih cuma pura-pura baik sama Kak Zayna!"

"TISA!" bentak Fatih tanpa berpikir dulu. "BICARA APA KAMU?!" Bentakan kedua nada suara lebih tinggi.

Latisa terkejut mendengar bentakan Fatih. Ini adalah pertama kalinya dibentak. Matanya memerah dan berkaca-kaca lalu buru-buru turun dari mobil sebelum Fatih berteriak memanggilnya dengan nada marah, berlari ke gedung sekolah tanpa menoleh ke belakang sambil menahan tangis. Latisa memang type gadis yang tidak suka dibentak.

Di dalam mobil. Dada Fatih naik turun, sibuk mengatur napasnya. Menarik lalu dihembuskan perlahan. Perkataan adiknya berhasil membuatnya emosi. Bibirnya bergerak berulang kali mengucapkan istighfar untuk menenangkan diri.

Sementara Zayna terdiam melihat ke arah jendela kaca mobil di mana gedung itu sekolah menengah atas. Batinnya bertanya-tanya, Ya Allah apa maksudnya dari perkataan Latisa? Fatih berpura-pura baik padanya? Hati Zayna mulai tak tenang dan awalnya tidak terpikirkan menjadi kepikiran. Dia ingin bertanya langsung ke Latisa nanti setelah Latisa pulang sekolah.

"Zay," panggil Fatih menepuk pundak istrinya. "Aku minta maaf atas sikapku tadi."

Tanpa menoleh, Zayna menjawab, "Jangan minta maaf padaku, Mas. Minta maaflah ke Tisa. Dia pasti sedih."

Fatih menghembuskan napas panjang. "Aku kelepasan tadi, tidak ada niatan membentaknya," jelas Fatih tidak mendapatkan respon dari Zayna.

Sepanjang jalan pulang, Zayna menjadi pendiam sibuk dengan pikirannya sendiri. Hanya suara musik mengisi keheningan di mobil itu. Lagu all too well dari Taylor Swift membuat perasaan Zayna semakin tidak karuan.

"Nanti siang ke coffee shop milikku, ya." Fatih membuka topik pembicaraan karena sedari tadi mencuri pandangan tapi istrinya tidak sedikitpun menoleh padanya. "Sekitar tiga puluh menit sampai."

"Iya, Mas," balas Zayna lemas. Tak ada energi untuk berbicara.

****

"Zayna sini sebentar, Nak!"

Zayna baru selesai sholat Dhuha, hendak turun ke bawah untuk mengambil air putih. Tiba-tiba dipanggil Mama Desi di ruang makan. "Iya, Ma. Ada apa?" tanya Zayna mengurungkan niatnya pergi ke dapur.

"Ini tadi ada seorang wanita datang ke rumah ini. Menitipkan ke Mama ini," tunjuk Desi ke box cake dengan windows yang dilapisi mika bening sehingga isian dalam box itu terlihat. "Untuk kamu, Zay. Cake kesukaan kamu katanya."

Mata Zayna tertuju ke box di meja. "Wah, ini cromboloni coklat. Zayna suka banget!" Matanya berbinar senang. Mood Zayna berubah drastis. Tak berhenti memamerkan deretan gigi sambil memandang cromboloni yang bikin ngiler. Sudah lama sekali Zayna tak menikmati cromboloni dengan coklat yang lumer di mulut. Alhamdulillah masih pagi ada orang baik. "Dari siapa, Ma?"

Desi mencoba mengingat. "Dari, namanya Y-Yara."

Yara? Bagaimana bisa tahu alamat rumah orang tua Fatih?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status