Share

BAB 3... Memulihkan Dantiannya

Su Chen memaksa menggerakkan tubuhnya untuk duduk. Dia tahu, pemilik tubuh ini baru saja melompat dari atas.

Tulang-tulangnya pasti mengalami retakan dimana.-mana. Secara perlahan, Su Chen melipat kakinya dan duduk bersila.

Walaupun tahu, tubuhnya tidak dapat memadatkan energi di dantiannya, namun Su Chen tidak mau menyerah.

“Aku tahu nirwana punya maksud lain memasukkan jiwaku ke tubuh ini. Dia ingin aku memulai dari awal,” pikir Su Chen.

Saat menjadi penguasa langit, Su Chen telah menyempurnakan satu teknik kultivasi. Namanya teknik Pelahap Naga Qilin. Teknik itu dia ciptakan setelah berhasil menyerap setetes esensi darah Naga Qilin.

Bermodalkan ingatan jiwanya, Su Chen mulai menjalankan teknik kultivasi Pelahap Naga Qilin. “Sayangnya tubuh ini sama sekali tidak mengandung esensi darah naga qilin,” gumamnya.

Su Chen tidak ingin larut dengan kondisi tubuh barunya. Dia mengambil posisi duduk lotus di batu datar itu.

Berkultivasi di alam terbuka seperti ini sebenarnya sangat berbahaya.

Namun Su Chen tidak punya pilihan lain. Jangankan berjalan mencari tempat yang tepat. Berdiri saja, dia akan kesulitan dengan kondisi tubuhnya saat ini.

Tulang-tulangnya remuk, beberapa bagian tubuh yang lebam, serta dantian yang tanpa energi. “Dantian tubuh ini benar-benar seperti cangkang kosong,” pikirnya.

Su Chen sudah duduk dalam posisi lotus hampir lima jam. Namun dia sama sekali belum dapat memadatkan sedikit pun energi di dantiannya.

“Sialan. Separah ini. Pantas saja pemilik tubuh ini dibuang klannya sendiri. Bahkan aku yang seorang Kaisar Langit kesulitan memadatkan energi di dantian tubuh ini,” gumam Su Chen.

Namun dia menolak menyerah. “Ada yang aneh. Dantianku benar-benar normal. Meridian juga bisa mengalirkan energi dengan baik. Aku bahkan merasa meridianku bisa memiliki daya isap energi spiritual yang besar,” pikirnya.

Su Chen membuka matanya. Ia merasa sia-sia melakukan kultivasi. Energi spritual yang mengalir ke tubuhnya melalui meridian seperti menguap begitu saja saat memasuki dantian.

“Celaka, aku benar-benar jadi manusia biasa. Bahkan hanya dalam satu hari tidak makan, perutku ini merasa lapar,” gumamnya dengan kening berkerut. Selama ribuan tahun hidup, jiwa Su Chen baru kali ini merasa benar-benar lapar.

Aku harus cari makanan terlebih dahulu. Sepersekian detik berikutnya, dia berdiri dan melompat dari atas batu. Setelah berjalan lima langkah, Su Chen tiba-tiba menghentikan langkahnya.

“i...ini... kenapa aku tiba-tiba bisa berdiri bahkan berjalan. Seingatku, tadi beberapa tulangku patah,” pikir Su Chen kebingungan.

Namun dia tidak mau memikirkan penyebabnya saat ini. Prioritasnya sekarang adalah mencari makanan. Perutnya benar-benar keroncongan.

Dia terus berjalan menyisiri hutan di jurang itu. “Apel spritual,” gumamnya dengan senyum sumringah. Su Chen akhirnya berhasil menemukan pohon berbuah.

Di dunia fana ini, buah yang ditemukan Su Chen saat ini sangat berharga. Ini jenis tanaman spiritual yang dapat mengenyangkan dan mengisi energi pada dantian. Sayangnya kondisi Su Chen saat ini tidak dapat memadatkan energi spiritual apapun yang masuk.

Su Chen dengan beberapa bagian tubuh masih kesakitan memanjat batang pohon apel spiritual. Untungnya pohon ini belum terlalu tinggi. Kira-kira baru tiga meter.

Rasa sakit pada tubuhnya dikalahkan dengan rasa lapar pada perutnya. Satu, dua, tiga, empat, lima biji. Su Chen berhasil memetik lima biji buah apel spiritual itu.

Su Chen tidak tahu, di dunia luar sana, lima biji apel spiritual ini akan membuatnya kaya. Dia mulai turun perlahan.

“Sepertinya buah ini memang sengaja ditanam untuk aku. Hahahaha,” Su Chen tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang keroncongan.

Su Chen mulai memakan apel itu sedikit demi sedikit. Setelah menghabiskan satu biji, perutnya masih terasa lapar. Su Chen kembali memakan satu biji lainnya.

Setelah menghabiskan tiga biji buah apel spiritual, Su Chen baru merasa perutnya sudah terisi penuh.

“Hmm... Ternyata makan saat lapar seperti tadi benar-benar memuaskan,” batin Su Chen dalam hatinya.

Namun hanya dalam dua menit setelah merasa perutnya sudah terisi penuh, Su Chen tiba-tiba merasa tubuhnya terbakar hebat. Wajah mulai memerah, keringat sudah membasahi tubuhnya.

“Celaka, aku lupa kalau tubuh ini sama sekali tidak dapat mengurai energi yang masuk,” gumamnya.

Su Chen langsung mengambil posisi duduk lotus dan mulai menjalankan Teknik Kultivasi Pelahap Naga Qilin. Dia mencoba memurnikan energi dari apel spiritual yang dimakannya.

Jangankan Su Chen yang belum dapat memadatkan energi di dantiannya, bahkan bagi kultivator yang sudah berada di alam Raja akan kerepotan jika memakan sekaligus tiga biji apel spiritual tadi.

Biasanya, bagi kultivator di alam Raja, memakan setengah dari apel spiritual ini akan dapat segera mengembalikan energi mereka.

Su Chen terus memurnikan energi spiritual yang saat ini ingin meledakkan tubuhnya. Dia benar-benar dibuat frutrasi dengan kondisinya saat ini.

"Benar-benar merepotkan punya tubuh payah. Aku benar-benar ceroboh, tidak memperhitungkan hal ini sama sekali," batinnya dengan penyesalan.

Saat perutnya sudah terisi penuh, dia malah kini dipusingi dengan energi berlimpah dalam tubuhnya yang sama sekali tidak bisa diserap oleh dantiannya. Semakin lama, tubuhnya terasa makin sakit.

Seluruh wajahnya memerah. Bahkan tubuhnya saat ini bergetar hebat menahan rasa sakit. Saat ini, dia benar-benar merasakan rasa sakit yang menyiksa.

Ini mungkin jadi rasa yang begitu menyakitkan yang pertama kali dia rasakan.

Bahkan di kehidupan sebelumnya, dia tidak pernah merasakan sakit seperti ini.

Seluruh tubuhnya seperti terbakar. Su Chen terus menjalankan Teknik Kultivasi Pelahap Naga Qilin. Namun dantiannya sama sekali tidak merespon.

Qin Shan terus memutar otaknya mencari cara menangani masalahnya. Dia sudah tidak tahan lagi.

Seluruh tubuhnya sudah basah oleh keringat. Batu tempatnya duduk bahkan ikut basah karena tetesan keringat.

Jiwanya juga mulai melemah. Saat Su Chen mulai putus asa, biji keabadian di jiwanya tiba-tiba menyala terang dan menjadi setitik cahaya. Cahaya itu makin lama makin terang.

Biji keabadian melayang keluar dari jiwanya dan menuju dantiannya. Cahaya pelangi seperti terbentuk dengan indah di dantiannya saat ini.

Su Chen yang sudah akan kehilangan kesadaran, mengamati dengan serius biji keabadian yang terus memancarkan berbagai warna cahaya di pusat energinya.

Suara retakan tiba-tiba terdengar dari dantiannya. Sesuatu yang kasat mata seperti menguap setelah biji keabadian menyemburkan cahaya di pusat energinya.

"Segel. Siapa yang memasang segel seperti ini di dantian tubuh ini," batin Su Chen.

Setelah beberapa saat cahaya itu meredup. Biji keabadian seperti menyatu dengan dantiannya. Su Chen mempertahankan posisi duduk lotus dengan tetap mengedarkan teknik kultivasinya.

Rasa sakit yang Su Chen derita sedikit demi sedikit mulai menghilang. Dia merasakan kecepatannya dalam memurnikan energi dari apel spiritual juga bertambah.

Saat Su Chen memperhatikan dantiannya, dia melihat perubahan yang nyata pasca biji keabadian melebur ke pusat energinya. Di pusat energinya bahkan mulai tumbuh tunas menyerupai pohon.

Tunas itu hanya memiliki satu daun. Saat ini dantiannya dapat menyimpan energi. Sayangnya, setiap energi yang diserap ikut diserap kembali tunas itu.

Energi spiritual dari apel spiritual yang Su Chen murnikan seperti makanan bagi tunas itu. Dengan rakusnya, tunas itu menyerap setiap energi spiritual yang memasuki dantian.

Setelah dua jam memurnikan energi spiritual yang berlebihan di tubuhnya, Su Chen kini merasakan tubuhnya jauh lebih nyaman. Sementara tunas yang ada di pusat energinya kini berhenti menyerap energi yang masuk.

Su Chen tetap menjalankan teknik kultivasinya. Setelah satu hari satu malam, Su Chen merasakan retakan dari pusat energinya.

Dhuar... dhuar... dhuar...

Dhuat... dhuar... dhuar...

Enam ledakan yang seperti teredam terdengar berturut-turut dari dalam tubuh Su Chen. Dia telah menerobos enam alam sekaligus.

Saat ini Su Chen sudah menjadi kultivator di alam Prajurit tingkat 6. Dia masih terus menjalankan teknik kultivasinya, Su Chen perlu menstabilkan alamnya. Apalagi, dia menetobos hingga enam tingkatan.

Su Chen kini tahu, tubuhnya sebenarnya memiliki potensi yang bagus.

Dia merasa tubuhnya saat ini jauh berpotensi dibanding tubuh di kehidupan sebelumnya.

Setelah lima jam berikutnya, Su Chen, membuka matanya. Dia perlahan berdiri dan merasakan kekuatan pada tubuhnya.

"Lumayan. Sudah di alam prajurit tingkat 6," gumamnya sambil mengepalkan tangannya.

Dia mencari target untuk menguji kekuatannya. Su Chen menyisir pandangannya ke beberapa sudut sebelum menemukan batu yang kira-kira berdiameter dua meter.

Dengan tangan terkepal Su Chen melangkahkan kakinya dan mengarahkan tinjunya ke batu itu.

Dhuar...

Pukulannya meledakkan batu besar tadi. Su Chen tersenyum sumringah. Dia saat ini seperti anak-anak yang mendapat hadiah permen.

Saat di kehidupan pertamanya, dia bahkan tidak sebahagia sekarang saat berhasil menerobos ke alam Raja atau bahkan Raja Agung.

Berdasarkan ingatan Jian Su Chen, dia tahu jika pengetahuan orang-orang yang ada di dunia ini tentang alam kultivasi sepertinya sangat terbatas.

Diingatan yang ditinggalkan pemilik tubuh sebelumnya misalnya, dia hanya tahu orang terkuat yang pernah dia dengar adalah kultivator alam Raja Agung.

Raja Kaili, orang terkuat di wilayah tempat Su Chen saat ini berada berdasarkan ingatan Jian Su Chen hanya kultivator alam Raja.

Merasakan khasiat dari buah apel spiritual. Su Chen memutuskan kembali ke tempat dia menemukan pohon itu. Dia ingin mengambil beberapa buah lagi untuk dia jadikan bekal.

Sayangnya, dia sama sekali tidak memiliki tas penyimpanan ataupun cincin penyimpanan. Su Chen hanya mengambil sepuluh biji apel spiritual lagi.

Dia tidak punya tempat untuk menyimpan buah yang banyak. Buah apel spiritual itu hanya dia bungkus dengan pakaiannya.

Saat ini Su Chen bertelanjang dada. Dia sama sekali tidak perlu lagi khawatir dengan cuaca dingin.

Setelah berhasil memadatkan energi di dantiannya, dia bisa menghalau rasa dingin dengan energi di tubuhnya.

Su Chen mulai melangkahkan kakinya ke area lain. Sebelum mendaki jurang ini ke atas, dia ingin memastikan apa ada harta lain di jurang ini.

Setelah menemukan apel spiritual, Su Chen yakin masih ada harta lain di dalam jurang ini. Su Chen mulai berkeliling. Dia menyapu pandangannya ke setiap sudut yang dilaluinya.

"Seberapa luas sebenarnya jurang ini," gumamnya setelah berjalan lebih dari dua jam namun dia sama sekali belum mencapai ujung dataran yang ada di dasar jurang.

Meskipun demikian, Su Chen benar-benar merasa beruntung, karena dia merasakan energi kaya di dasar jurang ini. "Apa di atas sana, energinya juga sama kaya dengan di sini," batinnya.

Dia sama sekali tidak dapat menemukan perbandingan energi yang terdapat di jurang ini dengan di atas melalui ingatan Jian Su Chen.

Su Chen menghentikan langkahnya. Saat ini matanya sedang menatap sebuah gua yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

***

Di kediaman Klan Jian, seorang wanita paruh baya nampak terus berjalan menyusuri setiap tempat dalam kediaman Jian. Wajahnya muram, matanya memerah. Air mata di pipinya bahkan belum mengering.

Mendengar suara dari arah gerbang, wanita itu berlari mendatangi orang yang datang. “Jian Tao, Jian Tian apa kalian melihat Jian Su Chen?” tanyanya dengan nada memelas.

“Ibu maafkan kami, kami gagal menjaga adik Chen. Tadi sore, adik Chen memaksa kami agar dibiarkan ikut berburu di pinggiran Hutan Naga,” kata Jian Tian

“Benar ibu. Tapi tanpa sepengatahuan kami, kakak Chen tiba-tiba terpisah dari rombongan,” tambah Jian Tao berusaha membohongi wanita tadi.

Wanita itu adalah ibu Jian Su Chen, Mei Yin.

“Setelah mengetahui Kakak Chen terpisah dengan rombongan, kami berusaha mencari hingga memasuki Hutan naga.”

“Kami bahkan hampir mati karena bertemu dengan binatang iblis,” cerita dua kakak beradik itu sambil memperlihatkan darah di tubuh mereka.

Sebelum pulang, Jian Tian dan Jian Tao sengaja mengolesi tubuh mereka dengan darah binatang buas yang mereka bunuh di pinggiran Hutan Naga.

Mendengarkan cerita mereka, Mei Yin langsung jatuh berlutut di tanah. Meskipun tidak mempercayai cerita Jian Tian dan Jian Tao, namun apa yang bisa dia lakukan.

Mei Yin yakin, anaknya sengaja dicelakai oleh dua saudara tirinya itu. Apalagi dia sudah beberapa kali mendapati dua saudara itu ingin mencelakai Jian Su Chen.

“Anakku. Maafkan ibu, tidak bisa menjagamu dengan baik,” pekiknya sambil terus mengalirkan air mata.

Dia mengangkat badannya, memaksakan berdiri kemudian berlari ke kediaman Patriark Klan Jian, Jian Mu.

“Suamiku, selama ini setiap permintaanmu selalu aku penuhi. Aku mohon tolong kirim orang mencari Chen’er,” pinta Mei Yin saat mendapati Jian Mu sedang duduk di kediamannya.

Tidak lama berselang, Jian Tian dan Jian Tao juga tiba di kediaman patriark. “Ayah, kakak Chen hilang di Hutan Naga,” kata Jian Tao dengan nada sedih.

“Panggil Tetua Pertama,” perintah Jian Mu ke pengawal. Mendengarkan hal itu, tatapan berharap nampak jelas dari pandangan mata Mei Yin.

Tak perlu waktu lama, Tetua Pertama Klan Jian akhirnya datang. “Tetua Pertama, Jian Su Chen hilang di Hutan Naga, tolong pimpin orang-orang Klan Jian melakukan pencarian,” kata Jian Mu.

Mendengarkan perintah patriark, Tetua Pertama hanya mengangguk kemudian berjalan meninggalkan kediaman patriark.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ibu pkhturi
banyak bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status