로그인Di sebuah hutan di dunia yang berbeda. Sekelompok manusia sedang menyeret seorang remaja. Remaja itu nampak menyedihkan. Tubuhnya penuh luka.
“Tinggalkan saja dia disini. Sesuai perintah tuan dan tuan muda. Walaupun kita tidak membunuhnya langsung, sampah ini juga akan mati saat bertemu binatang iblis.”Mereka meninggalkan remaja dengan tubuh kurus penuh luka di kedalaman Hutan Naga. Darahnya tak berhenti mengalir dari hidung dan mulutnya.Tak berselang lama, matanya mulai terbuka. “Aku di mana? Apakah mereka benar-benar membuangku di hutan kematian,” gumamnya.Dia menggerakkan tubuhnya dengan berat. Pemuda itu menopang badannya dengan kedua tangannya untuk berdiri.Matanya mengeluarkan air mata. “Apakah aku benar-benar bukan anak ayah. Kenapa mereka tega membuangku,” lirihnya sambil berusaha menggerakkan kakinya melangkah menyusuri hutan.Remaja ini adalah Jian Su Chen. Dia adalah anak dari Patriark Keluarga Jian di Kota Parigi, Kerajaan Kaili.Jian Su Chen dibuang oleh klannya karena dianggap hanya akan menjadi sampah. Di usianya yang sudah memasuki 16 tahun, dia belum bisa memadatkan energi di dantiannya.Malam saat dia dibuang ke Hutan Naga, statusnya sebagai anak tiri di Klan Jian akhirnya terungkap dari mulut orang-orang yang ia anggap keluarga terdekatnya.Saat ini, Jian Su Chen dibuang ke kawasan luar Hutan Naga. Di pinggiran Hutan Naga, memang hanya dihuni oleh binatang buas, namun di area luar hutan biasanya sudah akan ditemukan binatang iblis tingkatan rendah.Jian Su Chen terus berjalan. Nafasnya makin berat. Pandangannya mulai kabur. Tak jauh dari tempatnya, sepasang mata melihatnya dengan serakah.Seekor serigala iblis tingkat 2 sedang memantau Jian Su Chen. Setelah memastikan mangsanya, serigala itu melompat tepat 10 meter di depan Jian Su Chen.Melihat serigala di depannya, dengan mata merah, air liur yang menetes melalui taringnya membuat Jian Su Chen ketakutan. Jangankan dia yang hanya manusia fana. Bahkan kultivator alam prajurit tingkat 5 akan ketakutan jika berhadapan dengan binatang iblis tingkat dua.“Ibu, maafkan aku. Tampaknya aku tidak bisa lagi menemanimu,” gumam Jian Su Chen saat melihat tatapan serigala yang mulai menyipit memelototinya.Kaki belakangnya mulai ditekuk, siap-siap menerjang tubuh lemah Jian Su Chen. Menyaksikan hal itu, Jian Su Chen, juga mulai memasang kuda-kuda bersiap berlari menyelamatkan diri.Namun tenaganya sudah tidak ada lagi. Jangankan untuk berlari. Untuk berjalan saja, dia kesulitan.Saat serigala iblis mulai menerkam, Jian Su Chen memaksakan dirinya untuk berlari. Dia tidak rela tubuhnya jadi mangsa serigala iblis. Meskipun harus mati, setidaknya tubuhnya masih dalam keadaan utuh.Tenaga yang sebelumnya habis, seperti terisi kembali setelah melihat serigala menerkam ke arahnya. Dia terus berlari ke kedalaman, namun serigala yang mengejar juga semakin dekat.Serigala itu mengejar sambil meraung. Ia berusaha membuat mangsanya makin ketakutan. Langkah kakinya makin cepat, suara cakarnya saat menginjak dedaunan kering bahkan terdengar bergemuruh.Jian Su Chen terus berlari. Sayangnya dia menemui jalan buntu. Arah larinya ternyata menuju salah satu jurang di Hutan Naga.Bibir atas serigala terangkat sedikit. Gerakan bibirnya seperti mencibir usaha Jian Su Chen sebelumnya yang berusaha sekuat tenaga melarikan diri namun tetap saja akan menjadi mangsanya.“Lebih baik tubuhku jadi mangsa binatang di bawah jurang dari pada jadi mangsamu,” pekik Jian Su Chen sambil berbalik dan melompat ke dalam jurang.Di sebuah batu datar, dikelilingi pepohonan yang menjulang tinggi, sesosok tubuh nampak tergeletak.Cahaya matahari yang menembus dedaunan mulai menerpa wajahnya. Mata dan bibirnya mulai bergetar.Sedikit demi sedikit, matanya mulai terbuka. “Aku masih hidup? Hahaha... nirwana ternyata belum mengijinkanku mati,” suara tawa terdengar dari sosok tadi.Tak berselang lama, dia mulai menjerit. “Ah... sakit sekali. Rasanya semua tubuhku remuk,” gumamnya.“Tidak... aku dimana? Suaraku kenapa berubah,” katanya.Tangannya mulai merabah tubuhnya. Tangannya digerakkan dengan merabah kepala hingga kakinya. Saat melihat tampilan tubuhnya, dia terdiam.“Apakah aku terlahir kembali? Tapi aku tampaknya lahir di tubuh seorang pemuda. Kenapa ini bisa terjadi,” pikirnya.Dia adalah Jian Su Chen yang jiwanya diisi oleh Kaisar Agung Su Chen. Saat jatuh dari jurang, tubuh Jian Su Chen mengalami patah tulang dibeberapa bagian. Jiwanya tak sanggup bertahan.Sementara jiwa Kaisar Agung Su Chen, penguasa langit, selamat saat dirinya meledakkan tubuhnya di Istana Langit.Tak berselang lama, kepala Su Chen diserang sakit yang luar biasa. Ingatannya seperti tercampur. Ingatan dari pemilik tubuh, Jian Su Chen mulai memasuki lautan kesadarannya.“Ternyata begitu. Aku Su Chen akan membalaskan dendammu di dunia ini. Dendammu adalah dendamku,” gumamnya. Ia kini memiliki ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya, Jian Su Chen.“Mulai sekarang, namaku adalah Su Chen,” gumamnya merujuk pada ingatan pemilik tubuh.Jiwa Su Chen mulai memeriksa tubuh barunya. “Benar-benar sial. Kenapa aku dikirim ke tubuh yang bahkan tidak bisa memadatkan energi di dantiannya.”“Aku adalah Kaisar Agung, bagaimana mungkin aku menyerah hanya karena masalah begini. Aku mungkin ditakdirkan untuk memulai dari awal,” pikir Su Chen.Usianya saat ini memang baru 16 tahun. Tapi jiwanya sudah berusia ribuan tahun. Dia adalah penguasa tertinggi di langit ketujuh.“Apa.. Biji Keabadian ternyata tertanam di jiwaku. Hahaha... aku sungguh beruntung,” kata Su Chen setelah mengamati kelainan di kekuatan jiwanya.Meleburnya biji keabadian dengan jiwanya, membuat Su Chen yakin bisa melampaui pencapaiannya di kehidupan sebelumnya. “Karena aku ditakdirkan kembali ke dunia fana. Maka aku tidak akan mengulangi tiap kesalahanku sebelumnya,” gumamnya.Secara perlahan otot-otot Song Quon yang awalnya mengembang mulai normall kembali. Uratnya yang keluar juga mulai mengerut. Kulitnya tidak secerah sebelumnya. Song Quon yang menyadari perubahan tubuhnya berwajah pucat. Aliran energinya jelas mulai mengalami kekacauan. Dia merasakan meridiannya menyempit sehingga menghambat aliran energi dari dantiannya. “Sial! Pantas guru memintaku menggunakan ini hanya dalam situasi hidup dan mati. Efeknya membuat meridianku mengalami penyempitan,” batin Song Quon dengan wajah yang bahkan terlihat mulai menghitam lalu menjalar ke seluruh bagian tubuhnya. Di depannya, Su Chen tersenyum mengejek. “Dasar bodoh! Basis kultivasimu bahkan baru serendah itu namun kamu sudah menggunakan pil perusak seperti itu. Apa tidak ada orang di Sekte Pulau Merah yang memberitahumu?” kata Su Chen dengan wajah mencibir. Song Quon makin muram mendengar perkataan Su Chen. Dia tak menyangka jika anak angkat Klan Lian ini ternyata tahu banyak tentang pil yang digunak
Di dalam arena pertarungan, Song Quon mengusap darah di mulutnya sambil menatap Su Chen penuh kebencian. Dia sudah berguru lebih dari tiga tahun di Sekte Pulau Merah, bisa-bisanya dia pulang ke Kota Naga Biru malah bertemu dengan anak pungut yang mempermalukannya di atas arena bergengsi di Kota Naga Biru. “Kamu kira dengan kemampuanmu yang tak seberapa itu, kamu bisa mengalahkanku? Cih… Jangan harap! Aku adalah murid Sekte Pulau Merah, aku memiliki sumber daya yang tak dimiliki anak miskin sepertimu,” katanya dengan mata memerah. Patriark Lian di atas panggung utama tersenyum mencibir mendengar cibiran Song Quon pada Su Chen. “Patriark Song… Sepertinya cucumu sudah kehabisan cara untuk mengalahkan cucuku makanya dia mencoba mempengaruhinya dengan kata-kata tidak masuk diakal. Sayangnya, cucuku tidak akan terpengaruh dengan provokasi murahan seperti itu,” cibir Patriark Lian. Su Chen sendiri hanya tersenyum mengejek mendengar itu. Hanya murid dari sekte lemah dan berani menyebutnya
Song Quon berusaha menopang tubuhnya untuk bangkit lalu meraih pedang spiritual yang tadi terlepas dari genggamannya. Tatapannya menajam ke arah Su Chen. Dia tidak percaya, lawannya ini bisa mejatuhkannya dan membuatnya mengalami luka dalam dalam satu serangan. “Sial! Kekuatannya benar-benar di luar dari perkiraanku. Dia bisa dengan mudah membaca gerakanku,” batin Murid Sekte Pulau Merah itu. Dia pulang ke Kota Naga Biru sambil membawa kebanggaan sebagai murid salah satu tetua utama sekte. Namun di pertarungan ini, bisa-bisanya di terancam dikalahkan oleh seorang anak pungut. Di sudut berbeda, Su Chen kembali mengepalkan tinjunya. Tatapannya sangat tenang, namun dari caranya memandang Song Quon, sangat mirip dengan binatang spiritual yang bersiap memangsa korbannya. Su Chen bergerak dengan tangan kosong ke arah Song Quon yang sudah bersiap dengan pedangnya. Melihat Su Chen bergerak, pemuda itu ikut bergerak ke depan sambil menyeret pedangnya. Semua orang yang menyaksikan diam menun
Siapapun yang memulai menyerang akan didiskualifikasi dari turnamen ini. Su Chen hanya tersenyum mencibir kemudian duduk dalam kondisi lotus seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya. Tadi, dia memang sengaja memancing emosi Song Quon. Aksinya ternyata berhasil sebelum digagalkan oleh Patriark Song.Su Chen kemudian menoleh ke Song Quon dan kembali memancing amarah Song Quon. "Kamu beruntung karena masih terus dibawah pengawasan kakekmu. Aku bahkan curiga, tidurpun kamu masih ditemani kakekmu," kata Su Chen kemudian menutup matanya.Song Quon hanya bisa meraung mendengar setiap provokasi dari Su Chen. Dia tidak menyangka, anak angkat Klan Lian ini ternyata memiliki lidah yang tajam."Lihat saja nanti, aku akan mematahkan setiap inci dari tubuhmu. Lidahmu akan kuiris dan kujadikan liontin untuk kalung binatang spiritualku," kata Song Quon dengan wajah bergetar saking marahnya.Sayangnya, Su Chen sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Dia terlihat sangat tenang dengan pos
"Ah... wajahku," teriakan Kong Jinhai kembali memecah keheningan. Dia melepaskan tingkat spiritualnya dan berusaha mengusap wajahnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sendiri sudah tidak dapat difungsikan.Kong Jinhai merasa wajahnya terbakar setelah ditiup oleh Su Chen. Orang-orang yang melihat itu juga ikut tercengang. Mereka tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan Kong Jinhai.Bahkan pria tua yang memimpin pertarungan juga penasaran dengan teknik yang Su Chen gunakan sehingga membuat Kong Jinhai teriak kesakitan dengan terus menerus mengusap wajahnya. Dia hanya melihat Su Chen meniup ke arah Kong Jinhai. Dia juga memastikan jika tiupan Su Chen itu adalah teknik bela diri, sehingga tidak menghentikan pertarungan ini.Di atas panggung utama, Patariak Song berdiri dan memprotes aksi Su Chen yang membuat Kong Jinhai menderita seperti saat ini. Sayangnya protes yang ia layangkan ke Tuan Kota Dong Sheng tidak diterima.Dong Sheng juga melihat dengan jelas, Su Chen hanya me
Su Chen berdiri di atas arena dengan raut wajah tenang. Taun Kota Dong Sheng yang mengamati itu dari jauh bahkan memuji ketenangan pemuda ini.Sementara Kong Jinhai di sisi lainnya, menatap Su Chen dengan wajah sangarnya. Sayangnya, provokasi yang terus ia lakukan sejak awal sama sekali tidak mempengaruhi mental Su Chen. Pria tua di atas panggung tinggi mulai mengangkat tangannya. Setelah mendapat jawaban kesiapan dari dua peserta, dia pun mempersilahkan Su Chen dan Kong Jinghai untuk memulai pertarungan.Su Chen tidak begeming dari tempatnya. Dia seperti menunggu Kong Jinhai melakukan serangan terlebih dahulu. Kong Jinhai tidak ingin lengah sedikit pun. Melihat Su Chen hanya diam, dia mengernyit dan tidak tergesa-gesa langsung melakukan serangan.Dia sudah memperhatikan Su Chen di dua pertarungan sebelumnya. Kini dia dibuat bingung, karena saat berhadapan dengan Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song, Su Chen begitu ganas dengan langsung melakukan serangan."Apa kamu memiliki rencan







