Home / Rumah Tangga / Dendam Istri Pertama / Godaan Pepaya Ranum

Share

Godaan Pepaya Ranum

Author: Taurus Di
last update Last Updated: 2021-11-18 18:23:39

"Hai Ayu, sedang masak apa, Nduk?" Rianti yang baru saja selesai melayani Faisal segera ke dapur dengan hanya menggunakan daster. 

"Maaf, Bibi. Ayu melihat bahan masakan di kulkas lalu membuat capcay dan ayam goreng tepung," sahut Ayu dengan malu-malu.

"Kau pintar sekali Ayu. Baunya harum sekali, pasti sangat lezat." Rianti menatap Ayu kagum. "kamu pasti akan menjadi istri yang baik." 

"Ah, Bibi. Ayu cuma bisa memasak ala kadarnya, jangan terlalu memuji, Ayu jadi malu." Gadis cantik itu membalikkan ayam dari dalam penggorengan.

"Bibi bilang apa adanya. Habis masak, langsung mandi dan dandan yang cantik ya. Pukul lima sore Joko dan Jelita akan datang."

"Iya, Bibi." 

Ayu memperhatikan Rianti yang sedang membuat minuman dingin. Bisa dilihatnya jika wanita itu tidak mengenakan pakaian dalam. Saat Rianti membungkuk, Ayu bisa melihat dengan jelas ada bercak-bercak merah di tubuhnya. 

Meskipun Ayu masih murni dan tidak pernah berhubungan dengan seorang lelaki, tetapi gadis itu mengerti apa arti tanda merah tersebut. Dia mengerti hal tersebut dari cerita yang sering di dengarnya di kalangan teman-temannya yang sudah menikah.

Ayu menggigit bibirnya membayangkan bagaimana Faisal memperlakukan Rianti di atas tempat tidur. Gadis itu berandai jika saja dirinya yang mendapatkan tanda merah di dada. Ayu menunduk melihat ke arah dadanya yang lebih besar dan padat daripada Rianti.

           'Punyaku lebih besar dan sexy, tapi kenapa Mas Faisal menolakku?' batin Ayu.

"Ayu, awas gosong, Nduk!" Rianti mengambil sutil dari tangan Ayu dan mengangkat ayam dari penggorengan kemudian mematikan kompor. 

Ayu segera tersadar dari lamunannya. Dia melihat bagaimana Rianti dengan cekatan membereskan kekacauan yang telah dia lakukan.

'Maafkan Ayu, Bibi." ujar Ayu lirih.

"Apa yang kau lamunkan, Nduk?" Rianti tersenyum ke arah gadis muda itu tanpa ada niatan menyalahkan.

"Eh--- itu-- Ayu hanya mengagumi Bibi yang cantik dan bertubuh bagus." Ayu dengan malu-malu menatap ke arah Rianti.

"Kamu ini. Bibi sudah tua, sudah kepala empat. Dada sudah tidak sekencang dulu, apalagi ini lemak di perut, pinggul dan paha." Rianti menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang sedikit berlemak.

"Tapi Bibi masih termasuk langsing dan tampak awet muda." 

"Hahaha ... pintar sekali kamu memuji. Lihat dirimu masih muda dan tanpa lemak." Dengan mata tersenyum Rianti memperhatikan tubuh Ayu.

"Ah Bibi, Ayu jadi malu." Gadis itu tersipu malu mendengarkan pujian dari Rianti.

"Sana mandi yang wangi, biar Bibi bereskan dapurnya." 

Ayu mematuhi perkataan Rianti, dia beranjak dari dapur menuju ke lantai atas. 

Sementara itu di dapur, Rianti mengambil lap untuk membersihkan ceceran minyak. Dengan cekatan dia meletakan masakan yang sudah jadi ke piring dan diletakan di atas meja makan.

Setelah selesai Rianti bergegas menuju ke kamarnya. Dia merasa gerah dan ingin segera mandi. Saat Rianti membuka pintu kamar dilihatnya Faisal sudah selesai mandi. Pria itu tampak sangat tampan dan harum.

"Mau mandi, Dik?" tanya Faisal sambil melepaskan handuk dan mulai mengambil kaos dari dalam lemari.

"Iya, Mas. Badan ku gerah dan lengket semua. Aku pingin berendam." Rianti mengikat rambutnya dan mulai mengoleskan krim pembersih wajah.

"Tau begitu aku gak mandi dulu. Kita bisa berendam barengan." Faisal menggenggam sarung yang belum dia kenakan. "apa aku mandi lagi sekarang?" 

"Gak usah, Mas. Nanti bukannya cepat malah semakin lama." Rianti melirik suaminya dengan manja. "keluar sana, temani Ayu dulu. Sebentar lagi Joko dan Jelita harusnya sudah pulang, bisa bingung mereka melihat ada dara cantik di rumah kita." 

Rianti cekikikan sebelum melanjutkan kalimatnya, "nanti dikira ayahnya pulang bawa istri muda."

"Hush! Ngawur kamu!" seru Faisal sambil mengenakan sarungnya.

"Eh, Mas." Rianti menggeser posisi duduknya menghadap ke arah Faisal. "Bagaimana kalau kita jodohkan si Ayu dengan Joko?"

Perkataan Rianti sedikit membuat Faisal terkejut. Entah mengapa dalam hatinya terbersit perasaan tidak rela, meskipun dari awal saat Faisal masih di Sulawesi, Rianti mengatakan kalau ingin mengadopsi Ayu.

"Aku tidak ikut-ikut, Dik. Apa kata mereka saja." Jawaban Faisal yang terkesan santai membuat Rianti yakin jika pria itu menyetujuinya.

"Biar aku yang menanyakan ke Joko. Kita lihat beberapa hari lagi setelah mereka bertemu dan saling mengenal." Rianti mulai beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

Faisal masih termangu menatap dirinya di depan cermin. Usianya sudah tidak mudah lagi, tapi belum tampak kerutan sedikitpun di wajahnya. Tubuhnya juga masih ramping padat berotot karena rajin berolahraga.

Lelaki itu mendesah perlahan membayangkan Joko dan Ayu pacaran. Dia merutuki dirinya sendiri yang memiliki perasaan tidak rela jika Ayu menjadi menantunya.

"Apa yang aku pikirkan, Gendeng! Bukannya Malik menitipkan Ayu untuk aku jaga dan sekarang dia sudah aman bersama keluargaku. Menjadi menantuku bukannya itu bagus untuk Ayu?" Faisal bergumam sendiri sambil memukul keningnya. 

"Dik! Kenapa pintu kamar mandinya di kunci? Aku mau pipis." Faisal menggedor pintu kamar mandi dalam kamar.

"Duh, Mas. Aku lagi pup. Kamu naik ke kamar mandi atas saja, ya." teriak Rianti dari dalam kamar mandi.

"Ya sudah." Faisal kemudian bergegas naik ke lantai atas. 

Dia tidak pernah menggunakan kamar mandi belakang yang dikhususkan untuk pembantu, karena Rianti tidak pernah mengizinkan. Menurut istrinya hal itu tidak baik karena pembantu bisa kurang ajar dan tidak menghormati Faisal sebagai majikan utama mereka. 

Alasan lain yang tidak diketahui Faisal adalah karena Rianti tidak rela suaminya berbagi closet dengan pembantu. Rianti khawatir jika pembantu mulai ngelunjak dan berani merayu majikan. Hal itu sering dia dengar dari teman-teman arisan sehingga Rianti merasa harus berhati-hati.

Faisal segera menuju ke kamar mandi yang jarang digunakan di lantai dua, karena anak-anaknya pun memiliki kamar mandi sendiri dalam kamar mereka. Pria itu tanpa pikir panjang segera membuka pintu yang tidak terkunci. 

"Aaa ...." 

Alangkah terkejutnya Faisal ketika mendengar suara teriakan seorang wanita ketika dia mendorong pintu kamar mandi. Di sana dia melihat Ayu yang berdiri telanjang dengan memegang handuk.

Jantung Faisal berdetak kencang dan aliran darahnya seakan mengalir dengan cepat ketika melihat tubuh molek Ayu tanpa sehelai benangpun.

Dada gadis itu tampak sangat kencang, padat dan oval sempurna dengan puncak mungil yang berwarna coklat muda. Perut Ayu rata dengan pinggang yang ramping dan kulit kuning langsatnya memperjelas kemolekan di tubuh gadis itu. Handuk yang dia pegang di depan tubuh polosnya, tidak dapat menutup sempurna hutan belantara di area sensitifnya. 

Dada Faisal berdesir melihat paha ramping Ayu yang sedikit terbuka. Bayangan mesum berkelebat di dalam pikiran Faisal membayangkan dirinya meraih kenikmatan di antara paha ramping itu. 

Apalagi pepaya yang berukuran besar dan bergelantungan indah itu akan terasa nikmat dalam remasan tangannya. Faisal membayangkan dirinya terbenam di dalam buah segar yang dimiliki Ayu dan merasakan kekenyalannya. 

Faisal masih terpaku lupa dengan niatan awal memasuki kamar mandi tersebut. Keinginan untuk buang air kecil seakan menguap bersama desahan napasnya yang terasa memburu. Pria itu tak dapat mengalihkan pandangannya dari dada Ayu, hingga tidak menyadari jika pepaya itu semakin mendekat ke arahnya.

Ayu menutup pintu di belakang Faisal dan menguncinya. Dia kemudian melepaskan handuk hingga teronggok di bawah kakinya. Gadis itu memegang tangan Faisal dan diarahkan ke bagian buah kembarnya. 

Gadis itu menggigit bibir bawah dengan sensual merasakan kehangatan tangan Faisal di tubuhnya. Ayu menekan tangan Faisal agar membelai lembut pepaya yang bergelantungan indah.

"Mas ....," desah Ayu manja, ketika Faisal tanpa sadar sudah meletakan kedua tangannya di dada Ayu dan memijitnya dengan lembut. 

Mata Faisal terpaku pada kelembutan pepaya dalam remasan tangannya, dia bagaikan terhipnotis dan tanpa sadar mendekatkan diri untuk merasakan kenikmatan puncak di dalam mulutnya. 

"Mas ...," Ayu menggumam merasakan hangatnya lidah Faisal yang menjalar.

Gadis itu secara alami mmbelai rambut Faisal yang sudah tersisir rapi dan meliukan tubuhnya.

"Mas Faisal!" teriakan Rianti membuat Faisal tersentak. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Istri Pertama   Godaan untuk Faisal

    [Jatah aku kasih aja ke mbak Rianti, Mas.]Lalu setelah itu telepon terputus, tidak ada kata-kata perpisahan, tidak ada ucapan 'i love you Mas', bahkan Ayu juga tak merengek minta dibelikan ini itu seperti kebiasaannya saat hari pertama menstruasi. Faisal menatap ponselnya dengan hati geram, ia juga kesal dan bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Ayu bersikap aneh begini?"Masa sih mens doang sampai enggak balas pesanku dari pagi? Dia juga bahkan menolak kedatanganku." Walaupun Faisal berusaha untuk berpikiran positif, namun tetap saja hatinya yang resah membuat dirinya terus menerus memiliki pikiran buruk. Bayangan Ayu berselingkuh, mengkhianati dia setelah semua hal yang ia lakukan untuk bisa bersama dengan gadis dusun itu."Enggak mungkin Ayu mengkhianati aku. Dia enggak kenal siapapun di sini, satu-satunya orang yang dia percaya dan bisa dia andalkan ya hanya aku."Faisal menghibur dirinya sendiri, namun tetap juga dirinya merasa kesal. Sebab dalam bayangannya har

  • Dendam Istri Pertama   Kebohongan Ayu

    Faisal menutup laptopnya dengan cukup kasar, deretan angka-angka yang tersaji di layar monitor membuatnya mual. Padahal biasanya dia santai-santai saja mengecek laporan harian pabrik minyak goreng kecil-kecilannya.Malah biasanya Faisal senang, sebab dia bisa melihat perkembangan usahanya dari hari ke hari. Hanya saja untuk hari ini dirinya sedang tak konsentrasi, dan tak mood untuk melakukan apapun.Semua itu terjadi karena Ayu tak kunjung membalas pesannya."Ke mana sih, dia? Memangnya dia sibuk banget sampai-sampai pesanku juga enggak dibalas?"Faisal meraih ponselnya dari atas meja, kemudian mengecek aplikasi pesan di beda pipih keluaran terbaru itu. Tadinya ia mengira jika saat ini Ayu mungkin telah membalas pesannya, tapi jangankan dibalas, dibaca pun tidak. Padahal Faisal sudah sejak tadi pagi mengirimi perempuan itu chat."Bener-bener deh perempuan itu, bisa-bisanya dia cuekin aku sampai begini. Padahal biasanya dia paling

  • Dendam Istri Pertama   Sogokan untuk Ikka

    Setelah Rianti menebar jala pembalasan dendamnya pada Dilla, sekarang ia akan menebar jala lainnya pada Ikka. Perempuan muda yang tak jauh berbeda dengan Dilla, dan juga Ayu sang pelakor tak tahu diri itu.Rianti mematut dirinya di depan cermin, mengenakan setelan terbaiknya yang membuatnya terlihat lebih berkelas dan elegan. Hanya celana panjang dan kemeja satin, namun pembawaannya yang tenang membuat Rianti terlihat lebih menarik. Dipulaskannya lipstick coral di bibirnya yang lembap, terlihat cantik dan sesuai dengan warna kulitnya. Usianya yang matang tak nampak sedikit pun penuaan di wajahnya, ia malah terlihat jauh lebih muda dari usia sebenarnya. “Sekarang aku harus memastikan Ikka pun melakukan apa yang kuinginkan. Bermain cantik, Rianti. Kamu bisa melakukannya.”Rianti bicara sendiri di depan cermin, menatap sepasang mata yang menatapnya balik dari cermin di hadapannya itu. Sepasang mata yang sudah lelah menangis hingga akhirnya tak bisa mencucurkan air mata lagi.Sepasang m

  • Dendam Istri Pertama   Tawar Menawar

    “Dil, beneran itu cowok buat aku?” Ayu tak bisa memalingkan pandangannya pada sosok pria bertubuh besar tersebut. Wajah pria itu tidak setampan Faisal, meskipun tampaknya berusia lebih muda. Tubuhnya pun membuncit di bagian perut, berbeda dengan suaminya yang rajin push up.“Iya, dia pengusaha batu bara.” Dilla mengedipkan mata.Seperti janjinya pada Ayu, gadis itu memperkenalkan sahabatnya dengan seorang pria yang bisa memenuhi semua kebutuhan -baik di ranjang maupun dompet- wanita itu.“Yakin kamu? Beneran kaya?” Ayu menyenggol lengan DIlla. “Letoy, gak?”“Kamu mau aku cobain dia dulu?” Dilla menantang Ayu.“Gak usah, ah.” Ayu menatap ke arah pusat kelakian lelaki itu. “Biar aku yang memastikan sendiri nanti, kalau gak jago aku tinggal minta putus.” “Bodoh, kamu. Gimana kalau bulanan dia lebih besar dari Mas Faisalmu?” Dilla memutar bola matanya.“Memangnya kamu dapat berapa dari dokter?” Ayu memincingkan mata.Uang bukan menjadi hal yang utama bagi wanita itu, karena dia mendapat

  • Dendam Istri Pertama   10 juta

    Rianti duduk tenang di balik kemudi. Dia menatap ke arah jalanan yang sepi. Matahari sudah masuk ke dalam peraduan dan suasana kelam di area parkiran belakang sebuah restoran makanan cepat saji, tidak membuat Rianti terganggu.Perempuan itu memiliki tingkat kesabaran yang tinggi. Dia saat ini sedang menanti seseorang, meskipun sudah lewat dari waktu yang disepakati, Rianti masih saja sabar menunggu.Dua puluh menit berlalu dari pesan terakhir yang dikirimkan oleh orang tersebut. Rianti masih menunggu dengan sabar. Meskipun beberapa mobil sudah pergi dari area parkir dan digantikan dengan mobil lain, hanya Rianti yang masih setia di tempat yang sama.Pesan tertulis kembali masuk. Rianti melirik dan melihat orang yang dia tunggu sudah tiba. Rianti menebarkan pandangan ke segal

  • Dendam Istri Pertama   Munafik

    Rianti tersenyum tipis ke arah bayi yang saat ini sedang tertidur pulas di sampingnya. Matanya menatap tajam ke arah sosok manusia kecil dengan aroma yang khas, nyaris tak berkedip.Tangan Rianti mencengkram bantal kecil di samping bayi itu. Sangat keras dia meremas bantal itu hingga tangannya memutih. Jika bergeser sedikit tangan itu akan mampu membuat si bayi kesakitan.Wanita itu memandang ke arah jam di dinding. Sekarang sudah pukul sebelas malam dan Faisal belum juga pulang. Perasaan marah semakin memenuhi hatinya. Delapan bulan sudah dia menyatakan perang dalam diam pada Ayu. Merubah diri dengan luar biasa, hingga Rianti yang sederhana menjadi wanita modern. Rambut dan kulitnya semakin indah dan lekuk tubuhnya pun padat berisi. Rianti berhasil mengambil perhatian Faisal dan membuat lelaki itu mengabaikan Ayu. Dia tersenyum sinis di balik topeng bersahaja, menertawakan Ayu yang kelimpungan karena Faisal tidak pernah mau menyentuh wanita itu lagi. Rianti ingin membuktikan satu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status