"[Kamu jahat yang!! ]" ku baca pesan singkat di aplikasi hijau, pesan dari kekasihku yang selalu aku tunggu.
"[Ada apa sih yang, datang-datang kok langsung ngamuk]" balasku dengan memberi emot cinta.
"[Aku benci kamu yang! kamu tega lakuin ini!]" dengan emot menangis.
"[Maksudnya yang?] keringat dingin tiba-tiba membanjiri keningku, aku takut gadisku tahu apa yang sudah aku lakukan di belakangnya.
" Bip ... Bip, bip, bip"
Suara pesan beruntun masuk kedalam wa, tangan ini bergetar bukan hanya tangan, tubuhku juga tiba-tiba terasa limbung, aku sangat takut gadisku benar-benar tahu apa yang aku lakukan seminggu yang lalu dengan Lisa tunangan ku.
Satu persatu aku buka gambar yang dia kirim dan ku baca pesannya.
"[Kamu tega! aku inget di tanggal ini pagi sampai siang kamu nelpon aku, katanya malam itu kamu sibuk karena persiapan untuk urusan kerja di luar kota, tapi ternyata ...!! di hari itu kamu bersama perempuan di foto ini, aku nggak percaya tapi sepertinya ini nyata, kamu tega sama aku yang, kamu hancurkan semua mimpiku, aku benci kamu yang benci]"
Setelah itu semua nomerku dia blokir, ya aku sadar apa salahku kepada zasqia kekasihku yang telah menemaniku selama 7 tahun ini, kami pacaran jarak jauh, sebab dia 3 tahun terakhir ini pindah tugas ke kota Bandung, sedang aku masih di kotaku sebagai PNS di sebuah kantor kecamatan, sedang zasqia adalah seorang Bidan yang dengan ikhlas mengabdi di sebuah klinik bersalin perkampungan terpencil di salah satu desa kecamatan Cililin Bandung Barat, Jawa Barat.
Satu minggu berlalu dari kejadian itu, siang malam aku menunggu kabar darinya, jujur aku tak pernah enak makan, tak lelap tidur, semua urusan pekerjaan juga kacau, aku putus asa, hingga di pagi itu ponselku berbunyi dari nomer yang nggak aku kenal.
"[Jemput aku di stasiun Kertosono jam 3 sore ini! dariku Zasqia]"
Aku sangat bahagia membaca pesan di aplikasi hijau dari Zasqia, namun juga benar-benar kalang kabut, sebab pertemuan kali ini bukanlah pertemuan bahagia, tiba-tiba badan lemas bentar-bentar pingin b**l tapi tak bisa, terpaksa aku ambil cuti kerja sebab badan langsung terasa demam perut mual juga pusing, tepat jam 2 siang aku bersiap untuk menjemput Zasqia, ya dia Zasqia Nurul Aini gadis yatim piatu yang aku pacari sejak kami sama-sama duduk di bangku kuliah, dia adalah adik 2 tingkat di bawah ku, aku mengenalnya saat aku menjadi ketua Ospek, dia gadis yang imut pendiam juga lugu dari pertama melihat aku langsung jatuh cinta, wajahnya anggun, aku suka dengan penampilan sederhananya, selalu memakai gamis dan khimar sederhana, meski kesannya culun sebenarnya dia itu gadis cerdas dan cantik, kulitnya kuning langsat matanya sendu tutur katanya juga santun.
"Kamu mau kemana Ya?" Suara ibu membuyarkan lamunanku.
"Emmm ... Surya mau ke stasiun sebentar bu!"
"Ngapain?" jawab ibu dengan tatap mata menyelidik.
"Ada janji sedikit dengan teman bu!"
"Katanya kamu lagi nggak enak badan, memang sudah sembuh? "
"Alhamdulillah sudah bu!"
"Ya sudah hati-hati dijalan, ingat pulangnya jangan kemalaman!"
"Baik Bu"
Setelah mencium punggung tangan ibu dengan takzim aku langsung tancap gas untuk segera menemui wanita yang sesungguhnya masih bertahta di hatiku, aku mencintainya tulus, aku menyayanginya seperti aku menyayangi diriku sendiri, maafkan aku sayang sebab telah khianati cinta kita, aku salah aku sudah hianatimu.
Tiga puluh menit berlalu, kini aku sudah berada di parkiran Stasiun Kertosono Jawa Timur, aku menunggu gadisku bagai menunggu seorang hakim yang siap menjatuhkan hukuman, entah hukuman apa yang akan aku terima, bila hukuman mati yang akan dia berikan aku siap menerimanya, sebab aku memang salah.
"[Kamu dimana?]" ada pesan masuk di aplikasi hijau, dan kau tahu itu nomer zasqia, dia sudah nggak mau lagi memanggilku sayang, tapi tak apalah.
"[Aku masih di parkiran]"
"[Tunggu disana, bentar lagi kereta yang aku tumpangi sampai]"
"[Baik]"
Entah ... Kenapa aku juga nggak bisa lagi kirim kata-kata mesra terhadap wanita yang aku cintai itu, mungkinkah aku sudah tidak mencintainya lagi? Ah aku benar-benar nggak tahu dengan perasaanku.
"Kriiing ... Kriiiing" suara VC berbunyi, kutatap layar hp dan membuka obrolan VC dari Lisa gadis yang baru menjadi tunanganku 2 minggu yang lalu.
"[Beebz kamu dimana sih? kok nomer susah banget dihubungi?]" wajah Lisa memenuhi layar hp, aku akui dia memang cantik rambut lurus karena sentuhan salon sepanjang bahu, muka bulat oval, hidung pesek dan bibir penuh berbentuk.
"[Maaf beebz aku lagi ada meeting]" Jawabku berbohong.
"[Kok tadi mama bilang kamu di Stasiun? maaf beebz karena nomer kamu nggak bisa di hubungi jadi aku telpon mama]" Cicitnya dengan muka di buat se imut mungkin.
"[Iya beebz aku lagi jemput teman yang mau ikut meeting juga, dah dulu ya? nanti aku hubungi lagi!]"
"[Daaah beebz, I love you ati ati ya? Eeemmmuach]"
"[Eeemmmuach"] aku membalas sambil mencium layar hpku.
" Bip ... Bip" Kembali hp berbunyi.
"[Aku sudah di depan pintu keluar stasiun kamu dimana?]" pesan dari Zasqia masuk.
"[Tunggu saja disitu, aku segera datang]"
Ku matikan layar hp lalu memasukkannya ke kantong celana, lalu berjalan menuju pintu keluar penumpang kereta api, hatiku perih oleh rasa rindu dan bersalah, aku rindu sebab sudah 3 tahun ini aku nggak bertemu, aku bersalah sebab diam-diam aku bertunangan dengan Lisa.
Dari jauh netraku menangkap satu sosok yang selama 7 tahun ini selalu bersama menemani hari-hariku, wajahnya nampak kusam dan pucat, nampak sekali beban dan kesedihan disana.
Tiba-tiba aku merasa kakiku tak bisa di gerakan, aku hanya bisa berdiri mematung sambil terus menatap wajahnya yang kian dekat.
"Plak ... Ini untuk kesetiaanku" Satu tamparan mendarat di pipi kananku.
"Plak ... Dan ini untuk penghianatanmu!" pipi kiriku tidak luput dari tamparan Zasqia.
Semua mata tertuju ke arah kami, dan aku hanya bisa meraih tangan Zasqia lalu mencoba merengkuh tubuhnya.
"Lepaskan aku! aku datang kesini hanya butuh penjelasan bukan pelukan!" tatapannya tajam menusuk mataku, aku hanya bisa bergeming tak bisa berbuat apa-apa, sungguh aku tak menyangka, gadisku yang sangat lembut dan santun bisa berubah se kasar ini.
"Sebaiknya kita cari tempat ngobrol, nggak enak dilihat banyak orang" aku memberi sebuah penawaran, Zasqia menoleh ke kiri dan kanan memang benar sekarang seluruh mata sedang tertuju ke arah kami.
Ku raih jemari Zasqia mengajak dia ke parkiran untuk mengambil motorku, tapi tangan ini ditepis nya, akhirnya aku berjalan sendiri dan dia mengikutiku dari belakang.
Harusnya pertemuan ini bukan seperti ini keadaannya, harusnya aku dan dia bahagia sebab kami sudah punya kesepakatan di bulan Desember nanti Zasqia akan pulang ke kota ini, dan aku berjanji akan mengenalkan dia ke kedua orang tuaku, tapi hari ini tanggal 16 November dia pulang dengan membawa luka juga kecewa dan akulah yang menciptakan nya.
Di parkiran aku menyerahkan helem untuk Zasqia, dia menerima dan menolak saat aku ingin membantu memasang helem itu di kepalanya, padahal dulu Zasqia selalu minta di pasangkan helem dengan alasan dia nggak pandai memakai helem sendiri, aku tersenyum getir saat mengenang kenangan itu.
"Ayo naik!"
Tanpa menjawab ucapanku Zasqia langsung naik di motor dan dia sengaja memberi jarak dengan menaruh tas ransel di tengah sebagai penyekat kami.
Aku sengaja memundurkan bokongku memberi kode agar Zasqia mengangkat tas dan memakainya di punggung.
Zasqia diam tak bergeming, ku ambil tas Zasqia dan menaruh tas itu di depan, Zasqia masih tetap diam bahkan dia semakin memundurkan duduknya ke belakang.
Aku paham apa maksudnya, kutarik lagi bokongku ke depan mengambil posisi normal lalu mensetater motor.
Sepanjang jalan kami diam tanpa kata, sungguh kami bagaikan orang asing yang tidak saling mengenal, mending aku jadi supir GO-JEK kalau menerima penumpang seperti ini hatiku nggak akan kecewa, sebab dia hanya penumpang lah ini kami dulu adalah teman yang sangat dekat bahkan selama 3 tahun terakhir ini hampir tiap ada waktu kami selalu Vidio Call, setiap malam sebelum tidur kita saling ngobrol sampai salah satu di antara kami tertidur.
Meskipun kami LDR hubungan kami sangat harmonis, dari bangun tidur sampai tidur lagi kita saling sapa, tentang waktu makan dan shalat kita juga saling mengingatkan, justru aku yang sangat protektif dengan Zasqia, sebab aku memang sangat mencintainya lebih dari apapun.
Aku dan Zasqia hanya berkeliling kota Kertosono, kami diam asik dengan pikiran masing-masing.
"Yang ... Kita mampir makan di sana dulu ya, atau kita cari masjid dulu kebetulan aku belum shalat Ashar."
"Shalat dulu" Jawabnya singkat.
Aku mengikuti perintahnya lalu ku pacu motorku menuju Masjid Baiturrahman, sampai sudah kami di masjid, Zasqia langsung menuju tempat wudhu wanita, sedang aku menuju tempat wudhu laki-laki, kami shalat sendiri-sendiri jujur aja shalatku kali ini sangat berantakan aku benar-benar nggak khusyu, setelah shalat aku menuju parkiran menunggu Zasqia, 20 menit berlalu namun Zasqia belum juga keluar dari tempat shalat, aku sungguh hawatir takut terjadi sesuatu dengannya, akhirnya ku beranikan diri masuk ke ruang shalat wanita, benar saja disana aku melihat Zasqia sedang menangis sesunggukan, bahunya terguncang aku mundur beberapa langkah sebab nggak kuat melihat pemandangan itu, ingin rasanya aku memeluknya dan meminta maaf, tapi itu nggak mungkin aku lakukan sebab aku dan dia bukan mahram, ku putuskan kembali ke motor menunggu Zasqia meluapkan kesedihannya di atas sajadah itu, Zasqia sungguh aku pun sangat terluka dengan semua ini, maafkan aku batinku pilu.
Setengah jam kemudian aku melihat Zasqia keluar mukanya merah akibat banyak menangis, matanya sembab hidung dan bibir juga merah, aku hanya bisa berani memandang wajahnya tanpa berani berkata apa-apa.
"Kita mau kemana Yang?" tanyaku setelah Zasqia duduk di atas motor.
"Aku ingin kita ngobrol, sebab aku cuma mengambil cuti sampai hari senin dan ini hari Sabtu, jadi sebaiknya secepatnya kita selesaikan masalah kita, yang pasti aku hanya butuh penjelasanmu" Jawabnya lirih.
"Apa kita ngobrol sambil cari makan?"
"Tidak aku nggak lapar!"
"Lalu?"
"Aku hanya ingin ngobrol, kamu yang asli kota sini jadi mungkin kamu yang lebih tahu dimana tempat yang nyaman buat kita bicara."
Aku memutuskan membawa Zasqia ke Alun-alun, semoga disana nanti angin dia bisa berubah baik, dan aku juga Zasqia bisa bicara dengan relaks, jujur aja keadaan sekarang ini benar-benar membuatku tidak nyaman.
Mohon maaf agak telat up kisah Zasqia, qadarullah saya lagi dalam keadaan kurang Vit.Setelah riuhnya tepuk tangan mereda, kini giliran bapak kepala desa berbicara."Assalamu'alaikum selamat siang semuanya, saya selalu kepala desa Dusun Sindang Kerta mengacungi 4 jempol sekaligus kepada ibu bidan Zasqia, ide beliau sungguh sangat briliant, nanti saya akan mengatur kan jadwal pertemuan saya juga berharap kepada dokter Ryan untuk membantu program ini, bagaimana kepada para bapak dan ibu semua, apakah bapak dan ibu setuju dengan usulan ibu bidan Zasqia? Nanti kita akan mengadakan penyuluhan kesehatan di klinik ini, bisa seminggu 1 kali atau 2 kali, semua tergantung kesepakatan bersama, penyuluhan kesehatan ini nantinya akan saya ajukan ke kecamatan, intinya sekarang kita sepakati dulu, baru kita atur jadwal dan perencanaan, silahkan bapak ibu yang setuju dengan program ini silahkan tunjuk tangan, dan bila tidak setuju silahkan beri
"Selamat siang bapak-bapak dan ibu-ibu semua, ada apa ini kok pada berkumpul disini?" Sapa bapak Lurah ramah sesaat setelah keluar dari mobil dan berdiri di samping Zasqia.Para pendemo seketika terdiam, tidak ada satupun yang berani mengeluarkan suaranya, mereka hanya berani kasak kusuk di belakang saja, kini giliran dokter Ryan yang berkata kepada para pendemo."Bapak-bapak, ibu-ibu ada apa ini, kok sepertinya ada keributan di klinik, apa bisa di jelasakan bapak-bapak dan ibu-ibu, itu barusan bapak Lurah juga meminta penjelasan maksud dan tujuan bapak dan Ibu semua berdemo di sini, ayo mari kita musyawarah bersama biar mencari kata mufakat dan damai, nggak bagus atuh bapak, Ibu bila kita bertindak anarkis, kita ini teh ingin semuanya jadi baik, kalau ada masalah mari kita musyawarah kan bersama sama, bapak Lurah bagaimana kalau kita bicaranya sambil duduk-duduk biar enak di pandang gitu.""Iya saya setuju dengan dokter R
Kini satu tahun sudah berlalu, sejak Zasqia menjadi Bidan kepala di Klinik Bersalin Amanda, klinik menjadi semakin ramai, dulu warga sekitar lebih percaya berobat ke dukun, melahirkan dengan dukun, namun setelah kedatangan Zasqia, dengan seringnya Zasqia memberi penyuluhan dan ikut berbaur dengan masyarakat sekitar, lambat laun masyarakat mulai percaya dengan pentingnya parenting pengobatan medis, awal-awal zasqia menjadi bidan kepala tidak luput dari cobaan dan penolakan, apalagi para dukun bayi, mereka sangat takut kalau mata pencaharian mereka mati gara-gara jasa mereka nggak laku lagi, namun Zasqia memiliki ide untuk mengumpulkan para dukun bayi, para dukun pengobatan alternatif, untuk ikut belajar bagaimana cara merawat Ibu hamil, Ibu yang mau melahirkan, dan merawat bayi yang baru lahir, begitu juga kepada dukun pengobatan alternatif Zasqia juga memberi penyuluhan kepada mereka.Awalnya penolakan demi penolakan Zasqia terima, bahkan cacia
Di rumah doctor Ryan nampak bahagia, senyum manis selalu menghiasi bibirnya. "Ibu perhatikan dari pulang tadi malam anak ibu kok bahagiaaa banget ya?" Tanya ibu saat mereka sedang sarapan pagi di meja makan. "Ah ibu bisa aja, perasaan Ryan dari dulu juga selalu bahagia kok." "Tapi ini beda deh, apaaaa anak ibu sedang jatuh cinta ya?" "Ibu ini ada-ada aja deh, Ryan biasa saja dan nggak lagi jatuh cinta kok bu" "Lagi jatuh cinta pun nggak papa, kan anak ibu dah dewasa, sudah waktunya berumah tangga, apalagi yang kamu pikirkan coba, pekerjaan mapan, keuangan sehat, umur cukup, ayo dong kasih ibu menantu, kalau ibu arisan kadang ibu sedih loh Ryan, sebab kawan-kawan ibu sudah punya cucu semua, padahal anak ibu ini udah lah ganteng, tajir melintir dan dokter lagi, udah lah Ryan jangan terlalu banyak memilih pasangan, kalau sudah cocok, ayo langsung di halal in saja." "Ah ibu ini, selalu ituuuu aja yang ibu bahas Ryan jadi nggak
Di rumah doctor Ryan nampak bahagia, senyum manis selalu menghiasi bibirnya. "Ibu perhatikan dari pulang tadi malam anak ibu kok bahagiaaa banget ya?" Tanya ibu saat mereka sedang sarapan pagi di meja makan. "Ah ibu bisa aja, perasaan Ryan dari dulu juga selalu bahagia kok." "Tapi ini beda deh, apaaaa anak ibu sedang jatuh cinta ya?" "Ibu ini ada-ada aja deh, Ryan biasa saja dan nggak lagi jatuh cinta kok bu" "Lagi jatuh cinta pun nggak papa, kan anak ibu dah dewasa, sudah waktunya berumah tangga, apalagi yang kamu pikirkan coba, pekerjaan mapan, keuangan sehat, umur cukup, ayo dong kasih ibu menantu, kalau ibu arisan kadang ibu sedih loh Ryan, sebab kawan-kawan ibu sudah punya cucu semua, padahal anak ibu ini udah lah ganteng, tajir melintir dan dokter lagi, udah lah Ryan jangan terlalu banyak memilih pasangan, kalau sudah cocok, ayo langsung di halal in saja." "Ah ibu ini, selalu ituuuu aja yang ibu bahas Ryan jadi nggak
Satu minggu sudah ber lalu, sejak pertemuan itu Zasqia mencoba mencari alamat dokter Ryan, entah kenapa juga waktu itu Zasqia lupa minta nomer hp dokter Ryan, karena kesibukan mengurus dan merawat pasien Zasqia juga tidak memiliki kesempatan untuk bertanya ke teteh Kokom.Hingga di suatu hari, setiap malam selasa di minggu ke dua, Klinik Bersalin Ananda ada jadwal USG dan dokter bedah kandungannya adalah dokter Ryan, karena Zasqia adalah Bidan kepala yang masih baru, jadi dia harus mengikuti jadwal kunjungan dokter Ryan, Zasqia sendiri tidak tahu bahwa dokter yang di ceritakan open suster, dokter yang dia dengar dari cerita mereka adalah dokter singgle yang sngat than adalah dokter Ryan, hingga saat para suster mengelu-elukan kedatangan dokter Ryan Zasqia ikut-ikutan penasaran dan dia juga ikutenunggu kedatangan dokter Ryan di lobby ruang tunggu klinik bersalin Ananda.Alangkah terkejutnya Zasqia dengan apa yang dia lihat, ternya
Kondisi Dokter Ryan makin hari makin membaik, hari ini Dokter Ryan sudah kembali ke rumah ibunya, Dokter Ryan sempat memberi pesan kepada bapak Suganda untuk memberi tahu ke ibunda Ryan bahwa dia ada urusan mendadak di luar kota, padahal saat itu Dokter Ryan sedang menjalani perawatan akibat kecelakaan yang menimpanya.Sore itu di temani hujan rintik-rintik Dokter Ryan memarkirkan mobil nya di garage teras rumah sang ibu.Mendengar deru suara mobil anak nya ibunda Dokter Ryan langsung berlari ke teras, sebab dia sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya itu.Ibunda Dokter Ryan langsung mendekati mobil rasa nya dia sudah benar-benar tak sabar ingin memeluk buah hatinya itu."Ryaaaan ya Allah nak, kenapa pergi mendadak tanpa pamit, katanya kamu ada tugas keluar kota tapi kenapa pihak rumah sakit datang menemui ibu untuk mencarimu.""Ya Allah buuuu, sab
Saat ustadz Dzaqi sedang berbicara dengan Zasqia, beliau di kejutkan oleh kedatangan Arman."Ustadz polisi sudah datang, dan mereka ada di depan." Kata Arman sambil menunjuk ke arah teras rumah Zasqia."Terimakasih Arman, ayo kita temui mereka" Arman berjalan di belakang ustadz Dzaqi, setelah sampai di teras ustadz Dzaqi menyalami satu Persatu aparat polisi yang berjumlah 5 orang."Mari pak Hari silahkan masuk ke dalam untuk mencari barang bukti."Bapak Hari mengerahkan anggotanya untuk menelisik ruang demi ruang runah Zasqia, setelah beberapa jam polisi menemukan barang bukti.Didalam kulkas mereka menemukan bongkahan-bongkahan darah segar, di dapur menemukan toples berisi keripik, selain keripik mereka tidak menemukan bahan makanan lain, di kamar mandi menemukan darah busuk, jadi kesimpulannya Zasqia adalah wanita pemakan darah dan kemungkinan keripik yang mereka temu
"Coba panggil bapak Suganda sekali lagi, dan katakan aku ingin bicara ancam dia kalau tidak mau datang maka kamu akan membunuhnya!" Ustadz Dzaqi berkata dengan intonasi nada tinggi, membuat kuntilanak merah tidak bisa menolak, maka kuntilanak merah menurut, dan berusaha memanggil ruh bapak Suganda. Maka terjadi lah dialog jarak jauh antara bapak Suganda dan kuntilanak merah. "Ada apa Tuan Puteri terus memanggilku! kenapa tuan Puteri memanggil saya dengan cara seperti ini, dimana jazad Zaskia, masuklah ke jazad Zaskia agar kita bisa bicara dengan Hp." "Zaskia sudah tertangkap!" "Maksud Tuan Puteri?" "Ya Zaskia sudah tertangkap, dan sebentar lagi perbuatan kamu dan Ryan akan segera terungkap." "Ha, ha, ha, ha ... Kamu mengancamku?" "Aku tidak mengancammu! tapi ini kenyataannya." "Ceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi!" bapak Suganda membentak Kuntilanak merah. "Aku akan mencer