"Hai Ayu, sedang masak apa, Nduk?" Rianti yang baru saja selesai melayani Faisal segera ke dapur dengan hanya menggunakan daster.
"Maaf, Bibi. Ayu melihat bahan masakan di kulkas lalu membuat capcay dan ayam goreng tepung," sahut Ayu dengan malu-malu.
"Kau pintar sekali Ayu. Baunya harum sekali, pasti sangat lezat." Rianti menatap Ayu kagum. "kamu pasti akan menjadi istri yang baik."
"Ah, Bibi. Ayu cuma bisa memasak ala kadarnya, jangan terlalu memuji, Ayu jadi malu." Gadis cantik itu membalikkan ayam dari dalam penggorengan.
"Bibi bilang apa adanya. Habis masak, langsung mandi dan dandan yang cantik ya. Pukul lima sore Joko dan Jelita akan datang."
"Iya, Bibi."
Ayu memperhatikan Rianti yang sedang membuat minuman dingin. Bisa dilihatnya jika wanita itu tidak mengenakan pakaian dalam. Saat Rianti membungkuk, Ayu bisa melihat dengan jelas ada bercak-bercak merah di tubuhnya.
Meskipun Ayu masih murni dan tidak pernah berhubungan dengan seorang lelaki, tetapi gadis itu mengerti apa arti tanda merah tersebut. Dia mengerti hal tersebut dari cerita yang sering di dengarnya di kalangan teman-temannya yang sudah menikah.
Ayu menggigit bibirnya membayangkan bagaimana Faisal memperlakukan Rianti di atas tempat tidur. Gadis itu berandai jika saja dirinya yang mendapatkan tanda merah di dada. Ayu menunduk melihat ke arah dadanya yang lebih besar dan padat daripada Rianti.
'Punyaku lebih besar dan sexy, tapi kenapa Mas Faisal menolakku?' batin Ayu.
"Ayu, awas gosong, Nduk!" Rianti mengambil sutil dari tangan Ayu dan mengangkat ayam dari penggorengan kemudian mematikan kompor.
Ayu segera tersadar dari lamunannya. Dia melihat bagaimana Rianti dengan cekatan membereskan kekacauan yang telah dia lakukan.
'Maafkan Ayu, Bibi." ujar Ayu lirih.
"Apa yang kau lamunkan, Nduk?" Rianti tersenyum ke arah gadis muda itu tanpa ada niatan menyalahkan.
"Eh--- itu-- Ayu hanya mengagumi Bibi yang cantik dan bertubuh bagus." Ayu dengan malu-malu menatap ke arah Rianti.
"Kamu ini. Bibi sudah tua, sudah kepala empat. Dada sudah tidak sekencang dulu, apalagi ini lemak di perut, pinggul dan paha." Rianti menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang sedikit berlemak.
"Tapi Bibi masih termasuk langsing dan tampak awet muda."
"Hahaha ... pintar sekali kamu memuji. Lihat dirimu masih muda dan tanpa lemak." Dengan mata tersenyum Rianti memperhatikan tubuh Ayu.
"Ah Bibi, Ayu jadi malu." Gadis itu tersipu malu mendengarkan pujian dari Rianti.
"Sana mandi yang wangi, biar Bibi bereskan dapurnya."
Ayu mematuhi perkataan Rianti, dia beranjak dari dapur menuju ke lantai atas.
Sementara itu di dapur, Rianti mengambil lap untuk membersihkan ceceran minyak. Dengan cekatan dia meletakan masakan yang sudah jadi ke piring dan diletakan di atas meja makan.
Setelah selesai Rianti bergegas menuju ke kamarnya. Dia merasa gerah dan ingin segera mandi. Saat Rianti membuka pintu kamar dilihatnya Faisal sudah selesai mandi. Pria itu tampak sangat tampan dan harum.
"Mau mandi, Dik?" tanya Faisal sambil melepaskan handuk dan mulai mengambil kaos dari dalam lemari.
"Iya, Mas. Badan ku gerah dan lengket semua. Aku pingin berendam." Rianti mengikat rambutnya dan mulai mengoleskan krim pembersih wajah.
"Tau begitu aku gak mandi dulu. Kita bisa berendam barengan." Faisal menggenggam sarung yang belum dia kenakan. "apa aku mandi lagi sekarang?"
"Gak usah, Mas. Nanti bukannya cepat malah semakin lama." Rianti melirik suaminya dengan manja. "keluar sana, temani Ayu dulu. Sebentar lagi Joko dan Jelita harusnya sudah pulang, bisa bingung mereka melihat ada dara cantik di rumah kita."
Rianti cekikikan sebelum melanjutkan kalimatnya, "nanti dikira ayahnya pulang bawa istri muda."
"Hush! Ngawur kamu!" seru Faisal sambil mengenakan sarungnya.
"Eh, Mas." Rianti menggeser posisi duduknya menghadap ke arah Faisal. "Bagaimana kalau kita jodohkan si Ayu dengan Joko?"
Perkataan Rianti sedikit membuat Faisal terkejut. Entah mengapa dalam hatinya terbersit perasaan tidak rela, meskipun dari awal saat Faisal masih di Sulawesi, Rianti mengatakan kalau ingin mengadopsi Ayu.
"Aku tidak ikut-ikut, Dik. Apa kata mereka saja." Jawaban Faisal yang terkesan santai membuat Rianti yakin jika pria itu menyetujuinya.
"Biar aku yang menanyakan ke Joko. Kita lihat beberapa hari lagi setelah mereka bertemu dan saling mengenal." Rianti mulai beranjak masuk ke dalam kamar mandi.
Faisal masih termangu menatap dirinya di depan cermin. Usianya sudah tidak mudah lagi, tapi belum tampak kerutan sedikitpun di wajahnya. Tubuhnya juga masih ramping padat berotot karena rajin berolahraga.
Lelaki itu mendesah perlahan membayangkan Joko dan Ayu pacaran. Dia merutuki dirinya sendiri yang memiliki perasaan tidak rela jika Ayu menjadi menantunya.
"Apa yang aku pikirkan, Gendeng! Bukannya Malik menitipkan Ayu untuk aku jaga dan sekarang dia sudah aman bersama keluargaku. Menjadi menantuku bukannya itu bagus untuk Ayu?" Faisal bergumam sendiri sambil memukul keningnya.
"Dik! Kenapa pintu kamar mandinya di kunci? Aku mau pipis." Faisal menggedor pintu kamar mandi dalam kamar.
"Duh, Mas. Aku lagi pup. Kamu naik ke kamar mandi atas saja, ya." teriak Rianti dari dalam kamar mandi.
"Ya sudah." Faisal kemudian bergegas naik ke lantai atas.
Dia tidak pernah menggunakan kamar mandi belakang yang dikhususkan untuk pembantu, karena Rianti tidak pernah mengizinkan. Menurut istrinya hal itu tidak baik karena pembantu bisa kurang ajar dan tidak menghormati Faisal sebagai majikan utama mereka.
Alasan lain yang tidak diketahui Faisal adalah karena Rianti tidak rela suaminya berbagi closet dengan pembantu. Rianti khawatir jika pembantu mulai ngelunjak dan berani merayu majikan. Hal itu sering dia dengar dari teman-teman arisan sehingga Rianti merasa harus berhati-hati.
Faisal segera menuju ke kamar mandi yang jarang digunakan di lantai dua, karena anak-anaknya pun memiliki kamar mandi sendiri dalam kamar mereka. Pria itu tanpa pikir panjang segera membuka pintu yang tidak terkunci.
"Aaa ...."
Alangkah terkejutnya Faisal ketika mendengar suara teriakan seorang wanita ketika dia mendorong pintu kamar mandi. Di sana dia melihat Ayu yang berdiri telanjang dengan memegang handuk.
Jantung Faisal berdetak kencang dan aliran darahnya seakan mengalir dengan cepat ketika melihat tubuh molek Ayu tanpa sehelai benangpun.
Dada gadis itu tampak sangat kencang, padat dan oval sempurna dengan puncak mungil yang berwarna coklat muda. Perut Ayu rata dengan pinggang yang ramping dan kulit kuning langsatnya memperjelas kemolekan di tubuh gadis itu. Handuk yang dia pegang di depan tubuh polosnya, tidak dapat menutup sempurna hutan belantara di area sensitifnya.
Dada Faisal berdesir melihat paha ramping Ayu yang sedikit terbuka. Bayangan mesum berkelebat di dalam pikiran Faisal membayangkan dirinya meraih kenikmatan di antara paha ramping itu.
Apalagi pepaya yang berukuran besar dan bergelantungan indah itu akan terasa nikmat dalam remasan tangannya. Faisal membayangkan dirinya terbenam di dalam buah segar yang dimiliki Ayu dan merasakan kekenyalannya.
Faisal masih terpaku lupa dengan niatan awal memasuki kamar mandi tersebut. Keinginan untuk buang air kecil seakan menguap bersama desahan napasnya yang terasa memburu. Pria itu tak dapat mengalihkan pandangannya dari dada Ayu, hingga tidak menyadari jika pepaya itu semakin mendekat ke arahnya.
Ayu menutup pintu di belakang Faisal dan menguncinya. Dia kemudian melepaskan handuk hingga teronggok di bawah kakinya. Gadis itu memegang tangan Faisal dan diarahkan ke bagian buah kembarnya.
Gadis itu menggigit bibir bawah dengan sensual merasakan kehangatan tangan Faisal di tubuhnya. Ayu menekan tangan Faisal agar membelai lembut pepaya yang bergelantungan indah.
"Mas ....," desah Ayu manja, ketika Faisal tanpa sadar sudah meletakan kedua tangannya di dada Ayu dan memijitnya dengan lembut.
Mata Faisal terpaku pada kelembutan pepaya dalam remasan tangannya, dia bagaikan terhipnotis dan tanpa sadar mendekatkan diri untuk merasakan kenikmatan puncak di dalam mulutnya.
"Mas ...," Ayu menggumam merasakan hangatnya lidah Faisal yang menjalar.
Gadis itu secara alami mmbelai rambut Faisal yang sudah tersisir rapi dan meliukan tubuhnya.
"Mas Faisal!" teriakan Rianti membuat Faisal tersentak.
"Mas Faisal!" teriakan Rianti dari lantai bawah membuat Faisal tersentak. Dia segera melepaskan pegangannya dari dada Rianti.Wajah Faisal merah padam karena merasa malu dengan apa yang dia lakukan kepada gadis muda di hadapannya. Faisal mundur hingga menyentuh pintu dan segera berbalik keluar. Pria itu sempat menoleh ke arah Ayu dan melihat raut wajah kecewa gadis itu.Faisal segera turun ke lantai bawah untuk menemui istrinya. Tetapi di tangga dia baru menyadari jika ada tonjolan yang terlihat jelas di balik sarung yang dia kenakan. Faisal kebingungan bagaimana menidurkan tonjolan tersebut.Diam-diam Faisal melirik ke arah bawah tangga, ketika melihat keadaan sepi, Pria itu berlari dengan cepat menuju ke kamar mandi pembantu. Dia kunci dengan rapat dan terpaksa meredam 'miliknya' di dalam gayung air."Kenapa sih, Mas Faisal lama sekali." sayup-sayup Faisal mendengar keluhan Rianti dari dapur.Setelah berhasil menenangkan miliknya dan menunt
Sudah dua minggu Ayu tinggal bersama di rumah Faisal. Sudah dua minggu pula sejak kejadian di kamar mandi berlalu. Penampilan gadis itu sudah mulai berubah dari sekedar memakai kaos ketat murahan, kini Ayu mulai tahu cara berpenampilan dan berdandan.Jelita yang baru lulus kuliah dan masih belajar bekerja di perusahaan milik Faisal, seringkali mendandani Ayu. Gadis itu pula memberikan beberapa barang dan pakaian terbaiknya untuk Ayu.Hari itu rumah Rianti dipenuhi dengan beberapa teman arisan. Mereka duduk dan menggosipkan banyak hal. Mulai dari sekolah online hingga harga barang yang tak menentu. Mulai dari vaksin hingga bintang terkenal yang sering memamerkan kekayaan mereka di situs online."Rianti, siapa dia?"Rianti menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh Sulastri, teman Sma sekaligus sahabat terbaiknya. Dia tersenyum ke arah Ayu yang masuk dengan senyum tipis. Di tangan gadis itu tampak nampan berisi beberapa gore
"Mas, apa ada yang perlu Ayu bantu?" Ayu menghampiri Joko saat pria itu sedang memotong tanaman di kebun.Hari sabtu sore itu rumah Faisal tampak sepi, hanya ada Jelita. Ayu dan Joko di rumah. Faisal sejak kemarin menemani Rianti untuk mengunjungi orang tua Rianti yang berada di daerah Lumajang dan mereka berencana menginap selama satu hari.Joko menghabiskan waktu senggangnya dengan merapikan tanaman di kebun. Pria itu sangat menyukai bercocok tanam dan lebih memilih mengurus taman di rumah sendiri daripada membayar tukang kebun."Tidak ada, Yu. Sebentar lagi mas Joko selesai." Joko mengusap peluh di wajahnya.Sinar matahari yang sejak tadi membakar dirinya tidak membuat pria muda itu lelah. Kulit kecoklatannya semakin legam terbakar sinar matahari. Ayu mengamati raut wajah Joko yang cukup tampan, hidung mancung, mata lebar dan bibir penuh. 'Kalau aku jadi menikah dengan Mas Faisal, apa mas Joko mau memanggilku ibu
Sementara itu di lantai atas, Ayu mengetuk pintu kamar Jelita dengan segelas es Cao di tangannya."Mbak Jelita, ini Ayu bawakan es cao.""Masuk, Yu, tidak dikunci." teriak Jelita di dalam kamar.Ayu membuka pintu kamar Jelita dan ini pertama kali dia masuk ke dalam kamar tersebut. Kamar yang lebih luas daripada kamar yang ditempatinya dengan banyak pernak-pernik berwarna merah muda. Beberapa boneka yang lucu, Ayu lihat di atas tempat tidur Jelita,"Makasih ya, Yu." bisik Jelita yang masih memegang handphone di tangannya.Ayu mengangguk dan hendak melangkah keluar kamar, ketika dengan cepat tangan Jelita menahannya. Kedipan di mata Jelita menandakan jika dia ingin Ayu tetap menamninya.Ayu memperhatikan Jelita yang masih menikmati percakapan di telepon, membuat Ayu yang tidak pernah pacaran menjadi heran. 'Mba Jelita bicara dengan siapa ya, kok pakai sayang-sayangan,' batin Ayu.Saat itu tib
Senja itu, Ayu bersama dengan Joko, Jelita dan Arjuna berjalan-jalan di Mall. Gadis yang berasal dari desa tersebut tidak dapat menutupi rasa senang di wajahnya ketika melihat pertokoan besar dan mewah tersebut. Menelusuri pertokoan yang menjual berbagai macam hal menarik, perhatian Ayu tertuju pada toko yang menjual pernak pernik wanita. Gadis itu pernah melihat hal tersebut di pasar, tetapi apa yang ada di tempat itu terlihat lebih bagus dan menarik. "Ayu mau beli jepit atau karet?" tanya Jelita yang melihat ketertarikan di mata gadis itu "Enggak, Mbak, Ayu hanya senang lihat warna-warna di toko itu terlihat indah." Ayu tersipu malu. "Ayo, kita masuk saja biar yang cowok menunggu di depan." Jelita menarik tangan Ayu. "Lihat Ayu, ini bagus."
Ini pertama kalinya pula Ayu menjejakkan kakinya di atas karet tebal di dalam gedung bioskop. Dia mengedarkan pandangan di sekeliling ruangan besar itu dan memperhatikan iklan film yang terpasang. Semua terlihat begitu menarik bagi gadis desa tersebut. "Ayu, pernah nonton bioskop?" bisik Jelita yang penasaran melihat raut wajah gadis itu. "Pernah, tetapi tidak di dalam gedung sebagus ini," sahut Ayu. "Ooo …." Jelita menggumam. "Biasanya nonton di lapangan, mbak. Kita bawa tikar atau kursi sendiri," lanjut Ayu. "Wah asyik dong, romantis, di bawah sinar bulan dan kerlip bintang-bintang." Jelita membayangkan dirinya berpelukan dengan Arjuna di lapangan sambil menonton kisah romantis.
Pagi itu, Ayu bangun lebih awal karena semalaman dia tidak dapat tidur dengan lelap. Gadis itu dengan menggunakan daster selututnya, memutuskan untuk keluar kamar dan menghirup udara segar di belakang rumah. Membayangkan kakinya bisa menjejaki bebatuan di taman belakang, membuatnya merasa senang.Ayu perlahan turun melewati kamar utama di rumah ini di lantai bawah. Dia berhenti sesaat membayangkan Faisal yang sedang berpelukan dengan Rianti di dalam kamar. Pagi tadi sepasang suami istri itu baru saja kembali dari Lumajang, sehingga kerinduan Ayu mulai terbayarkan.Seperti saat ini dengan hanya memandang pintu kamar Faisal, hatinya sudah berdebar-debar. Bisa dibayangkan bagaimana rasa jantungnya nyaris copot saat bertemu Faisal pagi tadi. Pipinya bersemu merah membayangkan saat itu, di mana mata mereka bertemu. Ayu yakin ada kilatan rindu juga dari pandang
Ayu tak dapat memejamkan matanya. Di atas tempat tidur yang sangat empuk, gadis itu membolak-balikan tubuhnya dengan gelisah. Ayu memeluk guling dengan erat dan mendesah, gadis itu membenamkan wajahnya di guling seakan sedang mencium seseorang."Mas …."Ayu tak dapat menghapus ingatannya akan kejadian saat pagi hari tadi, Faisal tiba-tiba tanpa sengaja menabrak tubuhnya. Sentuhan sekilas itu sudah memberikan getaran di hatinya. Ayu bisa menangkap jelas sorot mata gugup Faisal ketika mata mereka bertemu. Pria itu seketika menjauhinya saat mendengar suara langkah kaki dan senandung ceria Rianti.Siang yang sepi ini dari lantai atas kamarnya, Ayu yang sedang berbaring segera bangun dari tempat tidur ketika mendengar deru mobil di depan rumah. Hati gadis itu melonjak kegirangan ketika melihat Fa