Share

Sahabat Until Jannah

Sahabat adalah cerminan diri kita.

"Seseorang akan sesuai dengan sifat atau kebiasaan sahabatnya. Oleh karena itu, perhatikan siapa yang akan menjadi sahabat kalian." 

[HR. Abu Dawud]

Hari ini, Della kembali pergi ke madrasah. Seperti biasanya dia pergi ke madrasah jalan kaki berdua dengan Nisa.

"Kamu udah ngerjain PR pelajaran fikih belum, Saya?" Tanya Della.

"Udah dong, Del, kamu belum, ya?" 

"Aku juga udah ngerjain PR, yang namanya PR kan pekerjaan rumah." 

"Nah itu tau." Mereka berdua mengobrol-ngobrol di jalan saat menuju ke madrasah, sesekali tertawa. 

Sekarang hari senin, dan kajian sudah menjadi kegiatan rutin setiap hari senin di Madrasah Aliyah Negeri satu. 

Della, Nisa, dan Rena melangkahkan kaki keluar dari ruang kelas untuk menuju aula madrasah, karena sudah ada pengunguman bahwa siswa maupun siswi disuruh berkumpul di aula untuk mngikuti kegiatan kajian wajib.

"Madrasah ini keren banget ya, aku suka dengan progam kegiatannya. Di sekolahku dulu aja gak ada kajian seperti ini, apalagi berdoa sebelum belajar, gak ada sama sekali," ucap Della.

"Iya, madrasah ini cukup bagus progam kegiatannya, aku pun juga sangat suka," sahut Rena.

Setelah beberapa waktu mereka mengobrol-ngobrol saat melangkahkan kaki menuju aula, mereka sudah sampai di aula yang sudah mulai rame siswa-siswa yang sudah pada datang.

"Kita dudu dimana, ya? Udah penuh aja nih tempat." Nisa mengedarkan pandangannya mencari tempat yang masih longgar. 

"Kita ke sana aja, yok!" Della menunjuk tempat di depan yang masih kosong. Mereka bertiga langsung berjalan ke arah sana, sebelum ditempati orang lain nantinya.

Kajian hari ini, ustadzah menyampaikan tentang pacaran.

"Pacaran sebelum menikah itu dilarang, karena hal tersebut dapat menyebabkan zina. Seperti yang dijelaskan dalam ayat alquran yang berbunyi 'Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.'(QS. Al-Isra: 32). Kita mendekati zina saja dilarang, apalagi kalau melakukannya. Jadi ayok kita semua, jangan mendekati zina dengan melakukan perbuatan yang dapat merangsang atau menjerumuskan kepada perbuatan zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, yang mendatangkan penyakit dan merusak keturunan, dan suatu jalan yang buruk yang menyebabkan pelakunya disiksa dalam neraka." Ustadzah di depan yang bernama Ustadzah Lila menjelaskan tentang buruknya berbuat zina. 

Della mendengar itu, dirinya sangat malu. Dia pernah dengan bangganya mengakui kalau dia punya pacar, bahkan dia merasa senang sekali mempunyai pacar yang baik. Akan tetapi, kalau pacarnya itu orang baik gak mungkin mengajak Della yang nantinya malah membawa Della ke neraka. Della tersadar, gak ada yang namanya pacaran secara islami, karena memilih jalannya saja salah apalagi yang lainnya.

"Nah, tadi yang dibicarakan sama Ustadzah Rina sama seperti yang aku bicarakan kemarin hari sabtu, kan? Jadi pacaran itu memang dilarang agama, Ra. Bersyukurlah karena kamu masih diberi kebaikan sama Allah, sehingga Allah memutuskan hubungan pacaran kamu sama Ridwan mantanmu itu, karena Allah sayang sama kamu," ucap Rena.

"Iya, terima kasih. Aku bersyukur banget bisa kenal sama kalian." 

"Kami yang bersyukur kenal kamu, Del. Karena jarang ada orang yang langsung gampang diajak untuk berubah menjadi baik." 

"Iya udah, ayo balik ke kelas lagi. Nanti keburu ada Bu Dina masuk ke kelas!" Nisa mengajak Della dan Rena untuk segera kembali ke kelas. Mereka bertiga, sudah terpandang oleh bapak dan ibu guru, persahabatan mereka sangatlah luar biasa. 

*****

Saat bel istirahat berbunyi, seperti hari-hari kemarin, Della beserta dua sahabatnya pergi ke masjid untuk melakukan salat duha sebelum pergi ke kantin. Della sudah merasa bahwa salat duha adalah bagian dari hidupnya.

"Kamu sudah merasakan betapa nagihnya salat duha kan, Del?" Nisa bertanya kepada Della saat mereka bertiga sedang duduk di teras masjid setelah melakukan salat duha. 

"Hehe alhamdulillah iya, Sa. memang benar, salat duha sangat bikin nagih," jawab Della sambil tertawa. 

"Rena bersyukur banget deh, bagus kita sudah bisa ketagihan dalam kebaikan. Akan tetapi, kita masih belum bisa sepenuhnya menjadi wanita yang salihah. Semoga persahabatan kita nanti dapat berjalan lurus ke dalam kebaikan menurut agama islam, ya." 

"Aamiin," balas Della dan Nisa.

"Eh, nanti sepulang sekolah kita ke toko buku, yok!" 

"Ayok, kebetulan aku juga mau cari buku sesuatu," balas Nisa.

"Kamu mau ikut kan, Del?" Tanya Rena kepada Della. 

"Iya deh, aku ikutan." 

Seperti yang sudah direncanakan tadi, sekarang Della dan kedua sahabatnya pergi ke toko buku yang lokasinya lumayan dekat dengan madrasah. 

"Kamu mau beli buku apa sih, Sa?" Tanya Della kepo karena dari tadi Nisa hanya muter-muter mencari buku. 

"Ada deh, Del. Kamu gak mau beli buku juga?" 

"Bentar deh, aku cari-cari dulu." Della mulai berkeliling sendiri di toko buku, jujur dia belum tau mau beli buku apa. Dia hanya mencari-cari dulu, nanti kalau ada yang menarik baru deh beli. 

Setelah beberapa menit Della berkeliling, langkah dia berhenti ketika melihat sebuah buku yang membuatnya penasaran, yaitu buku yang berjudul 'Hindari pacaran, yuk!' Karena penasaran, akhirnya dia mengambil buku tersebut untuk dibelinya. 

Saat itu juga, ada seseorang yang diam-diam memandang Della dari kejauhan. Akan tetapi saat Della membalikkan tubuhnya, orang itu mengalihkan pandangannya. 

Setelah mereka bertiga sudah menemukan buku-buku yang dicari mereka masing-masing, mereka langsung menuju kasir barengan untuk membayar buku mereka. 

Seseorang yang tadi memandang diam-diam Della juga kebetulan sedang membayar bukunya. 

"Eh, tadi itu siapa, sih? Dari tadi lihat-lihat aku kayaknya," ucap Della dengan percaya dirinya.

"Beneran lihatin kamu terus? Tadi itu Syafiq, dia anaknya seorang kiyai, jadi gak heran kalau dia anaknya sangat agamis," jawab Nisa.

"Benar loh, dia kan satu madrasah ya sama kita, dia itu jarang sekali bergaul dengan orang lain, terutama sama anak perempuan." Rena ikut angkat bicara.

"Wah iya, kah? Aku belum pernah lihat deh di madrasah." 

"Iya, Della! Kamu belum pernah lihat, kan? Aku aja yang udah lama sekolah di madrasah itu jarang sekali lihat dia, memang sih dia itu lebi sering menyendiri," ucap Nisa.

"Oh, begitu, ya? Dia sekarang kelas berapa?" 

"Dia satu angkatan sama kita, loh! Akan tetapi dia masuk jurusan agama."

"Astaghfirullah, ngapain malah kita ngomongin orang? Khilaf deh." Nisa beristighfar seraya mengelus-elus dadanya.

"Kalau gitu kita langsung pulang aja, yok!" 

"Iya, ayo, Del! Kamu jalan kaki atau dijemput, Ren?" tanya Dila pada Rena, karena Rena rumahnya beda arah sendiri sama Della dan Nisa.

"Aku dijemput ayah nanti, katanya ayah nanti lewat sini, jadi aku disuruh nunggu," jawab Rena.

"Kita duluan gak apa-apa, kan?" 

"Gak apa-apa, kok. Hati-hati di jalan, ya!" 

"Iya, Rena assalamualaikum." Dan akhirnya Della dan Nisa dimulai melangkahkan kakinya untuk menuju rumah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status