Salah MengenaliLuna sampai di rumah, dia mengeluarkan semua barang belanjaan dari mobil, di bantu dua satpam."Wah, nyonya belanja banyak sekali, harusnya nyonya memiliki mobil sendiri untuk kegiatan harian nyonya," ucap satpam Tono."Ah tidak perlu pak, saya hanya pergi sesekali," ucap Luna seraya tersenyum."Sepertinya rumah ini akan penuh dengan aroma makanan, nyonya benar benar pandai memasak," ucap satpam Mahmud."Saya bahkan belum pernah makan makanan seenak itu nyonya. Nasi goreng yang tadi pagi saja sangat enak sekali," lanjut satpam Mahmud."Terimakasih pak, semoga saya bisa selalu memberikan yang terbaik untuk keluarga ini," ucap Luna. "Minta tolong ini letakkan di dapur ya pak, saya mau menemui nenek dulu," ucap Luna."Nenek sedang istirahat nyonya, tadi saya membantunya mengambil minum, setelah nenek istirahat saya turun," ucap satpam Tono."Terimakasih ya pak Tono sudah menjaga nenek," ucap Luna."Tidak masalah nyonya, nenek memang harus di jaga, semoga saja lupa ingata
Kenyataan PahitLuna menyiapkan rawon daging ke dalam wadah besar."Aromanya enak sekali," gumam Luna."Kakak, kakak membuat apa?" tanya Jihan yang tiba tiba masuk ke dapur."Rawon, kau suka?" tanya Luna."Ini makanan kesukaan ayah," ucap Jihan."Iya, kau tidak menyukainya?" tanya Jihan."Suka, tapi aku tidak terlalu suka makan berlemak," ucap Jihan."Aku menyiapkan soup rumput laut juga, mungkin kau akan menyukainya," ucap Luna."Wah, iya, aku akan memakannya," ucap Jihan yang kemudian menjatuhkan kecupan di pipi Luna dan bergegas menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua.Jihan membuka kamarnya, melempar tasnya ke atas tempat tidur, lalu menjatuhkan tubuhnya. Jam menunjukkan pukul empat sore, sebentar lagi semua orang akan pulang.Jihan melihat kamarnya bersih dan rapi. Baju di keranjang juga sudah tersimpan di dalam lemari."Ternyata begini rasanya memiliki kakak perempuan," gumam Jihan."Menyenangkan juga, selalu ada makanan enak, seluruh rumah bersih, wangi, dan ada yang mempe
TernyataVero berpelukan mesra dengan wanita itu. Mereka terlihat saling menatap, lalu mulai berciuman, ciuman mesra yang penuh dengan gairah. Vero mengangkat tubuh wanita itu dan membopongnya keluar dari kamar bayi, menuju ke kamar yang berada di sebelahnya. "Aku sudah menunggumu," ucap wanita itu.Dia adalah Rose, wanita yang menjadi istri simpanan Vero. Mereka saling mencintai, namun tidak bisa menikah secara resmi dan terbuka dikarenakan masalah internal yang mereka miliki.Rose adalah putri dari tuan tanah yang beberapa tahun lalu berseteru dengan berlian grup. Mereka bagai musuh bebuyutan, melihat hal itu, tuan Dipo tidak akan mungkin menyetujui hubungan Rose dan Vero. Hubungan mereka sudah sangat jauh, bahkan hingga Rose hamil dan melahirkan. Rose mengatakan kepada keluarganya bahwa dia melanjutkan sekolah S2 hukum di luar negeri, namun nyatanya dia hamil dan bersembunyi. Vero menyembunyikan Rose, dari kedua keluarga, mereka bertemu secara diam diam, setiap akhir pekan. Vero
Penampilan Yang MemalukanLuna menjalankan semua pekerjaan rumah tangga dengan baik, membersihkan rumah, memasak, mengurus nenek Ellin, semuanya selesei dengan baik, nyaris sempurna.Dia tidak mengeluh sedikitpun, dia juga berusaha menerima kenyataan bahwa Vero sama sekali tidak memiliki waktu untuknya, bahkan dihari libur. Luna berusaha menjadi yang terbaik sesuai yang dua mampu dan tingkat kepuasan semua orang di rumah itu nyaris menyentuh angka sempurna."Jihan bisa bantu kakak?" tanya Luna pada Jihan yang sibuk mendengarkan musik di dalam kamarnya."Ya kak?" tanya Jihan setelah menyadari kehadiran kakak iparnya."Bisa bantu kakak?" tanya Luna lagi karna sepertinya Jihan tidak mendengar ucapan sebelumnya."Ya, tentu, apa yang bisa aku bantu?" uca Jihan."Tolong bantu jaga nenek Ellin, kakak harus menyiapkan makan siang untuk teman teman ibu," ucap Luna."Oh itu, tentu. Sebelum ada kakak aku biasa menemani nenek nonton drama kesukaannya, aku akan melakukannya sekarang," ucap Jihan.
Sahabat LamaNyonya Imelda masuk ke dalam mobil. Selama perjalanan pulang dia terus berpikir."Sepertinya aku mengenali wanita itu, tapi dimana ya? aku sepertinya sangat familiar dengan wajahnya," gumam nyonya Imelda. Nyonya Imelda terus memikirkan mengenai menantu nyonya Anna, Luna, sepertinya dia adalah seseorang yang dikenalinya.Di sepanjang perjalanan pulang, nyonya Imelda melihat ke arah jendela pintu mobilnya. Berusaha menikmati pemandangan sore. Dia melewati sebuah universitas ternama di Jakarta, tempat keponakannya dulu belajar. "Oh iya dia, oh iya aku mengenali wanita itu," ucap nyonya Imelda, lalu nyonya Imelda mengambil ponselnya, dia segera menghubungi Radit keponakannya."Halo Radit, malam ini kau ada waktu? tante ingin bertemu, ada yang ingin tante sampaikan," ucap nyonya Imelda setelah sambungan telephonenya terhubung."Iya tante, nanti malam Radit akan mengunjungi tante," ucap Radit di seberang panggilan."Kau harus datang, kau pasti kaget mendengar kabar ini," ucap n
Kenangan LamaRadit sudah terlihat rapi, dia akan pergi ke kantor. Nyonya Imelda terlihat duduk di meja makan, dia menunggu keponakannya untuk makan bersama."Radit, kau akan pergi ke kantor?" tanya nyonya Imelda."Iya tante, hari ini cukup sibuk," ucap Radit."Duduklah dulu, bibi Inah sudah membuatkan susu hangat untukmu," ucap nyonya Imelda."Oh Iya Radit, tante bisa minta tolong?" tanya nyonya Imelda."Apa tante?" tanya Radit."Tante titip berkas ini, kau mampir ke kantor pusat berlian grup, berikan ini pada resepsionis supaya diberikan kepada sekretaris Mike. Ini bukan berkas penting tapi harus diserahkan secara langsung kepada presdir Dipo," ucap nyonya Imelda seraya menyerahkan amplop berwarna coklat yang berukuran cukup besar itu."Begitu ya, baiklah tante, apa isinya?" ucap Radit seraya menerima amplop itu."Itu salinan rancangan proyek hotel graha di Bandung, berlian grup menjadi salah satu investornya," ucap nyonya Imelda."Oh iya Radit, kenapa kau harus membuka firma hukum,
Menyadari semuanyaSejak peristiwa itu, Luna tidak lagi memaksakan kehendaknya, dia berusaha lebih bisa menerima setiap keadaan, berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua ini akan berlalu, akan ada cinta di hati Vero untuknya, entah kapan, dia hanya bisa berharap.Usia pernikahannya hampir menginjak tiga bulan, Vero masih belum menyentuhnya sedikitpun. Luna mulai terbiasa dan berdamai dengan setiap keinginan akan kasih dan sayang dari suaminya.Luna terlihat merias wajahnya, menorehkan bedak juga lipstik. Dari jauh terlihat Vero memperhatikan, ada rasa penasaran, untuk apa malam malam begini Luna merias wajahnya.Tidak cukup sampai disitu, Luna juga mengganti pakaiannya dengan dress cantik berwarna merah. Penampilan Luna sungguh sangat mempesona, kecantikannya terpancar begitu luar biasa."Aku ada janji dengan teman temanku, kita akan pergi melihat live musik band kesukaanku," ucap Luna pada Vero."Apa? kau sudah menikah, acara seperti itu tidak pantas didatangi," ucap Vero."Acaranya a
Pertemuan Tak Terduga Di kantor berlian grup, sekretaris Mike menerima telephone penting dari seseorang."Baik nyonya, saya akan sampaikan, tuan muda Vero sedang ada rapat, sebentar lagi selesei," ucap sekretaris Mike.Telephone itu dari Rose, dia mengabarkan jika baby panda mengalami demam dan harus dibawa ke rumah sakit. Dia terdengar begitu khawatir, seorang diri, bersama anaknya yang sakit.Luna sampai di rumah sakit, dia turun tepat di depan Unit Gawat Darurat. Melihat kaki Luna yang terluka, petugas kesehatan segera membantunya dengan kursi roda. Luna dilarikan ke ruang unit gawat darurat supaya segera mendapatkan pertolongan.Dokter memeriksa luka Luna, beberapa saat mengamati, luka itu cukup dalam namun masih bisa diatasi tanpa operasi. "Kami akan membantu sebisa mungkin untuk mengeluarkan pecahan keramik, semoga bagian yang masuk tidak banyak," ucap dokter."Iya dok," ucap Luna.Di ruang apotik, rumah sakit yang sama, Radit terlihat menebus resep obat."Nyonya Imelda," teri