Home / Fantasi / Dendam Penguasa Langit / BAB 4... Menemukan Tumpukan Tulang

Share

BAB 4... Menemukan Tumpukan Tulang

last update Huling Na-update: 2023-11-02 13:56:05

Di dinding jurang, sebuah lubang dengan diameter besar terpampang jelas di mata Su Chen. Dia melangkahkan kakinya dengan pelan.

Saat ini, Su Chen berdiri dua meter dari gua itu. Dia merasakan energi pekat disertai aura kematian yang begitu kental menyeruak keluar dari gua.

Su Chen terpaku di tempatnya. Dia seperti familiar dengan aura yang menyembur keluar dari gua itu.

"Aura ini benar-benar terasa sangat kuno," batinnya sambil menggerakkan kakinya dua langkah ke mulut gua.

Dia sudah berdiri pas di mulut gua. Selain energi yang lebih kaya dan aura kematian yang familiar, Su Chen tidak merasakan apapun lagi.

Su Chen melepaskan indera spiritualnya. Dia tidak ingin menjadi mangsa mahluk penghuni gua ini. Di kehidupannya yang baru ini, Su Chen sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak sesembrono di kehidupan pertamanya.

Setelah memastikan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam gua, ia pun kembali melangkahkan kakinya. Semakin ke dalam, Su Chen merasakan aura kematian yang makin pekat.

Energi yang terasa juga semakin kaya. Su Chen yakin, pasti ada harta langka di dalam gua itu.

Saat berjalan lebih kedalam, suasana di dalam gua makin remang. Cahaya yang menjangkau kedalaman gua sudah terbatas.

Krak...

Su Chen menghentikan langkahnya. Dia menginjak sesuatu yang menimbulkan bunyi retak. Su Chen menunduk dan mengambil sesuatu dari bawah telapak kakinya.

"Tulang manusia," batinnya.

Saat Su Chen maju lebih dari sepuluh langkah, dia melihat banyak tulang belulang binatang spiritual yang berserakan. Selain itu, beberapa tulang mirip tulang manusia.

"Usia tulang ini sepertinya sudah ratusan atau bahkan ribuan tahun," lirih Su Chen. Beberapa bahkan sudah ditumbuhi lumut.

Su Chen tidak terpengaruh dengan tulang yang berserakan, dia tidak menghentikan langkahnya. Semakin jauh dia melangkah aura kematian juga makin pekat.

Dia mulai merasakan adanya tekanan yang ditimbulkan dari aura itu. "Sebenarnya ada apa di dalam sana," batinnya sambil terus melangkah jauh.

Sudah lebih dari dua puluh menit lamanya Su Chen menyusuri gua ini. Namun dia belum melihat ujungnya.

Su Chen terus berjalan. Dia juga merasakan, semakin ke dalam, tubuhnya makin berat digerakkan. Su Chen tiba-tiba menghentikan langkahnya. Tubuhnya terpaku di tempat. Matanya terfokus ke satu titik di depannya.

Tumpukan tulang menggunung sekitar seratus meter di depannya.

Di sebelah tumpukan tulang itu, ada tulang yang masih terbentuk sempurna menyerupai binatang spiritual kuno.

"Bagaimana mungkin, binatang ini ada di dunia fana ini. Bahkan di kehidupan pertamaku, aku hanya menemukan jejaknya," batin Su Chen dengan raut wajah tidak percaya.

Dari aura kematian yang dia rasakan, Su Chen yakin jika itu dipancarkan dari tulang-tulang yang ada didepannya. Saat sisa tulang, tekanannya bahkan masih begitu kuat.

Su Chen melangkahkan kakinya perlahan. Semakin dekat, dia merasa beban pada tubuhnya makin besar. Matanya juga bersinar serakah. Kegembiraan tak terhingga menghinggapi hatinya.

Su Chen, kembali menghentikan langkahnya. Tubuhnya seperti akan meledak, aura kematian yang menyeruak dari tulang yang masih tersusun rapi itu benar-benar tidak dapat ditanggung oleh tubuhnya.

"Ini benar, Naga Qilin. Sepertinya alamnya sudah mencapai tingkat Kaisar," batin Qin Shan yang melihat dengan jelas tulang salah satu binatang spiritual terkuat yang pernah ada.

"Pantas saja gua ini begitu besar, ternyata tempat berdiam naga kuno ini," batinnya, sambil terus menahan aura kematian yang seperti ingin menggerogoti tubuhnya.

Dari aura kematian yang dipancarkan dari tulang-tulang Naga Qilin, Su Chen yakin, naga ini sudah membunuh sangat banyak binatang spiritual lainnya dan kultivator manusia.

"Nirwana benar-benar sangat baik padaku," gumam Su Chen. Dia tahu betul, tulang-tulang binatang kuno didepannya ini sangat bernilai.

Jangankan di dunia fana, bahkan jika ini ditemukan di dunia langit, akan mengakibatkan perang besar. Semua kelompok bahkan kaisar langit sekalipun akan memperebutkan tulang ini.

Tulang-tulang binatang kuno yang kuat bisa menjadi bahan yang tak ternilai dalam meningkatkan kekuatan tubuh seorang kultivator. Apalagi, tulang di depannya ini adalah tulang Naga Qilin, binatang spiritual yang sempat mendominasi dunia.

Binatang ini bisa membelah kehampaan dan berpindah dunia dengan kekuatannya. Su Chen menduga, Naga Qilin yang ada di depannya ini sengaja ke dunia fana untuk mati.

"Sepertinya dia sudah tahu, usianya tidak lama lagi. Sehingga mengubur tubuhnya di dunia yang lemah ini," batinnya.

Saat ini tubuh Su Chen sudah dibasahi oleh keringat. Dia merasakan tekanan yang sangat besar. Jaraknya ke tulang Naga Qilin sisa beberapa langkah.

Namun untuk mengangkat kakinya satu langkah, Su Chen benar-benar kesulitan. Sambil menggeretakkan giginya, dia mengangkat kaki kanannya dengan susah payah.

"Sialan! Alamku benar-benar sangat rendah. Bahkan aura dari tulang-tulang ini sangat sulit aku lawan," pikirnya.

Su Chen merasakan tubuhnya akan retak akibat menahan tekanan yang ada. Jaraknya saat ini kira-kira sisa enam langkah.

Namun jangankan enam langkah, satu langkah saja Su Chen sudah tidak mampu.

"Apa aku harus menunggu alamku lebih tinggi baru ke sini lagi," pikirnya.

Biji keabadian yang berubah menjadi tunas di pusat energinya, tiba-tiba merespon. Satu daun pada tunas itu bersinar terang.

Daun itu memancarkan cahaya terang dan menyembur keluar mengisi setiap bagian tubuh Su Chen. Gua itu kini terang benderang.

Tubuh Su Chen terlihat seperti dewa yang turun ke dunia. Seluruh tubuhnya bercahaya membuat aura kematian yang awalnya memenuhi gua menguap setelah benturan dengan cahaya dari tubuh Su Chen.

Aura agung menyertai cahaya dari tubuhnya. Su Chen dibuat tidak percaya dengan kejadian ini. Dia tidak menyangka tunas dari biji keabadian yang ada di pusat energinya bisa melakukan hal se luar biasa ini.

Tubuhnya yang awalnya begitu kesakitan menahan tekanan dari tulang belulang kini terasa sangat ringan. Dia sama sekali sudah tidak merasakan tekanan apapun.

Su Chen melangkahkan kakinya dengan enteng. Saat ini tangannya bergetar saat akan menyentuh tulang yang masih tersusun rapi di depannya.

Wajahnya dipenuhi kebahagian. Jangankan sekarang, saat dia masih sangat lemah. Bahkan saat dia berada di puncaknya di kehidupan pertamanya, Su Chen juga pasti akan sangat bahagia jika menemukan tulang Naga Qilin ini.

Di kehidupan pertamanya, dia hanya berhasil menemukan setetes esensi darah Naga Qilin dan membuatnya berkembang pesat. Saat ini, di depannya ada tubuh utuh Naga Qilin.

Su Chen mengusap dengan lembut tulang Naga Qilin. Saat tangannya menyentuh tulang kepala Naga Qilin, setitik cahaya tiba-tiba menyembur keluar dari mulut tulang naga itu.

Su Chen terpaku di tempat. Pengetahuannya atas Naga Qilin cukup dalam, atas dasar itu juga dia menciptakan teknik kultivasi Pelahap Naga Qilin.

Namun dia sama sekali tidak tahu kenapa ada setitik cahaya yang melayang keluar dari tulang kepala Naga Qilin ini. Saat Su Chen masih menebak cahaya yang melayang di depannya.

Setitik cahaya itu tiba-tiba bergerak cepat dan memasuki keningnya dan bergerak ke lautan kesadarannya. Su Chen merasakan kepalanya akan pecah.

Sebuah peristiwa tiba-tiba terputar di benaknya. Pertarungan besar terpampang jelas di depannya. Mayat bergelimpangan di mana-mana.

Saat ini Su Chen seperti terbang di langit dan menatap kehancuran di bawahnya. Perang besar antara beberapa kubu berlangsung begitu dahsyat.

Su Chen yang seorang Kaisar Langit bahkan baru melihat pertempuran sedahsyat ini. Seluruh tempat menjadi area perang.

Di gunung yang tinggi, lima lelaki paruh baya berdiri dengan gagahnya. Mereka sedang berhadap-hadapan.

"Peperangan ini harus dihentikan. Jika tidak, dunia ini akan benar-benar hancur. Kamu bisa melihat kebocoran energi ada dimana-mana. Jika ini diteruskan, tidak akan ada yang jadi pemenang," kata pria paruh baya dengan jubah emas bermotif naga.

"Huuu... apa yang kamu takutkan. Kita semua tahu, bahwa masing-masing dari kita sudah bisa menciptakan dunia sendiri masing-masing," cibir pria paruh baya lainnya yang memiliki tubuh kekar dengan perawakan kejam. Wajahnya dipenuhi sisik yang menakutkan.

Pria paruh baya dengan bentuk tubuh proporsional dan memancarkan aura kegelapan hanya mendengus mendengar dua orang lainnya berbicara.

Sementara dua pria lainnya, terlihat tenang. Satu memancarkan aura yang agung yang menenangkan dan satunya lagi memancarkan aura yang mendominasi dan kesombongan.

Saat ini Su Chen juga menyaksikan beberapa binatang spiritual kuno, mulai dari Harimau Putih, Phoenix, Naga, Naga Qilin.

Pemandangan ini membuatnya bergidik ngeri. Dia tidak tahu, kejadian ini berapa ribu tahun yang lalu. Saat menjadi penguasa Langit Ketujuh, dia bahkan sama sekali tidak mendapatkan referensi soal perang besar ini.

"Ternyata begitu. Dunia fana ini dulunya namanya hanya dunia. Perang besar ini yang membuat energi di dunia fana terkuras habis karena kebocoran akibat benturan para kultivator kuat ini," batinnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 35... Song Quon Tak Terkendali

    Siapapun yang memulai menyerang akan didiskualifikasi dari turnamen ini. Su Chen hanya tersenyum mencibir kemudian duduk dalam kondisi lotus seperti yang dia lakukan sebelum-sebelumnya. Tadi, dia memang sengaja memancing emosi Song Quon. Aksinya ternyata berhasil sebelum digagalkan oleh Patriark Song.Su Chen kemudian menoleh ke Song Quon dan kembali memancing amarah Song Quon. "Kamu beruntung karena masih terus dibawah pengawasan kakekmu. Aku bahkan curiga, tidurpun kamu masih ditemani kakekmu," kata Su Chen kemudian menutup matanya.Song Quon hanya bisa meraung mendengar setiap provokasi dari Su Chen. Dia tidak menyangka, anak angkat Klan Lian ini ternyata memiliki lidah yang tajam."Lihat saja nanti, aku akan mematahkan setiap inci dari tubuhmu. Lidahmu akan kuiris dan kujadikan liontin untuk kalung binatang spiritualku," kata Song Quon dengan wajah bergetar saking marahnya.Sayangnya, Su Chen sama sekali tidak terpengaruh dengan perkataannya. Dia terlihat sangat tenang dengan pos

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 34... Kematin Kong Jinhai yang Tragis

    "Ah... wajahku," teriakan Kong Jinhai kembali memecah keheningan. Dia melepaskan tingkat spiritualnya dan berusaha mengusap wajahnya dengan tangan kirinya. Tangan kanannya sendiri sudah tidak dapat difungsikan.Kong Jinhai merasa wajahnya terbakar setelah ditiup oleh Su Chen. Orang-orang yang melihat itu juga ikut tercengang. Mereka tidak mengerti sebenarnya apa yang terjadi dengan Kong Jinhai.Bahkan pria tua yang memimpin pertarungan juga penasaran dengan teknik yang Su Chen gunakan sehingga membuat Kong Jinhai teriak kesakitan dengan terus menerus mengusap wajahnya. Dia hanya melihat Su Chen meniup ke arah Kong Jinhai. Dia juga memastikan jika tiupan Su Chen itu adalah teknik bela diri, sehingga tidak menghentikan pertarungan ini.Di atas panggung utama, Patariak Song berdiri dan memprotes aksi Su Chen yang membuat Kong Jinhai menderita seperti saat ini. Sayangnya protes yang ia layangkan ke Tuan Kota Dong Sheng tidak diterima.Dong Sheng juga melihat dengan jelas, Su Chen hanya me

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 33... Tiupan yang Mengecoh Kong Jinhai

    Su Chen berdiri di atas arena dengan raut wajah tenang. Taun Kota Dong Sheng yang mengamati itu dari jauh bahkan memuji ketenangan pemuda ini.Sementara Kong Jinhai di sisi lainnya, menatap Su Chen dengan wajah sangarnya. Sayangnya, provokasi yang terus ia lakukan sejak awal sama sekali tidak mempengaruhi mental Su Chen. Pria tua di atas panggung tinggi mulai mengangkat tangannya. Setelah mendapat jawaban kesiapan dari dua peserta, dia pun mempersilahkan Su Chen dan Kong Jinghai untuk memulai pertarungan.Su Chen tidak begeming dari tempatnya. Dia seperti menunggu Kong Jinhai melakukan serangan terlebih dahulu. Kong Jinhai tidak ingin lengah sedikit pun. Melihat Su Chen hanya diam, dia mengernyit dan tidak tergesa-gesa langsung melakukan serangan.Dia sudah memperhatikan Su Chen di dua pertarungan sebelumnya. Kini dia dibuat bingung, karena saat berhadapan dengan Bao Ye dan tiga peserta dari Klan Song, Su Chen begitu ganas dengan langsung melakukan serangan."Apa kamu memiliki rencan

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 32... Su Chen Versus Kong Jinhai

    Pertarungan sengit terus diperlihatkan oleh Song Quon dan Qing Lao di atas arena. Pertarungan ini sekaligus menunjukkan jika bakat yang dimiliki cucu Patriark Qing itu sama sekali tidak kalah oleh Song Quon.Selama ini, nama Song Quon begitu populer di Kota Naga Biru. Dia diangggap sebagai pemuda Kota Naga Biru yang paling jenius. Namun anggapan itu kini mulai berubah setelah ribuan penonton melihat Qing Lao bahkan bisa bertahan selama ini.Hampir semua penonton tahu, jika Song Quon memiliki basis kultivasi yang lebih tinggi dari Qing Lao. Namun yang terjadi terjadi di atas arena memperlihatkan Qing Lao yang bisa mengimbangi kekuatan dari Song Quon."Ternyata selama ini, kita terlalu menganggap tinggi Tuan Muda Song. Dia tidak sekuat yang aku perkirakan.""Benar. Bahkan Tuan Muda Qing yang memiliki basis kultivasi lebih rendah satu tingkat bisa mengimbanginya," orang-orang kembali berdiskusi saat melihat pertarungan yang terjadi.Meskipun demikian, orang-orang ini tidak tahu, jika Qin

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 31... Teknik Nafas Naga

    Dua kali perputaran tabung pasir pengukur waktu sudah selesai. Empat peserta yang melaju ke babak berikutnya kembali diminta untuk bersiap-siap.Meskipun di alun-alun kota ini ada dua arena yang awalnya disiapkan oleh kediaman Tuan Kota Naga Biru, saat ini tersisa satu arena yang sudah diperluas dibanding saat digunakan di babak-babak sebelumnya.Antusiasme penonton juga sama sekali tidak menurun. Jumlah orang bahkan bertambah banyak. Hari memang suda pagi, sehingga beberapa orang yang awalnya memilih pulang, kini kembali lagi untuk menyaksikan pertarungan yang menentukan.Pria tua yang memimpin pertarungan di babak sebelumnya, kembali berjalan menuruni panggung utama. Dia menuju panggung tinggi yang ada di sekitar arena."Pertarungan pertama untuk babak ini, yakni Song Quon dari Klan Song menghadapi Qing Lao dari Klan Qing. Nama yang saya sebutkan supaya menaiki arena," suara pria tua itu menggelegar hingga didengar oleh semua orang yang ada di tempat itu.Mata ribuan orang kini tert

  • Dendam Penguasa Langit   BAB 30... Memasuki Babak Pertarungan Satu Lawan Satu

    Saat Patriark Klan Song meledakkan aura Prajurit Surgawi tingkat enam dari tubuhnya, di kursi lainnya, Pariark Lian juga berdiri dengan melepaskan aura dari basis kultivasi yang sama dengan Patriark Song."Kamu berani, hadapi dulu aku," kata Patriark Lian yang saat ini langsung bergerak menghalau gerakan Patriark Song."Berhenti! Siapapun yang mengganggu jalannnya kompetisi akan berhadapan denganku. Kalau tidak percaya, coba saja," suara Tuan Kota Dong Seng, terdengar menggelegar.Aura Prajurit Surgawi tingkat 7 juga meledak dari tubuhnya. Aura Patriak Song dan Patriark Lian yang awalnya mendominasi di tempat itu, tenggelam setelah Dong Sheng melepaskan auranya.Para penonton mengalihkan pandangan mereka dari arena pertarungan ke panggung utama. Su Chen yang memperhatikan reaksi Patriark Song sejak tadi, menyipitkan matanya."Tunggu saja, saat aku bisa menanganimu, aku akan menghancurkan klanmu," batin Su Chen.Sementara itu, Patriark Lian yang mendengar Tuan Kota Dong Sheng sudah tur

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status