Home / Fantasi / Dendam Penguasa Langit / BAB 2.. Terlahir Kembali di Dunia Fana

Share

BAB 2.. Terlahir Kembali di Dunia Fana

last update Last Updated: 2023-11-02 13:37:09

Di sebuah hutan di dunia yang berbeda. Sekelompok manusia sedang menyeret seorang remaja. Remaja itu nampak menyedihkan. Tubuhnya penuh luka.

“Tinggalkan saja dia disini. Sesuai perintah tuan dan tuan muda. Walaupun kita tidak membunuhnya langsung, sampah ini juga akan mati saat bertemu binatang iblis.”

Mereka meninggalkan remaja dengan tubuh kurus penuh luka di kedalaman Hutan Naga. Darahnya tak berhenti mengalir dari hidung dan mulutnya.

Tak berselang lama, matanya mulai terbuka. “Aku di mana? Apakah mereka benar-benar membuangku di hutan kematian,” gumamnya.

Dia menggerakkan tubuhnya dengan berat. Pemuda itu menopang badannya dengan kedua tangannya untuk berdiri.

Matanya mengeluarkan air mata. “Apakah aku benar-benar bukan anak ayah. Kenapa mereka tega membuangku,” lirihnya sambil berusaha menggerakkan kakinya melangkah menyusuri hutan.

Remaja ini adalah Jian Su Chen. Dia adalah anak dari Patriark Keluarga Jian di Kota Parigi, Kerajaan Kaili.

Jian Su Chen dibuang oleh klannya karena dianggap hanya akan menjadi sampah. Di usianya yang sudah memasuki 16 tahun, dia belum bisa memadatkan energi di dantiannya.

Malam saat dia dibuang ke Hutan Naga, statusnya sebagai anak tiri di Klan Jian akhirnya terungkap dari mulut orang-orang yang ia anggap keluarga terdekatnya.

Saat ini, Jian Su Chen dibuang ke kawasan luar Hutan Naga. Di pinggiran Hutan Naga, memang hanya dihuni oleh binatang buas, namun di area luar hutan biasanya sudah akan ditemukan binatang iblis tingkatan rendah.

Jian Su Chen terus berjalan. Nafasnya makin berat. Pandangannya mulai kabur. Tak jauh dari tempatnya, sepasang mata melihatnya dengan serakah.

Seekor serigala iblis tingkat 2 sedang memantau Jian Su Chen. Setelah memastikan mangsanya, serigala itu melompat tepat 10 meter di depan Jian Su Chen.

Melihat serigala di depannya, dengan mata merah, air liur yang menetes melalui taringnya membuat Jian Su Chen ketakutan. Jangankan dia yang hanya manusia fana. Bahkan kultivator alam prajurit tingkat 5 akan ketakutan jika berhadapan dengan binatang iblis tingkat dua.

“Ibu, maafkan aku. Tampaknya aku tidak bisa lagi menemanimu,” gumam Jian Su Chen saat melihat tatapan serigala yang mulai menyipit memelototinya.

Kaki belakangnya mulai ditekuk, siap-siap menerjang tubuh lemah Jian Su Chen. Menyaksikan hal itu, Jian Su Chen, juga mulai memasang kuda-kuda bersiap berlari menyelamatkan diri.

Namun tenaganya sudah tidak ada lagi. Jangankan untuk berlari. Untuk berjalan saja, dia kesulitan.

Saat serigala iblis mulai menerkam, Jian Su Chen memaksakan dirinya untuk berlari. Dia tidak rela tubuhnya jadi mangsa serigala iblis. Meskipun harus mati, setidaknya tubuhnya masih dalam keadaan utuh.

Tenaga yang sebelumnya habis, seperti terisi kembali setelah melihat serigala menerkam ke arahnya. Dia terus berlari ke kedalaman, namun serigala yang mengejar juga semakin dekat.

Serigala itu mengejar sambil meraung. Ia berusaha membuat mangsanya makin ketakutan. Langkah kakinya makin cepat, suara cakarnya saat menginjak dedaunan kering bahkan terdengar bergemuruh.

Jian Su Chen terus berlari. Sayangnya dia menemui jalan buntu. Arah larinya ternyata menuju salah satu jurang di Hutan Naga.

Bibir atas serigala terangkat sedikit. Gerakan bibirnya seperti mencibir usaha Jian Su Chen sebelumnya yang berusaha sekuat tenaga melarikan diri namun tetap saja akan menjadi mangsanya.

“Lebih baik tubuhku jadi mangsa binatang di bawah jurang dari pada jadi mangsamu,” pekik Jian Su Chen sambil berbalik dan melompat ke dalam jurang.

Di sebuah batu datar, dikelilingi pepohonan yang menjulang tinggi, sesosok tubuh nampak tergeletak.

Cahaya matahari yang menembus dedaunan mulai menerpa wajahnya. Mata dan bibirnya mulai bergetar.

Sedikit demi sedikit, matanya mulai terbuka. “Aku masih hidup? Hahaha... nirwana ternyata belum mengijinkanku mati,” suara tawa terdengar dari sosok tadi.

Tak berselang lama, dia mulai menjerit. “Ah... sakit sekali. Rasanya semua tubuhku remuk,” gumamnya.

“Tidak... aku dimana? Suaraku kenapa berubah,” katanya.

Tangannya mulai merabah tubuhnya. Tangannya digerakkan dengan merabah kepala hingga kakinya. Saat melihat tampilan tubuhnya, dia terdiam.

“Apakah aku terlahir kembali? Tapi aku tampaknya lahir di tubuh seorang pemuda. Kenapa ini bisa terjadi,” pikirnya.

Dia adalah Jian Su Chen yang jiwanya diisi oleh Kaisar Agung Su Chen. Saat jatuh dari jurang, tubuh Jian Su Chen mengalami patah tulang dibeberapa bagian. Jiwanya tak sanggup bertahan.

Sementara jiwa Kaisar Agung Su Chen, penguasa langit, selamat saat dirinya meledakkan tubuhnya di Istana Langit.

Tak berselang lama, kepala Su Chen diserang sakit yang luar biasa. Ingatannya seperti tercampur. Ingatan dari pemilik tubuh, Jian Su Chen mulai memasuki lautan kesadarannya.

“Ternyata begitu. Aku Su Chen akan membalaskan dendammu di dunia ini. Dendammu adalah dendamku,” gumamnya. Ia kini memiliki ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya, Jian Su Chen.

“Mulai sekarang, namaku adalah Su Chen,” gumamnya merujuk pada ingatan pemilik tubuh.

Jiwa Su Chen mulai memeriksa tubuh barunya. “Benar-benar sial. Kenapa aku dikirim ke tubuh yang bahkan tidak bisa memadatkan energi di dantiannya.”

“Aku adalah Kaisar Agung, bagaimana mungkin aku menyerah hanya karena masalah begini. Aku mungkin ditakdirkan untuk memulai dari awal,” pikir Su Chen.

Usianya saat ini memang baru 16 tahun. Tapi jiwanya sudah berusia ribuan tahun. Dia adalah penguasa tertinggi di langit ketujuh.

“Apa.. Biji Keabadian ternyata tertanam di jiwaku. Hahaha... aku sungguh beruntung,” kata Su Chen setelah mengamati kelainan di kekuatan jiwanya.

Meleburnya biji keabadian dengan jiwanya, membuat Su Chen yakin bisa melampaui pencapaiannya di kehidupan sebelumnya. “Karena aku ditakdirkan kembali ke dunia fana. Maka aku tidak akan mengulangi tiap kesalahanku sebelumnya,” gumamnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 35... Song Quon Tak Terkendali

    Siapapun yang memulai menyerang akan didiskualifikasi dari turnamen ini. Su Chen hanya tersenyum mencibir kemudian duduk dalam kondisi lotus seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya. Tadi, dia memang sengaja memancing emosi Song Quon. Aksinya ternyata berhasil sebelum digagalkan oleh Patriark Song.Su Chen kemudian menoleh ke Song Quon dan kembali memancing amarah Song Quon. "Kamu beruntung karena masih terus dibawah pengawasan kakekmu. Aku bahkan curiga, tidurpun kamu masih ditemani kakekmu," kata Su Chen kemudian menutup matanya.Song Quon hanya bisa meraung mendengar setiap provokasi dari Su Chen. Dia tidak menyangka, anak angkat Klan Lian ini ternyata memiliki lidah yang tajam."Lihat saja nanti, aku akan mematahkan setiap inci dari tubuhmu. Lidahmu akan kuiris dan kujadikan liontin untuk kalung binatang spiritualku," kata Song Quon dengan wajah bergetar saking marahnya.Sayangnya, Su Chen sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Dia terlihat sangat tenang dengan pos

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 34... Kematin Kong Jinhai yang Tragis

    "Ah... wajahku," teriakan Kong Jinhai kembali memecah keheningan. Dia melepaskan tingkat spiritualnya dan berusaha mengusap wajahnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sendiri sudah tidak dapat difungsikan.Kong Jinhai merasa wajahnya terbakar setelah ditiup oleh Su Chen. Orang-orang yang melihat itu juga ikut tercengang. Mereka tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan Kong Jinhai.Bahkan pria tua yang memimpin pertarungan juga penasaran dengan teknik yang Su Chen gunakan sehingga membuat Kong Jinhai teriak kesakitan dengan terus menerus mengusap wajahnya. Dia hanya melihat Su Chen meniup ke arah Kong Jinhai. Dia juga memastikan jika tiupan Su Chen itu adalah teknik bela diri, sehingga tidak menghentikan pertarungan ini.Di atas panggung utama, Patariak Song berdiri dan memprotes aksi Su Chen yang membuat Kong Jinhai menderita seperti saat ini. Sayangnya protes yang ia layangkan ke Tuan Kota Dong Sheng tidak diterima.Dong Sheng juga melihat dengan jelas, Su Chen hanya me

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 33... Tiupan yang Mengecoh Kong Jinhai

    Su Chen berdiri di atas arena dengan raut wajah tenang. Taun Kota Dong Sheng yang mengamati itu dari jauh bahkan memuji ketenangan pemuda ini.Sementara Kong Jinhai di sisi lainnya, menatap Su Chen dengan wajah sangarnya. Sayangnya, provokasi yang terus ia lakukan sejak awal sama sekali tidak mempengaruhi mental Su Chen. Pria tua di atas panggung tinggi mulai mengangkat tangannya. Setelah mendapat jawaban kesiapan dari dua peserta, dia pun mempersilahkan Su Chen dan Kong Jinghai untuk memulai pertarungan.Su Chen tidak begeming dari tempatnya. Dia seperti menunggu Kong Jinhai melakukan serangan terlebih dahulu. Kong Jinhai tidak ingin lengah sedikit pun. Melihat Su Chen hanya diam, dia mengernyit dan tidak tergesa-gesa langsung melakukan serangan.Dia sudah memperhatikan Su Chen di dua pertarungan sebelumnya. Kini dia dibuat bingung, karena saat berhadapan dengan Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song, Su Chen begitu ganas dengan langsung melakukan serangan."Apa kamu memiliki rencan

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 32... Su Chen Versus Kong Jinhai

    Pertarungan sengit terus diperlihatkan oleh Song Quon dan Qing Lao di atas arena. Pertarungan ini sekaligus menunjukkan jika bakat yang dimiliki cucu Patriark Qing itu sama sekali tidak kalah oleh Song Quon.Selama ini, nama Song Quon begitu populer di Kota Naga Biru. Dia diangggap sebagai pemuda Kota Naga Biru yang paling jenius. Namun anggapan itu kini mulai berubah setelah ribuan penonton melihat Qing Lao bahkan bisa bertahan selama ini.Hampir semua penonton tahu, jika Song Quon memiliki basis kultivasi yang lebih tinggi dari Qing Lao. Namun yang terjadi terjadi di atas arena memperlihatkan Qing Lao yang bisa mengimbangi kekuatan dari Song Quon."Ternyata selama ini, kita terlalu menganggap tinggi Tuan Muda Song. Dia tidak sekuat yang aku perkirakan.""Benar. Bahkan Tuan Muda Qing yang memiliki basis kultivasi lebih rendah satu tingkat bisa mengimbanginya," orang-orang kembali berdiskusi saat melihat pertarungan yang terjadi.Meskipun demikian, orang-orang ini tidak tahu, jika Qin

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 31... Teknik Nafas Naga

    Dua kali perputaran tabung pasir pengukur waktu sudah selesai. Empat peserta yang melaju ke babak berikutnya kembali diminta untuk bersiap-siap.Meskipun di alun-alun kota ini ada dua arena yang awalnya disiapkan oleh kediaman Tuan Kota Naga Biru, saat ini tersisa satu arena yang sudah diperluas dibanding saat digunakan di babak-babak sebelumnya.Antusiasme penonton juga sama sekali tidak menurun. Jumlah orang bahkan bertambah banyak. Hari memang suda pagi, sehingga beberapa orang yang awalnya memilih pulang, kini kembali lagi untuk menyaksikan pertarungan yang menentukan.Pria tua yang memimpin pertarungan di babak sebelumnya, kembali berjalan menuruni panggung utama. Dia menuju panggung tinggi yang ada di sekitar arena."Pertarungan pertama untuk babak ini, yakni Song Quon dari Klan Song menghadapi Qing Lao dari Klan Qing. Nama yang saya sebutkan supaya menaiki arena," suara pria tua itu menggelegar hingga didengar oleh semua orang yang ada di tempat itu.Mata ribuan orang kini tert

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 30... Memasuki Babak Pertarungan Satu Lawan Satu

    Saat Patriark Klan Song meledakkan aura Prajurit Surgawi tingkat enam dari tubuhnya, di kursi lainnya, Pariark Lian juga berdiri dengan melepaskan aura dari basis kultivasi yang sama dengan Patriark Song."Kamu berani, hadapi dulu aku," kata Patriark Lian yang saat ini langsung bergerak menghalau gerakan Patriark Song."Berhenti! Siapapun yang mengganggu jalannnya kompetisi akan berhadapan denganku. Kalau tidak percaya, coba saja," suara Tuan Kota Dong Seng, terdengar menggelegar.Aura Prajurit Surgawi tingkat 7 juga meledak dari tubuhnya. Aura Patriak Song dan Patriark Lian yang awalnya mendominasi di tempat itu, tenggelam setelah Dong Sheng melepaskan auranya.Para penonton mengalihkan pandangan mereka dari arena pertarungan ke panggung utama. Su Chen yang memperhatikan reaksi Patriark Song sejak tadi, menyipitkan matanya."Tunggu saja, saat aku bisa menanganimu, aku akan menghancurkan klanmu," batin Su Chen.Sementara itu, Patriark Lian yang mendengar Tuan Kota Dong Sheng sudah tur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status