Share

Hasrat di pagi hari

Badan Elin bergelinjang geli karena sapuan tangan Evan mulai dari lehernya, turun semakin turun hingga sampai ke pinggang nya.

Tiba-tiba tangan Evan mencengkram keras pinggang Elin hingga Elin berteriak keras.

Bibir Evan yang mula nya bermain diatas bibir Elin, kini juga ikut turun semakin ke bawah.

Hingga badan Elin pun meliuk-liuk karena merasakan sesuatu yang baru pertama kali Ia rasakan. Rasa geli dan nikmat bersamaan hingga Elin pun hanya bisa menggigit bibir nya tanpa berani menolak perlakuan Evan.

tangan Evan pun mulai nakal menjelajahi tubuh Elin mulai dari pinggang Elin dan makin turun ke paha, lalu naik lagi ke atas. Dengan pelan tangan Evan membuka paha yang dijepit erat oleh Elin.Evan tersenyum melihat pemandangan yang sangat indah dimatanya.  dengan nakal jari tengah Evan mulai mengelus-elus inti Elin, mencubit pelan klitoris nya, dan dengan tiba-tiba jari tengah Evan telah memasuki lubang itu. hingga Elin pun tersentak karena gerakan Evan yang tiba-tiba itu. Elin  mulai mengeluarkan suaranya, gerakan tangan Evan yang mulanya pelan-pelan, kini semakin cepat hingga gelombang kenikmatan itu pun menghadiri Elin. Memporak-porandakan sesuatu dalam diri Elin yang tidak bisa dijelaskan hanya melalui kata.

Setelah puas melihat Elin yang keluar untuk pertama kalinya, tanpa aba-aba Evan langsung memasuki Elin.

Wajah Elin yang dibanjiri keringat menambah poin keseksian nya, hingga Evan pun semakin bergairah dan mempercepat hentakan nya hingga suara...

"Kringgggg...kringgg" bunyi alarm yang keras pun membuat Evan tersentak dan bangun dari tidur nya.

"Hah, cuma mimpi!!!" kata Evan frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya, Evan pun melihat kebawah, ternyata adiknya sudah tegak berdiri minta dipuaskan.

Evan pun segera bergegas pergi ke kamar mandi dan siap-siap untuk berangkat ke kantornya.

Evan punya rencana untuk menjumpai Elin ke cafe tempatnya bekerja, sewaktu jam makan siang nanti tiba. Evan ingin memberi hukuman kepada Elin karena semalam sudah berani meninggalkan nya sendirian dan pergi bersama pria lain.

*****

Sedangkan itu di cafe tempat Elin bekerja, ada tatapan mata yang selalu memandangi Elin, tatapan nya seperti pisau tajam yang menghunus Elin saking tajamnya.

Dia memperhatikan gerak gerik Elin yang sedang bekerja, Elin sangat gesit melayani tamu yang lumayan ramai karena emang sekarang adalah jam-jam nya para pekerja untuk sarapan.

Orang yang memandangi Elin tadi pun duduk di kursi yang masih kosong.

"Pelayan" seru nya

Elin yang mendengarnya pun datang menghampiri pria tersebut.

"Iya tuan mau pesan apa?" tanyanya sambil menyerahkan menu yang ada di cafe itu.

Elin terperangah dan terpesona melihat ketampanan pria itu, "nasib baik apa aku bisa cuci mata pagi ini" batinnya terkekeh

"1 Tiramisu dan 1 Americano panas" jawabnya.

"Baik Tuan, ditunggu sebentar ya" balas Elin setelah selesai mencatat pesanan pria itu.

Elin pun pergi dan menyiapkan pesanan tuan yang sangat tampan tadi.

setelah selesai membuat pesanan mas ganteng tadi, Elin pun mengantar pesanannya ke meja nya.

"Ini tuan pesanan nya, silahkan dinikmati" ucapnya sambil tersenyum manis dan ingin berlalu dari sana lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Tunggu" kata pria itu.

"iya tuan, ada apa?" tanya Elin

"Bisakah kamu temani aku disini?" tanya pria itu sambil menunjukkan mimik wajah memelas, yang membuat Elin gregetan sendiri, Elin melirik kanan kiri takut ada yang melihat wajah imut pria ini.

"Emmm.. maaf tuan saya masih ada banyak pekerjaan" tolak Elin halus, meskipun Elin tadi sebentar terpukau akan ketampanan pria ini, tapi dia tetap harus profesional menjalankan tugasnya sebagai karyawan di cafe itu.

Ditolak seperti itu membuat pria tadi sedikit kecewa, namun betul juga kalau Elin harus tetap menjalankan keprofesionalan dirinya dalam bekerja.

"Baiklah, tidak apa-apa. kamu selesai kerja jam berapa?" tanyanya lagi.

Elin yang mendengar nya pun terkejut karena pertanyaan pria ini yang bisa dibilang kepo, Elin tidak enak hati karena dia sudah ditatap tajam oleh mbak Fani disudut sana.

"Saya selesai nya jam 7 malam tuan" jawab Elin dengan halus.

"Baiklah, jam 7 malam nanti saya akan datang lagi dan menjemputmu. ya sudah kalau begitu kamu lanjut lagi pekerjaanmu" perintah pria tadi tidak ingin dibantah.

"Ba..baik tuan" jawab Elin gugup.

Elin pun berlalu dari sana sambil mengetuk-ngetuk kepalanya pelan.

"huhhh.. apa-apaan sih Elin, kenapa gugup gitu coba. buat malu diri sendiri aja, dan apa-apaan pria tadi, kenapa seenaknya bakal menjemputku nanti. kan aku belum jawab iya. Dasar Elin gak bisa santai dikit kalau udah liat yang bening" dumel Elin dalam hatinya

Sedangkan diujung sana ada Pria memandang tidak suka karena melihat Elin sedang asik berbincang-bincang dengan pria yang Ia kenal.

Pria itu adalah Evan, Ia tidak senang karena Elin bisa santai bercengkrama dengan pria lain, dan sialnya pria yang berbincang dengan Elin barusan adalah Mario musuh Evan semasa SMA nya.

Evan yang sudah kesal karena kejadian semalam ditinggal sendiri oleh Elin, dan pergi dengan pria lain, ditambah lagi dengan kejadian barusan yang dilihat Evan. membuat Evan semakin kesal dan marah kepada Elin.

"Kenapa dia bisa dengan mudahnya menebarkan senyumnya ke pria lain, sedangkan denganku dia selalu menunjukkan raut menyebalkan itu" batin Evan kesal.

Evan yang kesal pun segera menghampiri Elin yang sedang berada di dapur cafe itu, dia langsung menarik tangan Elin dan menyeretnya kepinggir agar jauh dari jangkauan karyawan lainnya. Evan ingin membawa Elin kedalam mobilnya dan pergi darisana lalu menghukum Elin.

"Eh.. apa-apaan ini" ucap Elin terkejut lalu menyentakkan dengan keras tangan yang barusan menariknya.

"Kamuuuuu..." ucap Elin marah sekaligus terkejut, kenapa pelanggan bisa asal masuk ke dapur tempat para pekerja.

"Iya aku, kenapa?" balas Evan kesal karena melihat raut wajah Elin sangat berbeda jika saat bertemu dengannya dan bertemu dengan pria lain.

"Hehh.. kenapa kamu bisa sembarangan masuk kesini, ini bukan lobang wanita jalang yang bisa sembarangan kamu masuki" balas Elin dengan suara yang agak keras.

Evan yang mendengarnya pun kesal karena Elin tiba-tiba membahas soal jalang.

"Kamu kan jalangku, aku ingin memasukimu tapi tidak disini. Aku akan membawamu pergi ke hotel mewah dengan menaiki mobilku bukan dengan menaiki motor butut seperti langganan mu semalam" balas Evan dengan kasar.

Elin yang mendengar itupun marah, Ia merasa kesal karena dikatai jalang oleh Evan, dan apa tadi itu. kenapa dia membahas masalah motor butut, untung saja mas Doni lagi izin hari ini. kalau tidak pasti mas Doni akan tersinggung dikatai Evan seperti tadi.

"Keluar!!!" perintah Elin halus setelah Elin meredam emosinya, dia tidak ingin dinilai sebagai karyawan yang kasar, mau bagaimanapun Evan adalah pelanggan di cafe ini.

"ya suka-suka aku dong sama cafe aku. Aku ingin menilai kinerja para karyawanku" balasnya dengan raut wajah mengejek Elin.

Elin yang mendengar itupun terkejut, dia ternyata sudah salah cari musuh. Bagaimana jika dia dipecat dan tidak bisa membantu bu Wati untuk menjalankan panti.

Sebenarnya Elin tadi masih belum percaya kalau Evan adalah Owner di cafe tempatnya bekerja. Tapi dia mengingat kalau tidak mungkin sembarangan orang bisa masuk ke dapur kalau bukan siapa-siapa di cafe itu.

Elin yang kalah telak pun menundukkan badannya.

"Maaf" ucapnya kepada Evan lalu berlalu dari sana, dan segera melanjutkan pekerjaannya.

Dia tidak tahu mau berkata apalagi selain kata maaf, Elin takut jika dia tiba-tiba bersikap manis kepada Evan, pasti nanti Evan mengira kalau dirinya adalah seorang penjilat.

Evan yang melihat Elin berlalu dari hadapannya setelah mengucapkan kata maaf pun terkekeh sendiri, dia merasa tingkah Elin tadi sangat menggemaskan.

Evan pun segera berlalu dari sana, dia tidak ingin mengganggu Elin lagi untuk saat ini, tapi nanti pasti dia akan menghukumnya lagi.

"Tunggu saja sayang, nanti kamu pasti akan mendapat hukuman yang menggairahkan" batin Evan sambil berlalu dari cafe tempat Elin bekerja.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status