"Baik Anak-anak semua. Untuk materi di pagi hari ini adalah Matematika Bu Guru yakin kalian semua sudah mempersiapkan dengan sebaik mungkin?" Bu Guru mulai membagikan lembar soal dan jawaban pada tiap-tiap bangku siswa.
Di ruang kelas semua murid mulai bersiap-siap melaksanakan ujian akhir semester. Tak lupa seorang gadis kecil berdoa dan berharap agar di mudahkan dalam mengerjakan ujian. Sudah beberapa hari ujian ini berlangsung, dan di hari ini semua murid tampak tegang mengerjakan soal matematika yang di sajikan.
Namun ada satu anak laki-laki yang begitu tenang ia mulai mengerjakan satu per satu soal seperti tak ada kesulitan. Gadis itu tampak gelisah selalu saja memegangi kepalanya, sesekali memutar-mutar pensil yang ia punya. Betapa sulit soal yang di berikan ia hanya melihat sebuah angka-angka saling berputar dalam kepalanya. Satu jam telah berlalu Ibu Guru menjelaskan kalau ujian tinggal 15 menit lagi. Sontak para murid mulai gelisah mereka dengan cepat mengerjakan soal yang di sajikan. Gadis kecil itu memandang pasrah kertas jawaban dan tampak ada beberapa soal yang belum di kerjakan. Ia berusaha mengandalkan keberentungan dengan menghitung setiap benik baju lalu berharap jawabannya benar. Nyatanya sudah tak kuat lagi otaknya serasa mau meledak hingga akhirnya.
"Tet…tet…tet"
Suara bunyi bel terdengar pertanda ujian sudah berakhir semua anak di suruh meninggalkan kursi nya masing-masing. Dan Bu Guru mulai menata setiap kertas jawaban di meja milik para siswa. Di depan kelas gadis itu mulai menarik nafas lega lantas bersyukur ujian matematika telah berlalu. Ia duduk di lantai sambil melihat tanaman segar pada pot yang berjajar.
“Delia” Panggil Damar tersenyum manis sembari duduk disampingnya.
“Hei damar sini!”
Mereka berdua lalu mengobrol dan Delia bercerita tentang kesulitannya mengerjakan soal tadi. Gadis kecil itu sangat kesal karena semua soal matematika begitu rumit. Ia pun tak hentinya menampakan wajah cemberut dan melipatkan ke dua tangannya. Damar tersenyum melihat tingkah Delia yang menggemaskan lalu ia berusaha menyemangati agar tak pantang menyerah. Delia yang melihat itu tampak senang karna sahabatnya selalu mau menghiburnya.
Sebelum masuk kelas mereka berjalan-jalan sebentar mengitari lingkungan sekolah. Delia menunjuk seorang pedagang jajanan lantas menghampiri. Ia membeli beberapa makanan lalu memakannya di bangku taman sekolah. Damar yang melihatnya pun cukup senang memandang sang sahabat yang begitu lahap makan. Sampai beberapa saos menempel di wajah gadis itu dan tak menyadarinya. Damar tertawa melihat wajah polos Delia yang menggemaskan. Gadis itu lantas melihat wajahnya di kaca, ia sangat terkejut dan segera membersihkannya. Tiba-tiba bel berbunyi semua murid masuk ke kelas masing-masing untuk melaksanakan ujian tahap ke 2. Mereka berdua bergegas masuk dan mulai mengerjakan soal dengan serius.
Di sepanjang waktu ujian Delia merenungkan lalu berpikir hal apa yang akan di lakukannya pulang sekolah nanti. Gadis itu terus memainkan bolpoin yang ada di jarinya, matanya tak bisa berhenti memandang ke setiap sudut ruangan. Ketika melihat jam di dinding sontak seketika ia tersadar. Delia pun langsung mengerjkan soal agar tak kehabisan waktu karena terus berjalan dengan cepat, jarum jam berputar dan menunjukkan bahwa ujian akan segera selesai. Pak guru menginformasikan jika beberapa menit lagi ujian berakhir. Lantas para murid bergegas menyelesaiakan soal yang ada.
“Tet…tet…tet"
Bel sudah berbunyi tanda waktu pulang sudah tiba, para murid mengemas barang dan berjalan keluar. Pak guru mulai mengumpulkan semua lembar jawab siswa yang berada di atas meja. Delia terus memandang ke wajah Damar ia tersenyum seperti mengisyaratkan sesuatu. Damar lantas membalas senyuman Delia. Mereka pun melangkah ke luar dan berjalan bersama untuk mengambil sepeda di tempat parkir. Delia berbisik lembut pada sahabatnya itu, lalu mereka berdua mengaguk lantas pergi bersama.
***
Di sepanjang jalan dengan mengayuh sepeda masing-masing mereka berdua begitu menikmati suasana jalan. Delia mengajak Damar bersepeda mengitari jalanan Kota. Melihat lalu lalang kendaraan besar dan lantas berkunjung ke sebuah Pasar Tradisional. Mereka melihat berbagai macam dagangan di sana hal ini sangat mengasyikan bagi ke dua anak itu. Bisa mengamati setiap orang dewasa yang sedang beraktivitas. Banyak pedagang menawarkan dagangannya masing-masing, suara ramai saling bersahutan di pasar.
Gadis itu terhenti melihat seorang pedagang gula-gula, matanya tertuju pada tangan pedagang yang begitu lihai menggulung permen kapas itu. Pedagang yang menyadari lantas memberikan satu permen kapas gratis untuknya. Delia sangat senang bisa mendapatkan permen kapas lalu ia pun berterima kasih pada pedagang itu.
AKhirnya mereka berdua memakan permen kapas di tepi jalan sambil memandang suasana kota yang begitu ramai. Setelah selesai ke dua anak itu mulai mengayuh sepedanya lagi menuju ke Taman Kota. Gadis kecil itu sangat senang raut bahagia terpancar di wajahnya. Dengan mengayuh sepeda berputar-putar berkeliling di sekitar Taman Kota, hal ini membuat mereka bosan dan capek. Mereka duduk-duduk sebentar sambil memandang langit biru yang berawan. Udara di taman begitu sejuk membawa kedamaian dan ketenangan. Delia terkejut ia melihat sosok badut yang sedang menunjukkan bakatnya di tengah lapangan.
“Eh damar ada badut” Ujar delia sambil memegang tangan damar, mereka sontak berlari ke tengan Lapangan untuk melihat pertunjukkan badut itu.
Banyak anak-anak mengerumuni untuk melihat pertunjukkan dari sang badut. Ia menampilkan beberapa sulap yang mengocok tawa para anak-anak itu. Mereka pun bernayanyi-nyanyi mengucapkan sebuah mantra agar sulap berjalan dengan baik. Badut itu membawa sebuah tongkat panjang, ia meyuruh siapa pun untuk maju dan membantunya menarik tongkat itu. Lantas Delia mengacungkan tangan lalu berdiri di samping badut untuk membantu. Ketika tongkat tertarik ia begitu takjub melihat sebuah bunga merah di dalam tongkat itu. Dan semua anak bertepuk tangan mereka sangat terhibur dengan pertunjukkan yang di sajikan.
Delia yang mulai bosan mengajak Damar pergi ke Toko Bunga milik Ibunya di dekat sebuah Mall. Damar lantas mengiyakan mereka berdua bergegas mengayuh sepeda untuk pergi ke Toko itu. Seperti biasa dengan riang gembira mengayuh sepeda mengitari jalanan kota. Namun tiba-tiba rintikan hujan turun begitu deras. Karena tak ingin kebasahan Delia cepat-cepat mengayuh sepeda dan tak tersadar ada sebuah lubang di depannya.
"Bruk."
Delia terjatuh dari sepeda membuat ia mengerang kesakitan. Matanya berkaca-kaca kakinya lecet dan berdarah karna tergores aspal jalanan. Damar mencoba menenangkan sahabatnya ia lantas memapah Delia. Untunglah Toko milik Ibunya sudah mulai dekat dengan hati-hati Delia mencoba mengayuh sepedannya hingga akhirnya sampai depan toko itu.
"Kring"
Suara lonceng di pintu berbunyi namun Toko tampak begitu sepi Delia lantas duduk-duduk sebentar di kursi tamu. Banyak sekali berbagai macam bunga di sana yang saling berjajar di wadah-wadah besar. Adapun yang terikat pada langit-langit atap toko. Kedua anak itu lantas berjalan ke setiap sudut toko dan Delia heran di mana Ibunya berada. Matanya langsung tertuju pada seorang wanita yang sedang merangkai bunga. Damar tampak terkejut menatap sosok wanita di depannya ia lantas memanggil.
“Mama" Delia lantas menatap wajah Damar karena ia tak tau jika Mama Damar bekerja di toko milik Ibunya. Dari dulu Delia memang belum pernah melihat Mama Damar secara langsung.
“Damar kok bisa ke sini” ucap mama nya yang terkejut.
Ibu delia yang mendengar ada suara langsung menemui dan ia melihat sang putri yang basah kuyup tampak syok.
“Delia Kamu kenapa kok bisa basah kuyup Nak?”
"Tadi Delia terpleset Bu" Ibunya lantas mencari handuk untuk mengeringkan tubuh putrinya. Lalu mencari kotak p3k untuk mengobati luka goresan padal lutut kakinya itu. Ibu Delia juga memberikan handuk pada Damar agar bisa mengeringkan tubuhnya juga.
"Udah pada makan belum ya?"
“Belum bu”
“Makan dulu ya? ibu beli beberapa makanan di belakang”
Delia pun langsung mengajak Damar untuk makan bersama, Mama Damar yang masih kebingungan dan tidak menyangka sang anak sudah saling kenal dengan bosnya. Ia pun menjelaskan kepada Ibu Delia bahwa Damar adalah anaknya. Hal itu membuat Ibu Delia cukup senang bisa mengenal lebih dekat dengan orang tua teman putrinya. Akhirnya mereka semua berbincang-bincang bersama lalu sesekali bercanda yang membuat tawa. Dan sontak membuat Ke dua keluarga itu mulai dekat dan mengenal satu sama lain.
Sinar rembulan begitu terang menyorot permukaan air laut yang tampak bergelombang, suara tawa terus terdengar bersamaan serangga malam yang ikut bergeming. Wajah dua sosok manusia yang saling menatap seraya tersenyum menikmati hamparan laut yang begitu tenang. Sesekali mereka bersenda gurau untuk memecah keheningan malam yang tak terasa mulai larut. Delia mengecek jam yang pada ponsel genggamnya tampak waktu menunjuk sepuluh malam. Namun suasana laut masih begitu ramai, banyak orang berlalu lalang untuk sekedar bersantai sembari menikmati indahnya bintang-bintang di langit.“Gimana Kamu jadi cari model untuk promosiin baju kamu?” Ucap Romi dengan menatap lama mata Delia yang tampak bersinar terkena cahaya rembulan.Delia terdiam sebentar dia masih asyik sendiri tatkala bola matanya menyorot ke ujung hamparan air laut yang tampak tenang. Bibirnya sedikit tersenyum dengan menggaguk dia berkata “Iya Rom, Tapi…!” D
“Kring….Kring…”Suara lonceng sepeda terdengar begitu nyaring Ibu Delia menoleh,menatap ke luar kaca dan tampak putri cantiknya yang baru sampai mengantar bunga pesanan dari pelanggan. Wanita itu hanya tersenyum kecil, dengan kelakuan putrinya yang membuatnya cemas.“Ibu… Delia pulang!” Ucap gadis itu dengan begitu riang, lalu segera berlari menuju sang ibu yang terdiam seraya menatap tajam.“Ya ampun Delia! Ke mana aja tadi?”“He he.. Maaf Ibu, tadi Delia istirahat sebentar di Taman, suasananya asyik sih! Jadi kelupaan deh!”“Hmm… Kebiasaan deh Kamu!” Seru Ibunya lalu mencubit lembut pipi sang putri yang memerah.“Iya maaf.. Terus pesanan bunganya gimana Bu?”“Udah dianterin sama karyawan Ibu tadi! Kalau nungguin Kamu dulu, nanti pelanggan p
Keesokan harinya“Ini pesanan bunganya jangan lupa ya? Rumahnya dekat lapangan bola samping taman itu!” Ucap ibunya lalu segera mengemas dengan begitu cantik, sebuah rangkaian bunga mawar merah pesanan seorang pelanggan.“Iya Ibu! Alamatnya sudah di tulis kan ya?”“Sudah sayang! Kamu memangnya gak repot? kalau harus mengantar pesanan sebanyak ini?” Ibunya bertanya pada Delia karena dia tak ingin merepotkan sang putri.“Ngga kok! Delia masih sanggup, nanti kalau susah bawanya Delia kan bisa nganterin satu persatu Bu!” Ucap Delia meyakinkan ibunya, jikalau dia memang tak direpotkan sedikit pun.“Kamu lagi gak sibuk nih? Nanti gimana butik Kamu?”“Ngga Ibu, Delia sengaja mau bantu Ibu! Sudah lama Delia gak ke Toko. Delia senang kok!” Ujar Delia mengagut seraya tersenyum manis pada sang ibu yang t
Delia termenung menatap suasana yang tak asing baginya, suara desiran laut begitu syahdu. Dengan gelombang air yang nampak tenang, Delia menatap lama matanya tertuju pada jernihnya air yang berwarna hijau kebiruan. Perasannya tampak heran dia seperti tak asing dengan tempat ini sebelumnya. Ada rasa rindu yang terpendam begitu dalam, entah mengapa tiba-tiba air matanya jatuh hingga membasahi pipinya yang merah. Dia teringat akan sahabatnya dulu yang telah lama pergi, entah ke mana tak ada kabar sedikit pun darinya. Kepalanya langsung tertunduk Delia mencoba menahan untuk tidak menangis namun air matanya tak bisa dibendung lagi. Tangisnya begitu pilu hingga membuat dadanya sakit karena menahan napas yang tersengal-sengal. Delia ingin berteriak sekencang mungkin namun suaranya tak bisa keluar seperti tertahan.“Delia” Suara panggilan yang begitu jelas membuat gadis itu terkejut, dia langsung menoleh ke arah belakang dan terlihat sosok laki-laki kecil ya
12 tahun kemudian“Tok…tok…tok”Suara ketukan pintu di depan terdengar keras Bibi Susi dengan terburu-buru berlari kecil untuk membukakannya. “Iya tunggu sebentar!”Dari kejauhan sosok laki-laki muda sedang berdiri mematung menghadap ke pintu, senyuman kecil nampak terlihat di bibir Bibi Susi yang merah. “Eh Mas Romi! Cari Mba Delia ya?” Romi tersenyum lebar seraya mengangguk tubuhnya semakin tinggi hingga melampaui Bibi Susi. Anak laki-laki itu sudah beranjak dewasa. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Bibi Susi tak menyangka pertumbuhan anak-anak itu yang amat cepat. Sejak lulus sd Romi selalu bersama Delia, mereka begitu dekat hingga kedua orang tuanya saling mengenal satu sama lain. Romi selalu bersama Delia sejak smp sampai sma mereka berada di sekolahnya yang sama, hanya saja mereka tak berada di satu kelas.“Delia…Ini a
Satu bulan kemudian….“Selamat ulang tahun kami ucapkan…Selamat panjang umur Kita kan doakan!” Suara nyanyian ulang tahun menggema hingga ke setiap sudut ruang tamu. Anak-anak itu tampak bahagia penuh senyum sembari mendendangkan sebuah lagu untuk Delia. Namun gadis kecil itu tampak terdiam lesu hanya sesekali tersenyum kecil.“Delia selamat ya?” Ucap Romi lalu memberikan sebuah hadiah yang sudah terbungkus rapih dalam kertas kado berwarna cokelat.Delia tersenyum lalu memanggut menerima hadiah dari Romi, entah hadiah apa yang anak laki-laki itu berikan, Begitu pun dengan Ayuna dan teman-teman lain mereka semua cukup gembira bisa berkumpul bersama kembali. Ada perasaan rindu yang terselip di relung hati terdalamnya, gadis kecil itu mengingkan Damar juga, agar dapat mengucapkan selamat di hari ulang tahunnya saat ini. Namun semua itu tak bisa dia rasakan lagi, karena sejak Damar pergi dia