Share

Angga Tidak Mengijinkan April Tidur Dengan Pria Lain

“Aku akan menghancurkannya,” kata April dengan pandangan lurus dan dingin itu. 

Mendadak udara disini sangat dingin, ketika April mengatakan hal demikian. Tapi Angga, dia menyunggingkan bibirnya. 

“Kamu memang wanita yang berbeda. Aku akan membantumu mencari informasi tentang Leo,” kata Angga. 

Dia menekan komputer di hadapannya. Komputer yang baru terpasang di ruangan ini. Tapi yang membuat April terkejut, dia menuliskan sesuatu di sana, seperti semuanya sudah ada di dalam otak Angga.  

April membelalakan matanya lalu berkata, “Apa yang sedang kamu lakukan dengan itu? Kenapa kamu mengetahuinya dengan baik?!” 

“Itu karena dia bekerja di perusahaan milikku. Jadi kenapa aku harus tidak tahu tentangnya. Apakah aneh?” tanya Angga sambil menatap mata yang berbinar setelah ditatap pria itu. 

“Maksudku, kenapa kamu juga mengetahui banyak hal? Kenapa kamu menuliskan kalimat bahwa dia menyukai dalaman.” April berhenti dengan perkataannya. Dia merasa jijik setelah membayangkannya. “Maksudku, apakah kamu memiliki hubungan spesial dengannya?” lanjut April. 

PUK!

Angga memukul kening April dengan dokumen kosong yang ada di sampingnya. Walaupun itu tidak terasa sakit, tapi April kesal kepada Angga yang berani dengannya. 

April mencondongkan tubuhnya lalu meletakan tangan kirinya ke dada yang bahkan tidak menarik itu. Rambutnya terbang disapu angin bayangan. 

“Aku ini sabuk hitam. Kamu jangan macam-macam padaku!” sentaknya yang membuat Angga tidak bisa mengedipkan matanya dan malah meneteskan air mata. Tidak, bukan karena bersedih. Itu karena ujung rambut April mengenai matanya. 

Angga langsung menarik rambut April ke atas dengan niatnya untuk memperbaiki posisi rambut tersebut. Tapi, yang terjadi sekarang adalah fakta bahwa hati Angga berdebar. Itu karena leher panjang April yang indah. 

“Apa yang sedang kamu lakukan? Apa kamu demam?” tanya April sambil memegang kening Angga dengan punggung tangannya. Tapi reaksi Angga malah terus larut dalam pipi tomat dan telinga yang tiba-tiba terbakar.

“Dasar wanita aneh. Aku ini normal. Penyuka wanita, tapi aku bukan buaya,” sanggahnya dengan malu. Angga masih memikirkan leher jenjang April. 

Sedangkan April memikirkan bahwa pria tegas di hadapannya ini adalah pria tidak normal. Ekspresi wajah April memperlihatkan wajah penggoda. Dia mulai mendorong jari tangannya untuk mengangkat pakaian Angga. Dia akan melihat sesuatu yang memiliki enam atau bahkan delapan kotak. 

Angga menepis tangan April. “Hey! Apakah kamu wanita mesum?! Sungguh tidak terduga jika kamu yang memiliki wajah yang polos ini senang menggoda pria. Apakah pekerjaanmu sebelumnya melakukan sesuatu seperti ini? Mendorong tubuhku ke belakang lalu dasiku …”

“Angga, kamu seperti bukan pria yang normal. Tubuhmu sangat bagus, roti perutmu memiliki satu, dua, tiga, enam! Wah, aku tahu bahwa aku tidak boleh ikut campur, tapi cobalah mencintai wanita daripada pria,” katanya sambil melepaskan cengkramannya dari dasi Angga dan turun dari kursi itu. 

Seperti sudah tidak terjadi apa-apa, April menepuk kedua tangannya seperti sedang membersihkan debu. 

Angga bangkit dari tempat duduknya sambil memperbaiki dasinya itu. Tentunya, tanpa meninggalkan perasaan yang berdegup kencang itu. 

“Kamu pikir aku membangun otot ini untuk seorang pria?! Ini bukan untuk wanita atau bahkan pria. Ini untuk diriku. Daripada tubuhmu yang tidak menarik itu. Apa yang bisa dilihat dari tubuhmu?” kata Angga sambil melihat tubuh April yang rata. 

Sedangkan April pergi mencari cermin yang besar untuk melihat tubuhnya. Dia melihat ke sisi kanan dan kiri. Tidak lupa, membusungkan dadanya.  

“Argh! Apakah aku bisa menggoda dia dengan tubuhku yang kaku ini? Bahkan jika aku seorang wanita, aku akan berakhir menjadi pria yang tidak menarik,” ungkapnya karena bersedih dengan tubuhnya. 

Tapi Angga bertanya-tanya di dalam kepalanya. Dia tidak tahu siapa yang April maksud. Kenapa dia mengatakan seorang pria, pikirnya. 

Angga menghampiri April lalu bertanya, “Siapa pria yang kamu maksud?” Angga menatap April dengan kening yang mengkerut. 

“Leo. Aku membicarakan dia. Kenapa kamu ini lambat sekali,” jawabnya dengan cepat. 

“Apa yang akan kamu lakukan dengan tubuhmu itu? Kamu tidak sedang memikirkan sesuatu yang gila, ‘kan?” tanya Angga sambil memastikan perkataannya. Dia terus membuntuti langkah April, kemanapun dia pergi di ruangan itu. 

“Menurutmu?” April memutar tubuhnya. Sekarang mata mereka saling bertatapan. 

Jantung Angga berdegup kencang meminta lompat. Tapi yang lebih mengganggu pikirannya adalah akasi yang akan April lakukan kepada Leo, pria yang baru dia kenal hari ini. Angga memiliki perasaan yang buruk tentang ini. 

“April, jangan bertindak lebih jauh. Kamu baru mengenal dia hari ini. Bagaimana jika dia berbahaya? Apakah kamu tidak takut dia akan menyakitimu? Bagaimana jika dia memaksamu untuk minum beberapa botol alkohol lalu membawamu ke kamar tidurnya?” tanya Angga. 

Angga tahu bahwa tindakan April sangat gegabah. Angga akan membuat April mencari  cara lain tanpa harus memadam ambisinya untuk membalas dendam kepada Tomi. Tapi memikirkan bahwa Leo akan tidur dengan April, membuat hatinya sakit. 

“Angga, kenapa kamu malah khawatir padaku? Aku yang akan melakukan semua itu, Angga. Aku yang akan menjebak dia dengan alkohol dan mengajaknya tidur denganku,” jawab April dengan wajah yang dimiringkan ke sebelah kiri. 

“Tidak! Aku tidak akan mengizinkannya.” 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status