GARIS PATAH LOGIKA

GARIS PATAH LOGIKA

last updateLast Updated : 2025-10-08
By:  DankerUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
19Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ezra Adhitama, seorang pria yang hidupnya diatur oleh data dan rencana, dunianya hancur saat ia tiba-tiba kehilangan pekerjaan. Di sisi lain, sahabatnya yang seorang seniman impulsif, Anya Larasati, tak terduga mewarisi sebuah vila tua misterius di ujung pulau. Syaratnya, ia harus mengklaimnya dalam tiga minggu. Putus asa, Ezra melihat perjalanan Anya sebagai satu-satunya "proyek" yang bisa ia kendalikan. Sementara itu, Anya yang payah dalam logistik membutuhkan otak terencana Ezra agar petualangannya tidak berantakan. Maka, dimulailah perjalanan darat yang mustahil antara Sang Perencana dan Sang Agen Kekacauan. Terjebak dalam satu mobil, perjalanan ini menguji persahabatan mereka, memaksa keduanya menghadapi kerapuhan diri, dan memicu perasaan yang tak pernah terduga. Ini adalah kisah lucu dan mengharukan tentang menemukan jalan pulang dengan cara tersesat.

View More

Chapter 1

BAB 1

​Hari itu, udara di auditorium utama Universitas Pembangunan Bangsa terasa padat oleh campuran aneh antara kelegaan dan kecemasan. Gema tepuk tangan, blitz kamera ponsel, dan tawa yang sedikit terlalu keras menciptakan sebuah simfoni yang menandai akhir dari sebuah era. Wisuda. Garis finis yang telah mereka kejar selama empat tahun.

​Di tengah kerumunan toga hitam, Ezra Adhitama berdiri tegak, senyumnya terkendali dan simetris. Toga dan topinya terpasang sempurna, seolah diukur dengan busur derajat. Di tangannya, ia memegang map ijazah dengan predikat cum laude. Semuanya berjalan sesuai rencana. Tentu saja.

​"Woi, Manusia Presisi! Senyum sedikit, dong! Ini wisuda, bukan rapat dewan direksi!"

​Sebuah lengan tiba-tiba merangkul bahunya dengan heboh, nyaris membuat topi toganya miring.

Anya Larasati, dengan senyum selebar mentari dan toga yang sedikit kusut, menyeringai di sebelahnya. Lipstik merah terangnya sedikit menempel di giginya, dan rambut ikalnya yang tak bisa diatur menyembul keluar dari bawah topi, seolah menolak untuk tunduk pada formalitas.

​"Togaku," desis Ezra, mencoba memperbaiki posisinya tanpa terlihat panik.

​"Togamu aman, Kapten," kata Anya sambil melepaskan rangkulannya.

"Lihat kita, Ra. Kita berhasil! Kita selamat dari begadang, revisi dosen, dan maket yang ambruk di H-1. Kita resmi menjadi pengangguran terdidik!"

​"Kamu yang pengangguran," koreksi Ezra, meskipun ada sedikit geli di sudut bibirnya. "Aku mulai bekerja di Citra Cipta Graha hari Senin dalam dua minggu. Sesuai jadwal."

​Anya memutar bola matanya. "Tentu saja kamu punya jadwal. Aku yakin kamu bahkan sudah menjadwalkan kapan kamu akan mengalami krisis paruh baya. Aku? Aku punya rencana yang jauh lebih baik."

​"Oh ya? Apa itu?" tanya Ezra, sudah hafal betul ke mana arah pembicaraan ini.

​"Rencanaku adalah... tidak punya rencana!" seru Anya penuh kemenangan. "Aku akan menjadi seniman! Aku akan menjadi sejarawan lepas! Aku akan melukis, menulis, dan mungkin sesekali makan mi instan di akhir bulan. Jiwaku bebas, Ra! Bebas!"

​Ezra menatap sahabatnya itu. Empat tahun lalu, di hari pertama ospek, ia menganggap gadis ini sebagai sebuah anomali—variabel kacau yang harus dihindari. Sekarang, kekacauannya terasa seperti bagian yang tak terpisahkan dari dunianya. Merekalah bukti hidup bahwa dua kutub yang berlawanan bisa terikat dalam persahabatan yang aneh dan kokoh.

Mereka adalah tim di balik "Proyek Wisma Ganesha", tugas akhir legendaris yang memenangkan penghargaan universitas dan membuktikan bahwa logika Ezra dan "jiwa" Anya adalah kombinasi yang tak terkalahkan.

​"Kebebasan tidak membayar tagihan, Nya," kata Ezra, nadanya lebih terdengar khawatir daripada menggurui.

​"Dan tagihan tidak bisa membeli inspirasi," balas Anya cepat. "Sudahlah, jangan cemaskan aku. Hari ini adalah hari kita. Ayo kita kabur dari sini sebelum orang tua kita menyuruh kita foto dengan setiap paman dan bibi yang bahkan kita tidak kenal."

​Tanpa menunggu jawaban, Anya menarik tangan Ezra, menyelinap melewati kerumunan dan keluar dari auditorium. Mereka berjalan dalam diam,

meninggalkan hiruk pikuk di belakang, menuju sudut favorit mereka di kampus: sebuah bangku tua di bawah pohon kersen raksasa di belakang Wisma Ganesha. Bangunan itu sendiri masih sama seperti dulu, tua dan anggun, saksi bisu dari proyek yang merekatkan persahabatan mereka.

​Mereka melepas topi toga mereka, membiarkan angin sore menerbangkan sisa-sisa ketegangan.

​"Jadi... ini akhirnya, ya?" kata Anya pelan, nadanya kini lebih tenang. "Tidak ada lagi studio arsitektur sampai pagi. Tidak ada lagi berburu buku langka di perpustakaan."

​"Akhir dari Fase Satu," kata Ezra. "Sekarang kita masuk Fase Dua: Kehidupan Nyata."

​Anya terkekeh. "Kamu benar-benar tidak bisa berhenti, ya? Hidup ini bukan spreadsheet, Ra." Ia menyandarkan kepalanya di bahu Ezra, sebuah gestur nyaman yang sudah biasa mereka lakukan. "Aku akan merindukan ini."

​"Aku juga," aku Ezra, suaranya nyaris tak terdengar. Ia akan merindukan keseimbangan aneh yang mereka miliki. Di kampus, kekacauan Anya terkendali dalam lingkup tugas dan tenggat waktu. Di dunia nyata, tidak ada jaring pengaman.

​"Janji satu hal," kata Anya, menatap lurus ke depan, ke arah wisma yang bermandikan cahaya senja. "Tidak peduli sesibuk apa kamu nanti merancang gedung-gedung pencakar langit yang membosankan, jangan pernah lupakan aku, si seniman miskin ini."

​"Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu, Nya," jawab Ezra tulus. "Kamu terlalu berisik untuk dilupakan."

​Anya tertawa dan memukul lengannya pelan. Mereka duduk di sana sampai langit berubah menjadi ungu, berbicara tentang masa lalu dan masa depan yang membentang seperti halaman kosong. Ezra dengan rencananya yang terstruktur rapi, dan Anya dengan kanvasnya yang masih putih bersih. Dua sahabat, berdiri di garis finis sekaligus di garis start yang baru, tidak menyadari bahwa drama mereka yang sesungguhnya baru akan dimulai.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
19 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status