Sesampainya di depan rumah Delia lantas mengendap-endap ia berjalan berjinjit-jinjit agar tak mengeluarkan suara. Di dalam rumah tampak begitu sepi dan bajunya yang basah membuat tetesan air di lantai.
“Bruk! Aduh!” Erangan suara gadis kecil itu terdengar lirih mencoba menahan sakit. Genangan air di lantai membuat ia jatuh terpleset.
Delia takut jika Ibu atau Ayahnya tau pasti bisa di marahi. Setelah masuk ke dalam rumah gadis itu menelusuri setiap ruangan namun tak ada siapapun di sana. Dari kejauhan matanya menyorot ke depan terlihat Ibunya yang sedang memasak, sontak ia pun sedikit lega dengan hati-hati delia langsung pergi ke kamar mandi, namun tiba-tiba ada suara yang mengagetkannya.
“Delia kenapa bajunya basah?” Dengan memegang pundak Delia yang gemetar, Ibunya sontak marah karena Delia sudah membasahi lantai.
Delia berusaha berpikir mencari alasan agar Ibunya mau percaya,dengan memelas Delia lantas membuat Ibunya gemas.“Hehe iya Bu! tadi baju Delia gak sengaja kena air.!”
“Hmmm gak sengaja ya?” Ucap Ibunya dengan menggelitik putri cantiknya.
Delia pun langsung tertawa dan meminta ampun pada Ibunya, ia lantas memberikan satu kantung plastik berisi berbagai macam kerang. Ibunya yang kaget dengan kerang yang anaknya bawa lantas bertanya, "Kamu dapat kerang sebanyak ini dari mana Delia.?" Ibunya begitu penasaran mengapa putri kecilnya bisa mencari kerang sebanyak ini.
Dengan polosnya Delia hanya menjawab bahwa, "Delia yang cari Ibu.!" Hal itu membuat wanita itu terkejut. Untuk apa putri kecilnya bersusah-susah mencari kerang di tepi Pantai.
"Kok bisa buat apa Nak? Kalau pengen makan kerang nanti Ibu belikan ya? bilang aja sama Ibu!". Mencoba menejelasakan pada sang putri kecil.
"Nggak kok! Delia tadi mau cari keberadaan putri duyung Bu!, kalo di film kan putri duyung punya banyak kerang ya Bu? tapi ternyata gak dapet!" Celetuk Delia lantas tersenyum.
Mendengar penjelasan Delia membuat Ibunya tersenyum geli dengan tingkah konyol putrinya. Sontak Delia di suruh untuk cepat-cepat membersihkan tubuhnya dari pasir pantai. Gadis itu lantas mengiyakan dengan perintah Ibunya dan segera pergi ke kamar mandi.
Waktu sudah mulai malam di meja makan keluarga kecil itu sedang menyantap makan malam. Ada banyak makanan yang disajikan dan Ayahnya penasaran dengan kerang yang ada di meja lantas ia pun bertanya pada sang istri.“Sayang kamu beli kerang?” sambil menaruh beberapa kerang di atas piring.
“Ngga itu Delia yang cari tadi sore sama Damar.!”
Ayah Delia terkejut lantas menatap sang putri yang tersenyum padanya. Ia tak percaya jikalau putri kecinya bisa mencari kerang sebanyak ini.“Delia cari kerang sebanyak ini Nak?” Tanya Ayahnya tak menyangka.
“Iya Ayah! keren kan? Gadis kecil itu menyodorkan dua jempol jari tangannya yang mungil.
“Wah hebat Anak Ayah,!” celetuk Ayah menatap wajah istrinya yang tersenyum.
“Tadinya Delia mau cari putri duyung! hmmm...malah jadi cari kerang deh,!”dengan wajah cemberut delia sedikit kecewa.
Mendengar penjelasan sang putri membuat Ayahnya tertawa. Mana ada hubungan antara putri duyung dan kerang batinnyadalam hati. Namun ia sangat bangga karena putri kecilnya bisa telaten mencari kerang di tepi laut. Yang mungkin dirinya saja tidak sanggup.
Setelah semua selesai makan malam Ibu Delia langsung membereskan piring di meja makan. Begitu pun dengan Delia ia membantu sang Ibu memebersihkan piring di wastafel. Namun Ibu Delia tak ingin anaknya kelahan maka ia menyuruh Delia untuk segera tidur di kamar. Dan Delia pun mengiyakan sambil berlari kecil ia lantas pergi ke kamar dan membaringkan badan di atas kasur.
***
Di atas kasur gadis itu mulai memejamkan mata, pikirannya mulai terlintas dengan sosok putri duyung tadi siang. Namun ia heran mengapa putri duyung sangat sulit di temukan. Apakah harus menyelam kedalam laut, namun ia tak bisa berenang batinnya. Seketika delia teringat dengan kertas peta harta karun yang ia punya. Maka dia lantas mengambil kertas itu di dalam tasnya lalu mulai membuka dengan hati-hati.
Gadis itu memandang lama peta harta karun namun tak maksud dengan tulisan di kertas itu. Hal ini membuat Delia patah semangat ia pun langsung menaruh kembali kertas peta harta karun ke dalam tas. Dan ia akan menanyakan semua ini pada Damar besok, karena Damar anak yang pintar pasti paham tentang masalah ini. Hari mulai malam Susana rumah begitu sepi. Sesekali ia membuka pintu kamar dan mengecek ke luar, kedua orang tuanya sudah tidur.
Delia sedikit takut karena suasana rumah begitu sepi, suara detak jam terasa keras terdengar. Angin malam dari luar begitu menusuk ketulang maka ia langsung menarik selimut agar hangat. Lalu berusaha memejamkan matanya tuk beranjak tidur. Namun tetap saja rasanya begitu sulit karena ia tak mengantuk. Apalagi kerongkonnya terasa begitu kering gadis itu sangat haus dengan sedikit takut ia memberanikan diri pergi ke dapur. Delia pun akhirnya pergi ke dapur untuk mengambil air minum di kulkas. Namun Delia menyadari jika ada seseorang di belakangnya dan tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya yang membuat Delia menjerit ketakutan.
“Arkhh…!arkhhhh…!” Delia menjerit sambil memejamkan mata.
Ibunya yang keheranan lantas menyadarkan Delia agar tidak panik. “Delia buka matanya kenapa belum tidur Nak?” Tanya Ibunya khawatir.
Gadis itu berusaha membuka mata dan ternyata sang Ibu yang membuat ia kaget. Delia mulai bernafas lega, dan menceritakan kondisinya sekarang bahwa ia tak bisa tertidur. Dengan menggelengkan kepala Ibunya lantas membawa Delia ke kamar. Ia pun pun membaringkan tubuh putri kecilnya lalu menceritakan sebuah dongeng.
"Ibu! Delia pengin di ceritain dongeng putri duyung ya?" Ibunya yang mentap lembut wajah Delia yang tampak penasaran ia pun mengiyakan.
Ibu Delia mulai bercerita bahwa, di sebuah kerajaan bawah Laut terdapat seorang putri kecil yang cantik jelita. Putri itu terlahir sebagai putri duyung dengan ekor berwarna biru keunguan. Sambil memejamkan mata Delia lantas membayangkan kecantikan putri itu. Lalu Ibunya mulai bercerita lagi bahwa putri kecil itu ingin sekali pergi ke permukaan dan melihat ada apa di sana. Ibu nya lantas mengatakan bahwa putri kecil itu seperti Delia yang selalu ingin tahu dan penasaran. Hal itu membuat Delia tersenyum dan Ibunya langsung mencubit lembut pipi Chubby anaknya.
“Lalu apakah Putri kecil itu bisa ke permukaan Bu?” Ucap Delia penarasan.
Ibu Delia mulai menceritakan kembali bahwa putri kecil itu nekat pergi ke permukaan. Lalu ia sangat kagum dengan suasana permukaan yang begitu indah. Ia melihat langit biru, burung-burung berterbangan kesana kemari yang membuatnya sangat bahagia. Namun tiba-tiba sang putri melihat sebuah kapal yang begitu besar. Putri duyung itu lantas penasaran dan mengitari kapal besar itu sampai ia melihat seorang anak laki-laki yang sedang murung sendirian. Dengan mata yang mulai lelah Delia masih semangat untuk mendengarkan cerita sang Ibu. Lalu putri duyung kecil itu mengahampiri seorang anak laki-laki dan lantas menyapanya. Ibunya baru akan meneruskan ceritanya, tiba-tiba Delia sudah terlelap dalam tidurnya.Sang ibu pun tersenyum melihat putri kecilnya sudah tertidur lelap. Lantas Ibu Delia langsung menyelimuti dan mengecup lembut dahi anaknya.
Dalam tidurnya Delia bermimpi menjadi seorang putri duyung yang begitu cantik. Ada banyak mutiara di atas kepala dan rambutnya yang bergelombang membuat kesan menawan. Delia pun memegang atas kepala dan ia menyentuh mahkota kecil yang terbuat dari berlian yang indah. Delia sangat senang ia menjadi seorang putri duyung berekor warna biru keunguan, lantas gadis itu bermain kesana-kemari di dalam air. Ia menyapa ikan-ikan menyentuh rumput laut dan terumbu karang.
Dan Delia sangat penasaran ada apa di atas permukaan sana apakah pemandangan nya begitu menajubkan, ia lalu berenang menuju keatas matanya takjub melihat pemadangan langit senja yang yang indah. Tiba-tiba ada sebuah kapal besar yang melintas di sampingnya. Delia berpikir ini seperti cerita sang Ibu batinnya, gadis itu lantas berenang mengitari kapal dan ia sangat terkejut melihat sosok laki-laki yang sedang muram adalah Damar.
Damar pun menjulurkan tangannya lalu memegang tangan Delia berusaha untuk menarik ke atas kapal. Karena Delia sulit untuk naik membuat Damar terpleset akhirnya mereka jatuh ke dalam laut laut yang dalam.
“Bruk…!” Suara benda jatuh begitu keras terdengar.
Delia langsung tersadar dari mimpinya semua badan terasa sakit karena jatuh dari ranjang tempat tidur. Ia berusaha membuka mata walau terkantuk-katuk mencoba berdiri dan berpikir ternyata hanya mimpi. Gadis itu lantas membuka jendela kamarnya dan melihat suasana sekitar yang sudah pagi. Ia bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka sembari membersihkan tubuhnya. Lalu memandang wajah polosnya di depan kaca sambil tersenyum Delia mengingat mimpi nya tadi malam.
“Tet tet tet!" Suara bel mulai berbunyi semua murid sekolah dasar berkumpul di Lapangan untuk melaksanakan upacara bendera. “Ayo Anak-anak kumpul di Lapangan!” Teriak seorang guru mengingatkan bahwa upacara bendera segera di mulai. “Delia ayo,!” pekik Ayuna mengajak Delia cepat-cepat menuju ke Lapangan. Kedua gadis itu lantas berlari ke barisan paling belakang. Suasana pagi begitu cerah para murid fokus melaksanakan upacara bendera. “Ayuna” Bisik Delia ingin mengatakan sesuatu pada teman dekatnya. “Ssst!” Delia lantas diam dengan mulut mayun ia ingin sekali bercerita pada Ayuna, sungguh saat ini Delia merasa sangat bosan sekali. Tiba-tiba Pak Kepala Sekolah mulai berpidato di Lapangan dan menjelaskan bahwa sebentar lagi akan di laksanakan ujian akhir semester. Maka para murid di beri amanat untuk belajar guna mempersiapkan ujian akhir semest
"Baik Anak-anak semua. Untuk materi di pagi hari ini adalah Matematika Bu Guru yakin kalian semua sudah mempersiapkan dengan sebaik mungkin?" Bu Guru mulai membagikan lembar soal dan jawaban pada tiap-tiap bangku siswa. Di ruang kelas semua murid mulai bersiap-siap melaksanakan ujian akhir semester. Tak lupa seorang gadis kecil berdoa dan berharap agar di mudahkan dalam mengerjakan ujian. Sudah beberapa hari ujian ini berlangsung, dan di hari ini semua murid tampak tegang mengerjakan soal matematika yang di sajikan. Namun ada satu anak laki-laki yang begitu tenang ia mulai mengerjakan satu per satu soal seperti tak ada kesulitan. Gadis itu tampak gelisah selalu saja memegangi kepalanya, sesekali memutar-mutar pensil yang ia punya. Betapa sulit soal yang di berikan ia hanya melihat sebuah angka-angka saling berputar dalam kepalanya. Satu jam telah berlalu Ibu Guru menjelaskan kalau ujian tinggal 15 menit lagi. Sontak para murid mulai geli
"Ibu kapan kita pulang." Tanya Delia memandang keluar dari jendela Toko Bunga. Suara gemuruh terdengar keras di langit bersamaan rintikan hujan yang deras. Gadis itu nampak bosan melihat ke jendela mata nya tertuju pada lalu lalang kendaraan yang tiada henti. Ia mulai menyandarkan kepalanya di tangan sambil menggambar simbol-simbol pada embun di kaca. Raut wajahnya begitu senang sesekali mengucap kalimat lirih, entah apa yang sedang ia katakan. "Delia jangan dekat jendela Nak!" Perintah Ibunya melarang untuk tidak terlalu dekat pada jendela karena hujan yang deras di tambah petir mengglegar. "Iya Ibu." Gadis itu tampak cuek dan tak menghiraukan apa kata ibunya. "Jgeeer...!" Sampai seketika kilatan cahaya dan suara petir yang keras mengagetkan gadis itu. Kedua kakinya terasa lemas ia lantas menutup telinga menggunakan tangan dan lari. "Ibu...! Delia takut" Teriak gadis itu menunduk di ba
“Hei Delia. Ada apa?” Tanya Damar yang menatap wajah Delia tampak begitu murung tak seperti biasanya.“Gak papa ko!” Jawab Delia begitu lirih, ia masih memikirkan kondisi Ayahnya di Rumah Sakit rasanya ingin sekali menjenguk tapi belum di bolehkan oleh Ibunya. Karena dia masih melaksanakan ujian akhir semester.“Ngga! pasti ada masalah kan? Kamu gak kaya biasanya. Ada apa Del.?” Delia yang melihat sahabatnya begitu perhatian, ia lantas tersenyum.“Ayah aku kecelakaan Damar! Rasanya pengin banget jenguk tapi gak tau gimana caranya.?” Dengan wajah sendu Delia menceritakan kronologi kecelakaan Ayahnya tadi malam, mata gadis kecil itu tampak berkaca-kaca Delia sangat rindu pada Sang Ayah.Delia ingin sekali menemui ayahnya tapi dia bingung tak tau bagaimana caranya. Damar ikut sedih dengan cerita Delia ia pun berusaha menghibur sahabatnya dengan
“Ibu! Damar di mana?.” Tanya Delia melihat ke luar dan tak ada sosok sahabatnya itu.Ibunya menatap hangat seraya mengelus lembut rambut panjang putri kecilnya. “Tadi Damar Ibu antar pulang sayang.” Delia begitu penasaran “mengapa Damar tak berpamitan dulu padanya, atau mungkin ia ada urusan mendadak?.” Batinnya dalam hati. Semua pertanyaan itu terlintas dalam pikirannya, tak seperti biasanya Damar seperti ini.“Ibu. Delia boleh gak menginap satu malam?” Delia merapatkan kedua tangannya mencoba memohon pada sang Ibu. Ia berharap Ibunya memberi izin karna Delia masih ingin bersama sang Ayah.“Gak bisa! Delia nanti istirahat di Rumah ya Nak? sama Bibi Susi dulu.” Ibunya tak ingin jika Delia sakit karena kecapekan menunggu Ayahnya yang di rawat. Delia tampak kecewa karena ia ingin sekali semalaman bersama sang Ayah.“Iya Delia
Gadis kecil itu kebingungan ia menatap sekitar begitu sepi tak ada siapapun, kakanya yang tadi izin pergi sebentar, namun tak kunjung datang juga. Gistara begitu asyik bermain bola ia melemparnya hingga terlalu jauh menggeliding ke tengah jalan. Gistara melangkah menatap polos bola merah di depannya, lantas berlari kecil untung mengambil bola itu. Gistara tak menyadari ada truk besar melintas begitu kencang gadis kecil itu sontak terkejut. “Arkhh…!” Ia menutup mata dengan kedua tangannya yang mungil suara bising klakson mobil terdengar keras, orang-orang meneriaki Gistara agar menepi. Namun gadis kecil itu tak bergerak ia terpaku wajahnya tampak ketakutan. Damar yang melihat adiknya di tengah jalan berlari sekencang mungkin. Supir truk berusaha mengerem hingga akhirnya bisa terhenti, Bapak itu tampak kesal ia memarahi Mama Damar yang tak bisa menjaga putrinya dengan baik. “Punya anak kecil di jaga Bu, Kalau ketabra
Beberapa minggu kemudian Delia tak henti-hentinya menatap wajah di kaca seraya memainkan raut wajahnya menggunakan tangan. Ibu Delia hanya tersenyum melihat tingkah lucu anaknya. Ia dengan hati-hati mengikat kedua rambut Delia menggunakan ikatan pita berwarna merah muda, agar sepadan dengan baju yang di pakai. Gadis itu tampak senang karna akan di ajak oleh sang Ayah untuk berjalan-jalan. Sudah beberapa minggu terakhir Ayahnya di izinkan pulang, luka memar di wajah juga mulai memudar dan pulih. Sang Ayah sudah berjanji akan mengajak putri kecilnya untuk jalan-jalan jika ia lekas sembuh. Apalagi saat ini Delia sedang libur akhir semester. Momen yang sangat pas untuk mereka berdua menghabiskan waktu bersama.“Delia udah siap sayang?” Tanya Ayahnya lantas mengambil kunci mobil di atas rak kayu. Ayah Delia lalu berjalan menuju ke depan Rumah.“Udah yah!” Sahut Delia mengikuti langkah Ayahnya dari belakang
Ibu Delia sedang merias diri lantas merapihkan pakaian yang ia kenakan, setelah itu juga bergegas pergi ke Sekolah. Hari ini adalah hari pengambilan rapor oleh para wali murid setiap siswa.“Bi! Saya ke Sekolah Delia dulu ya? nanti tolong kue yang di oven jangan lupa di angkat ya bi! Pintanya pada Bibi Susi yang sedang memasak di Dapur.“Baik Mba nanti Bibi angkat kuenya” Sahut Bibi Susi mengagguk, Ibu Delia lalu cepat-cepat pergi mengendrai mobil menuju ke Sekolah, namun di sepanjang jalan lalu lintas begitu ramai, kemacetan di mana-mana membuat Ibu delia cemas. Suara bising klakson mobil saling bersahutan membuat Bu Delia pening mendengarnya. Ia lalu mencoba jalan pintas agar bisa keluar dari kemacetan jalan.Di sisi lain Delia yang sedang termenung di depan kelas menunggu Ibunya datang. Ia cemas karena semua orang tua dari setiap murid mulai berdatangan, mereka masuk ke dalam