Share

Dear Kakak Kelas ~ 6

Vicky terkekeh melihat perubahan raut wajah Tasya yang kini cemberut. "Nama gue Vicky Nugraha, nama panggilan Vicky. Tapi kalo lo manggil 'sayang' juga gakpapa kok."

Astaga! Jangan blushing Tasya, jangan blushing.

"Jadi kakak kelas yang dimaksud Ria itu, lo?" Tasya bersuara berusaha menghilangkan rasa gugupnya, namun percuma saja. Jantungnya tidak bisa diajak kompromi.

"Maksudnya?" Vicky bingung.

*Flashback on.

'Lo dikasih minuman sama cogan, OMG!" ucap Ria sambil menyerahkan minuman tersebut ke Tasya.

"Cogan?" Tasya bingung. "Siapa?"

"Nah, itu dia, Sya. Dia gak mau ngasih tau namanya. Dia bilang dari kakak kelas," jelas Alana.

*Flashback off.

"Heran gue sama Ria. Muka mirip ubur-ubur kayak lo dibilang cogan," Tasya menyindir, "selera temen gue mah rendah."

"Tapi lo suka, kan?" Vicky merayu.

"Mending gue lesbi daripada harus suka sama cowok kayak lo!"

Vicky terkekeh. "Yakin?"

"Ihh, bawel, lo!" Tasya greget. "Kenapa lo gak mau ngasih tau nama lo?"

"Supaya lo penasaran."

"Gak penasaran sama sekali gue!" tegas Tasya.

"Tuh penasaran sampe nanya 'kenapa lo gak mau ngasih tau nama lo?'" Vicky menirukan gaya bicara Tasya membuat Tasya sedikit tertawa.

"Lo tunggu disini, ya. Gue mandi dulu, habis mandi baru gue antar lo balik," ucap Vicky.

"Iya, buruan. Bau banget, lo." ucap Tasya sambil mengibas-ngibas depan wajahnya.

"Bau tapi sayang, kan?"

"Ihhh buruan sono. Ntar Bonyok gue nyari lagi," Tasya mengalihkan.

"Iya, sayang."

Vicky berlari kecil menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya, meninggalkan Tasya yang sudah hampir terbang ke langit.

Ternyata kakak kelas itu Vicky Nugraha ..

batin Tasya.

***

Vicky turun dari kamarnya, berniat mengantar Tasya pulang. Betapa terkejutnya Vicky melihat Tasya sedang tidur di sofa, dengan menggunakan tas sebagai bantalnya.

Tidak tega membangunkan, Vicky membopong tubuh Tasya dan membawa gadis itu menuju ke kamarnya. Dengan hati-hati, Vicky membaringkan Tasya di atas kasur.

Vicky melirik jam yang melekat di tangannya dan ternyata sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Artinya, Tasya sudah hampir empat jam di rumah Vicky karena mereka pulang sekolah jam tiga sore.

Vicky menghela berat, merasa aneh dengan gadis itu mengingat ia hampir bunuh diri.

Kayaknya nih anak punya masalah, sampe dia nekat bunuh diri.

pikir Vicky.

"Coba kalo gak ada gue, mungkin udah mati ni anak," gumamnya.

"Lo emang the best Vicky!" Vicky membanggakan dirinya.

Vicky memandang Tasya dengan teliti. Vicky akui Tasya memang gadis yang cantik, bahkan saat tidur pun cantiknya tidak pudar.

Vicky mendekatkan wajahnya dengan wajah Tasya,

3 Jengkal ..

2 Jengkal ..

1 Jengkal ..

"Kirain nih anak udah mati." Vicky bernapas lega saat meletakkan jari telunjuknya di sekitaran lubang hidung Tasya, gadis itu masih bernapas.

Cup!

"Selamat tidur, Tasya. Gue akan bantu lo untuk nyelesain masalah yang sedang lo alami."

***

Tasya mengerapkan matanya beberapa kali, merasa asing dengan kamar yang sekarang sedang ditempatinya. Kamar bernuansa hitam campur putih seperti catur, barang yang acak-acakan dan pakaian yang digantung sembarang.

Kemarin gue di rumah Vicky.

Tasya menerawang.

Shitt .. berarti ini kamar Vicky..

pikirnya lagi.

Tasya melihat dirinya di cermin, dan ia sedikit terkejut karena pakaiannya sudah diganti.

Kemarin kan gue pake baju sekolah. Kok bisa diganti?

batin Tasya.

Jangan-jangan, Vicky yang ganti?

pikirnya.

Tasya mencoba mengambil salah satu buku yang terletak di meja yang terlihat mulus, karena mungkin tidak pernah digunakan oleh pemiliknya.

Tasya membuka halaman pertama,

Nama : Vicky Gantengnya Keluarga Nugraha.

Kelas : XI IPS 3

Pelajaran : Semua yang dipelajari.

Tasya menggeleng kepala, baru membaca halaman pertama saja perutnya terasa seperti tergelitik apalagi halaman selanjutnya.

Brakk!

Buku yang ada di genggaman Tasya seketika jatuh karena dirinya kaget akan suara dobrakan pintu yang keras.

Tasya membulatkan matanya, "Vicky?"

Vicky berjalan dengan langkah gontai, menarik Tasya kedalam pelukannya. Jantung Tasya terasa seperti mau keluar apalagi di saat ia merasakan Vicky mengecup puncak kepalanya.

"Lo mabuk, Vik?" Tasya merasakan bau alkohol yang berasal dari mulut Vicky. Biasanya jika mencium bau alkohol Tasya akan muntah, namun di saat dalam dekapan Vicky rasanya tidak.

Vicky menarik Tasya menuju sofa yang terdapat di samping kasurnya, lalu membaringkan tubuh cewek itu. Vicky pun ikutan tidur disampingnya, jangan lupa 'Sambil memeluk Tasya!'

"Vik--"

"Sebentar aja," ucap Vicky dengan suara lirih, suara orang yang sedang mabuk.

Tasya mengangguk lalu mengelus kepala Vicky dengan lembut.

"Tidur, Vik. Lo masih mabuk." ucap Tasya memejamkan matanya bersamaan dengan Vicky.

Akhirnya Vicky dan Tasya tertidur di atas sofa. Dengan tubuh yang saling menyamping dan Vicky yang mendekap Tasya erat seolah-olah ia tak ingin Tasya pergi walau cuma sebentar.

Keduanya telah larut dalam mimpi mereka masing-masing.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status