Delia sontak terkejut ia berada pada sebuah Ruangan yang begitu gelap. Matanya tak bisa melihat apapun di sana, ia mencoba berteriak meminta tolong pada siapapun.
“Ibu!” Tangis Delia memanggil Ibunya namun tak ada respon apapun lantas ia mencoba memanggil sang Ayah untuk menolongnya.
“Ayah!” Delia terus menjerit memanggil Ayahnya entah sebanyak apapun ia sudah memanggil sampai suaranya serak dan tenggorokannya begitu sakit tapi tetap saja tempat itu begitu sepi dan tak ada siapapun di sana.
Dalam keheningan gadis kecil itu menangis tersedu-sedu perasaanya berkecamuk ia sangat bingung kenapa bisa berada terkurung di tempat gelap ini. “Delia takut! Delia ada di mana!” Delia terus mencoba dan berharap ada seseorang yang mendengar suaranya.
Namun tak ada jawaban dari siapa pun ia terus menangis sendirian dalam tempat yang begitu asing. Delia berusaha lari namun penglihatannya tak jelas karena rua
Tok…tok…tok…!“Delia ayo bangun Nak?” Suara ketukan pintu terdengar keras namun tak ada tanggapan sedikit pun Ibunya merasa heran karena tidak seperti biasanya Delia telat bangun.Segera Ibunya membuka pintu dan terlihat selimut yang membalut seluruh tubuh gadis kecil itu hingga tampak tak terlihat. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepala lantas menarik selimut itu. Namun betapa terkejutnya ternyata Delia sudah tak berada di kamarnya.“Bi… Delia kok gak ada di kamarnya ya? Bibi liat gak Delia pergi ke mana tadi pagi?” Bibinya pun tak paham karena biasanya Delia akan izin terlebih dahulu jika ia ingin pergi ke manapun. Mungkin saja ia memang sedang buru-buru untuk pergi ke suatu tempat.“Mungkim Mba Delia pergi ke Rumah temannya Bu” Ujar Bibi karena bisa saja ada tugas mendadak dari sekolah karena besok merupakan hari pertama masuk sekolah.
Ayah delia begitu syok melihat keadaan Rumahnya sangat berantakan banyak lumpur berceceran di lantai. Apalagi pintu ruang tamu terbuka begitu lebar membuat hembusan angin menyapu dedaunan ke dalam. Dengan berhati-hati Ayah Delia mengecek mengikuti langkah ke mana jejak lumpur itu terhenti. Ia takut jika ada hal buruk yang terjadi pada keluarganya, seraya memegang sapu ijuk di tangannya ia melangkah menuju kamar Delia jejak lumpur itu semakin samar.Ayah Delia hanya dapat menelan ludah melihat sesosok tertutup selimut yang berbaring di kasur. Perlahan-lahan tangannya menarik selimut itu, getaran ranjang semakin kencang membuat ia ragu-ragu. Namun semakin tampak gadis kecil wajahnya pucat pasi, bibirnya bergetar ia lantas memeluk dengan erat.“Delia Kamu kenapa nak?” Ayahnya terkejut badan putri kecilnya sangat basah, ia lantas membersihkan tubuh Delia menggunakan handuk. Gadis kecil itu begitu lemah tak berdaya, air matanya mengal
Sosok wanita muda berpakaian paling mencolok di banding yang lain, ia sedang memamerkan cincin emas yang baru di dapatnya dari suami barunya. Tangan lentiknya ia sodorkan ke depan wajah teman-temannya yang tampak menatap sebal.“Wah cincin baru nih?” Teman di sampingnya menyorot cincin yang wanita itu pakai, yang membuat ia begitu percaya diri.“Bukannya Kamu mau di belikan mobil? Kok jadinya cuma cincin sih?” Ejek seorang wanita di sebelahnya.Ia tampak sebal karena teman-temannya masih mengingat rencananya dulu yang sampai saat ini suaminya pun belum bisa menyanggupi. “Suami Aku sih lagi cari mobil yang paling bagus aja, Dia emang orangnya gitu suka yang mewah.” Pekiknya mencari alasan.“Atau jangan-jangan Kamu gak jadi beli?” Temannya tampak tak percaya ia terus saja bertanya dengan pertanyaan yang menjebak. Hal ini membuat wanita muda itu merasa malu di buatnya. “Kok Kamu gak percaya sih!” Wanita itu merasa gugup karena teman-temannya terus sa
Di dalam kelas suasana tetap sama Anak-anak sd mulai masuk dan duduk di bangkunya masing-masing. Delia melangkah menuju ke kelas, Ayuna yang melihat lantas berlari dan menemui teman sebangkunya itu.“Delia gimana udah sembuh?” Delia hanya menggaguk ia lantas duduk di samping Ayuna yang tersenyum lega mendengarnya.Ayuna tak henti mengusap dahi Delia memastikan jika ia memang benar-benar sembuh, Delia hanya tersenyum menatap wajah temannya yang lucu.Gadis kecil itu menatap sekeliling dan tampak Damar belum terlihat batang hidungnya, ia lantas menunggu Damar di depan kelas. Ayuna begitu sebal karena Delia tak menghiraukannya dan lebih peduli pada Damar.“Ayuna sini.” Panggil Delia agar Ayuna mau duduk di sampingnya.Mereka berdua saling bercanda bersama, Ayuna sangat suka bercerita yang membuat Delia kebingungan untuk mendengarkan semua keluh kesahnya. Tamp
“Ibu kenapa?” Ibunya yang cemas lalu menyuruh Delia agar cepat-cepat mengganti pakaian.Delia segera pergi ke kamar ia melihat sekeliling rumah tampak ramai dengan saudara Ibunya yang berkunjung. Wajah mereka begitu sendu gadis kecil itu sangat penasaran dengan situasi saat ini. Namun ia berusaha mengikuti perintah Ibunya lantas bergegas pergi ke kamar untuk mengganti pakaian.Ibunya terlihat begitu cemas ia terus saja mondar-mandir seperti menunggu seseorang. Ponsel di tangan ia genggam begitu erat dan sesekali mengecek pesan masuk entah apa yang di pikirkannya saat ini.Suasana di dalam rumah cukup genting Delia segera di bawa Ibunya untuk masuk ke dalam mobil. Delia berusaha bertanya namun Ibunya tetap saja diam seribu kata gadis kecil itu tak enak hati. “Delia nanti sama Tante ya?” Ujar ibunya yang sedang fokus menyetir.Delia menuruti apa yang di perintahkan oleh Ib
Mentari mulai terbit menampakan sinar cerah berwarna kuning di langit. Namun samar-samar terdengar suara parau keributan di ruang tamu. Terlihat Bibi Susi yang tertunduk lesu duduk di atas lantai yang dingin. Wajahnya menampakan ketakutan bibirnya kelu tak ada kata yang mampu di ucap sedikit pun. Seluruh badannya bergetar Bibi Susi memohon maaf atas kelalaian yang sudah ia lakukan. Dan mengakibatkan guci mahal milik Ibu Delia raib tak tersisa.Bibi Susi duduk bersimpuh dengan kedua tangan memegang erat kaki Ibu Delia yang tampak tak menyangka. “Maaf Mba Saya teledor” Ucap Bibi Susi dengan rasa amat bersalah. Air matanya terus mengalir membasahi pipi hingga membuat wajahnya tampak pucat.“Udah Bi, ayo berdiri! Bibi kok bisa kenal sama orang itu gimana ceritanya?” Ibu Delia lantas menyuruh Bibi Susi untuk berdiri. Ia meminta penjelasan pada asisten rumah tangganya itu karena ibu Delia sudah mengenal Bibi Sus
“Gimana jadi kan?” Delia melirik ke samping matanya tertuju pada Ayuna yang sedang menikmati bekal telor puyuh yang terlihat lezat, bersama mi goreng kecap masakan spesial dari ibunya.Gadis kecil itu dengan lahap menguyah satu persatu telur dan tak memedulikan perkataan Delia yang sedari tadi bertanya padanya. Dengan wajah cemberut Delia hanya geleng-geleng kepala melihat Ayuna teman bangkunya itu.Ayuna tersenyum bibirnya merekah ia senang bisa membuat Delia kesal. “Ih gimana sih Ayuna masa Aku dari tadi di cuekin?” Gerutu Delia memanyunkan bibir kecilnya dan wajah bulatnya tampak lucu.“Iya…iya maaf deh! Aku denger kok Del. Oke berarti habis pulang sekolah ya? Kita belajar bersamanya?” Tanya Ayuna seraya mencubit ke dua pipi Delia yang tembeb seperti bakpao berwarna merah muda.“Gitu dong nanti ajak siapa ya? masa cuma berdua aja sih!” Delia b
Delia terus mengayuh sepeda, raut wajahnya masih begitu syok dengan apa yang baru ia lihat tadi. Bagaimana bisa di siang bolong bertemu hantu sungguh apes nasibnya hari ini batinnya dalam hati. Keringat di dahi terus saja menetes membasahi wajah bulatnya yang tampak lelah. Semilir angin laut terdengar syahdu dan terlihat pohon kelapa yang berjajar rapih di sepanjang jalan. Delia tersenyum ramah pada ibu-ibu yang sedang memunguti kelapa jatuh untuk di jual.“Baru pulang sekolah?” Ucap seorang ibu yang menyapa Delia dari kejauhan.“Iya Bu.”Delia lantas menyapa balik lalu bergegas pergi untuk pulang ke Rumah. Bunyi suara perut mulai terdengar ia begitu lapar bibirnya sampai kering karena menahan haus sedari tadi. Dengan sisa tenaganya Delia berusaha mengayuh sepeda walau kakinya terasa keram karena kelelahan. Sesampainya di Rumah langsung di sambut Bibi Susi yang terheran-heran, penampilan gadis kec