“Katakan dengan jelas. Aku tidak ingin mendengar berdasarkan dugaanmu saja,” kata Jimmy.
Selain arogan dan dingin, sepertinya Jimmy adalah tipe orang yang tidak suka basa-basi. Baiklah, aku suka pria seperti itu.“Pada waktu polisi menemukan jasad Tuan Louzi, aku dan Beni langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat Tuan Louzi. Polisi mengatakan jika Tuan Louzi meninggal karena terbunuh, dan Beni meminta para polisi untuk menyelidiki. Entah mengapa, tiba-tiba muncul surat yang menyatakan jika Tuan Louzi meninggal karena serangan jantung. Bukankah, ini terdengar sangat janggal?”Dahi Jimmy mengerut saat mendengarku menjelaskan.“Terlebih, beberapa hari sebelum Tuan Louzi ditemukan meninggal. Ada satu malam yang sangat mencengkam. Beberapa orang bersenjata masuk ke dalam rumah, mereka memukul Tuan Louzi hingga tak sadarkan diri. Lalu mereka membawa pergi Tuan Louzi. Saat kejadian, aku melihatnya sendiri.”Jimmy menatapku tajam,Ternyata suamiku mampu menahan hasratnya untuk tidak bercinta dengan adik tiriku. Buktinya aku sudah tidak memergokinya keluar kamar di tengah malam.Mungkin kah Beni takut jika Jimmy mengetahui kelakuannya selama ini? Tentu saja, di keluarga Louzi, pernikahan merupakan hal paling dijunjung tinggi. Perselingkuhan dan perceraian adalah hal tabu di tradisi keluarga Louzi. Aku senang mengingat kenyataan tersebut.“Sayang,” panggil Beni.Aku langsung menoleh ke arah suamiku. Dia sudah siap dengan kemeja cokelat miliknya.“Aku akan pergi makan malam bersama rekan bisnisku yang datang dari Prancis,” terang Beni tanpa aku minta.Aku membalas dengan senyuman. “Boleh aku tahu, di restoran mana kamu akan pergi makan malam bersama dengan kolegamu?” tanyaku.“Tumben kamu bertanya? Biasanya kamu tidak peduli dengan tempat yang akan aku kunjungi. Kamu ingin ikut?” Beni balik bertanya.Dia menatapku intens, seakan heran d
“Ketika sudah tidak ada kesetiaan dalam rumah tangga, tindakan terbaik yang harus diambil adalah mengajukan perceraian,” jelas Jimmy membenarkan.“Apa yang terjadi kepada Beni kalau aku mengajukan perceraian?” tanyaku.“Tergantung bagaimana cara Beni bercerai. Kalau kalian bercerai karena Beni selingkuh, maka Beni akan kehilangan segalanya. Dengan syarat, kamu harus melampirkan bukti perselingkuhan yang dilakukan Beni.”Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah aku dengar dari Jimmy.“Melampirkan bukti?” tanyaku.“Ya, kamu harus punya bukti, seperti video atau foto yang jelas,” jawab Jimmy.“Kamu benar, Beni pasti akan mengelak tuduhanku karena aku tidak memiliki bukti. Terlebih, Melisa juga akan membela Beni mati-matian. Setelah kami bercerai, Beni dan Melisa bisa hidup bahagia. Aku tidak terima jika hal itu terjadi!” cecarku menggebu-gebu.Jimmy memandangiku lalu mengelus kepalaku. Perasaanku berdesir nya
Sungguh busuk! Sejak awal Beni memang mengincar hartaku sebagai pewaris tunggal keluarga Yus.Apa dia bilang barusan? Akan mengambil seluruh hartaku, lalu memberikannya kepada Melisa? Jangan terlalu berharap dan tetaplah itu menjadi mimpimu belaka. Aku, tidak akan membiarkanmu begitu saja. Hartaku, hanya akan menjadi milikku.“Lantas? Mengapa kamu memperbolehkan Jimmy mendekatimu?” tanya Beni.Aku kembali fokus kepada dua manusia tidak bermoral itu.“Aku memperbolehkan Jimmy mendekatiku hanya untuk menutupi hubungan kita. Kamu enggak mau kan dicurigai sama Kak Elina. Kita harus pintar berpikir untuk menyembunyikan hubungan kita,” jelas Melisa.“Baiklah aku setuju kamu dekat dengan Jimmy. Tetapi, jangan pernah sekalipun kamu mengizinkan Jimmy menyentuh tubuh indahmu. Hanya aku satu-satunya pria yang berhak menjamahmu. Kamu mengerti, Cintaku?”Aku hampir muntah mendengar kalimat cringe yang dilontarkan oleh Beni. Sepert
“Aku juga enggak mau berpikir begitu. Tapi.” Aku tak melanjutkan kalimatku.“Enggak ada tapi-tapian, Kak! Pokoknya aku yakin kalau Kak Beni enggak berselingkuh! Sekarang mending kamu kembali ke kamarmu lalu pergi tidur. Kak Beni pasti bakal pulang. Sudah, jangan dipikirkan lagi.”Melisa memaksaku untuk beristirahat. Bahkan dia mengantarku masuk ke dalam kamar. Dia ingin memastikan bahwa aku benar-benar tertidur nyaman di atas ranjang.Melisa meraih gelas kosong di atas meja. “Kakak sudah minum susu?” tanya Melisa.“Iya, aku sudah meminumnya. Kenapa?” jawabku.Melisa menggelengkan kepala lalu kembali meletakkan gelas tersebut pada tempatnya.“Kakak tidur ya,” pinta Melisa mendorong pelan pundakku agar berbaring. Tak hanya itu, Melisa juga menarik selimut untuk menutupi tubuhku.“Terima kasih ya, Melisa. Kamu mau mendengarkan keluh kesahku,” ucapku tersenyum lembut.“Iya, Kak. Sebagai seorang adik,
Jimmy terkekeh mendengar kalimat yang keluar dari bibir tipis Beni.“Seperti biasa, pembual ulung,” cetus Jimmy menatap Beni dengan senyuman aneh.Karena Jimmy tidak pernah tersenyum, jadi, ketika Jimmy mengeluarkan senyuman di wajahnya yang kaku, terlihat begitu aneh dan menyeramkan bagiku.“Siapa yang kamu sebut dengan pembual?” sahut Beni.Beni tersenyum manis menatap Jimmy, namun kedua tangannya mengepal kuat.“Kamu adalah seorang pembual,” tandas Jimmy memperjelas.“Aku bukan seorang pembual. Aku seorang pria manis dan penuh cinta,” sangkal Beni.Suasana di meja makan kembali memanas. Aku tidak mengerti, mungkin Jimmy sengaja, atau memang seperti ini cara Jimmy meluapkan kekesalan di hatinya akibat Beni yang sesuka hati mengubah peraturan.“Kak Jimmy, kita lagi makan loh. Kenapa sih, Kak Jimmy bikin suasana jadi enggak enak?!”Melisa yang merasa kesal sejak awal itu pun akhi
“Aku tidak mengizinkanmu bekerja, apalagi bekerja menjadi bawahan Jimmy di kantor,” tegas Beni.Aku sudah menduga jika Beni tak kan membiarkanku menyentuh perusahaan. Dia ingin aku menjadi istri bodoh yang senang berbelanja barang mewah.“Tapi kan, Sayang. Aku ingin merasakan bagaimana dunia kerja. Banyak temanku yang ikut orang tua mereka bekerja mengurus perusahaan. Mereka selalu pamer gaji dari bekerja. Aku juga ingin seperti mereka,” mohonku.“Aku tidak bisa membiarkanmu melakukan hal melelahkan, Sayang,” tutur Beni.Ternyata membujuk Beni jauh lebih susah ketimbang Jimmy. Aku harus memutar otak. Memikirkan cara lain yang lebih ampuh.“Sayang, kamu tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan uang. Aku selalu memberimu lebih dari cukup,” tandas Beni.“Aku tahu, kamu tidak pernah membuatku kekurangan. Tapi aku sangat ingin belajar mengurus perusahaan,” kekehku.Beni memutar bola matanya. “Kenapa harus be
“Aku enggak salah dengar kan, Sayang?” tanyaku memastikan.Beni menganggukkan kepalanya pelan. “Kamu tidak salah dengar. Aku memperbolehkanmu bekerja bersama Jimmy. Tapi ada catatan yang harus kamu ingat,” ujar Beni.“Catatan apa?” Aku penasaran.Beni tersenyum lembut kemudian menjawab, “Bagaimana pun juga, aku ingin kamu hamil, dan memberiku pewaris. Jadi, kamu tidak boleh kelelahan.”Aku tertawa dalam hati. Sejak kapan Beni menginginkan keturunan dariku? Aku ingat persis bagaimana Beni membuatku keguguran beberapa kali.“Aku juga mengerti kodratku sebagai seorang wanita. Aku akan memberimu pewaris yang menggemaskan, dan tampan. Kamu pasti akan menyukainya. Sembari menunggu aku hamil, aku akan bekerja dan belajar. Supaya, di masa depan aku bisa membantumu jika kamu sedang dalam kesulitan,” tuturku.“Kamu wanita hebat, Sayang,” puji Beni. “Dan satu lagi yang harus kamu ingat, kamu jangan terlalu dekat dengan Jim
Hari pertama masuk kerja sudah diancam oleh pegawai lama. Jadi begini rasanya. Baiklah, aku akan menikmatinya dengan senang hati.“Barusan kamu ngomong sama aku ya?” tanyaku sengaja ingin membuat Sisca kesal.“Kamu orang baru di sini! Jangan macam-macam sama aku! Aku enggak peduli dengan hubunganmu bersama Bos Jimmy. Yang jelas, di sini kamu haru mematuhiku,” tandas Sisca.“Kalau aku macam-macam, kamu mau apa?” tantangku.“Kamu ini! Kalau kamu berani sama aku, aku bakal bikin hidupmu menderita selama kamu bekerja di sini,” ancam Sisca jengkel.Aku menatap Sisca sembari sesekali mengedipkan mata.“Aku tidak takut,” kataku santai.Aku kembali fokus ke layar laptopku.“Okay! Kamu tidak takut! Lihat saja! Asal kamu tahu ya! Ayahku adalah kaki tangan Tuan Beni! Kamu tahu Tuan Beni kan?” ujar Sisca menyombongkan diri.“Aku tidak tahu dan tidak mengenal siapa itu Beni,” jawabku.“P