Share

Reuni

Elin berjalan dengan menundukkan kepala masuk kedalam hotel, Elin tidak percaya diri untuk bertemu dengan teman-temannya. ya meskipun sebenarnya Elin sangat ingin beramah tamah dengan mereka. Tapi mengingat dulu semasa SMA nya dia tidak pernah dianggap bahkan menjadi bahan cemoohan yasudah dia diam saja.

"Hey lihat itu, bukankah dia si gendut Elin? Hahaha" seru seorang wanita heboh sehingga mengundang tatapan orang-orang kepadanya.

"Datang juga kamu gendut, ternyata kamu memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi juga ya" ucap wanita satunya lagi.

Elin sangat malu, tapi dia tidak bisa kabur takutnya nanti akan menambah cemoohan orang kepadanya.

Elin hanya bisa tersenyum menutupi sakit hatinya, namun dia sudah terbiasa mendapat perlakuan yang seperti ini, bahkan yang lebih menyakitkan daripada ini sudah pernah dia alami, jadi ini belum seberapa batinnya.

"Tapi sepertinya dia makin kurus, bukankah seperti itu?" ucap pria tinggi sambil menghampirinya dengan tatapan mesum.

Elin memundurkan kakinya satu langkah, Elin takut dengan tatapan pria itu yang seolah-olah ingin mengulitinya.

"Jangan sok jual mahal Elin, seharusnya kamu beruntung diperhatikan pria tampan seperti aku" kata pria itu sambil mendekat dan mengelus-elus punggungnya yang terbuka.

Elin tidak mengelak diperlakukan seperti itu, Ia tidak ingin dianggap lemah lagi oleh orang banyak.

"woww.. Kamu cukup berani memakai pakaian terbuka seperti ini. Sudah berapa banyak pria yang mencicipi tubuhmu hah?" tanyanya sehingga mengundang tawa teman-temannya.

"Akh.. Sepertinya dia sekarang berprofesi menjadi pelacur untuk mendapatkan uang, dia kan Yatim Piatu" ucap wanita tadi lagi.

Sakit!!! Elin sangat hati mendengar dan menerima perlakuan temannya, dia tidak ingin disamakan dengan pelacur. Elin berani datang dan berpenampilan seperti ini karena dia beranggapan dia tidak akan menerima penolakan lagi karena umur mereka telah dewasa. Ternyata masih sama saja.

"Hey.. Bukankah dia tidak diundang? Kenapa dia bisa datang? Merusak pemandangan saja" tanya Veny satu kelasnya dengan nada sinis.

Teman-temannya memandang satu sama lain mencari tahu siapa yang mengundang Elin.

"Jawab!!!" Sentak Veny sambil menjambak rambut Elin.

Elin tetap diam, dan menunduk diperlakukan seperti itu oleh Veny, dia tidak ingin memberitahu kalau Evan lah yang mengundangnya. Dia tidak ingin menambah masalah lagi, jika teman-temannya tahu kalau dia diundang oleh Most Wanted semasa SMA nya, dia bisa gawat.

"Kamu tidak bisa mendengar ya" Teriak Veny sambil menuangkan wine ke atas kepala Elin sehingga Wine itu membasahi tubuhnya.

Veny sangat kesal karena ada orang miskin yang datang ke acara reuni mereka, Veny sangat anti dengan hal-hal yang berbau kemiskinan. Dia sangat Arrogant.

Sedangkan teman-temannya yang melihat Elin diguyur wine seperti itu tertawa terbahak-bahak, seolah-olah Elin adalah sebuah lelucon bagi mereka.

Elin melirik sekitar dengan ekor matanya dan melihat Evan yang juga ikut menartawainya.

Elin sangat kecewa dan sakit hati, Elin kira dia akan mendapat pembelaan dari Evan tapi ternyata tidak, kini Elin tahu kenapa Evan tiba-tiba datang dan memberi undangan reuni kepadanya. Ternyata dia ingin balas dendam dan melihat Elin diperlakukan seperti ini.

Elin sakit hati, Elin benci dengan Evan.

Kini Elin berlari dengan kencang keluar dari hotel itu, dia tidak menghiraukan tawa teman-teman yang meledeknya karena dia kabur.  dia merasa tidak akan pernah pantas berada disana sampai kapanpun tidak pantas.

Sedangkan itu Evan yang masih duduk dengan teman-temannya merasakan khawatir dengan Elin, tadi dia bisa menertawakan Elin karena dia merasa dia sudah balas dendam dengan Elin, tapi dia tidak puas. Justru Evan merasa nyeri di ulu hatinya melihat itu semua.

Dia emosi melihat tatapan pria yang seolah-olah ingin menerkam Elin, dia emosi saat Alex mengelus punggung Elin, dia Emosi melihat Veny yang menjambak rambut Elin, dia emosi kalau Elin diguyur wine, dia Emosi akan semua itu!!!.

Evan pun permisi dengan teman-temannya dengan alasan ingin ke toilet, meskipun sebenarnya Evan ingin pergi keluar untuk memeriksa keadaan Elin.

"Elin!!!" Sentak Evan yang melihat Elin yang sedang duduk dan menangis tersedu-sedu di basement hotel.

"Kenapa kamu memakai gaun seperti ini hah? Tidak kah kamu ingat kalau minggu lalu aku memperingatimu agar memakai gaun yang sopan. Sekarang kamu lihatkan, kamu ditertawai seperti itu oleh orang-orang. Apakah kamu emang niat menjual tubuh gendut mu itu hah? Tidak akan laku!!!" Hina Evan dengan kejamnya, seolah-olah tidak mengerti keadaan Elin.

"Plakkkk..." Elin berdiri dengan cepat dan menampar pipi Evan yang menghina dia,Elin kecewa dengan perkataan Evan barusan yang membenarkan hinaan temannya yang mengatakan bahwa Elin itu adalah pelacur.

"Jangan mengucapkan kata-kata itu lagi kepadaku" kata Elin sambil berlalu.

Namun Evan justru mencekal tangan Elin dengan keras, Elin memberontak dan berusaha melepas cekalan Evan,  Tapi Evan menarik tubuh Elin sehingga tubuh gendut Elin menubruk dada Evan lagi.

Evan merasakan itu, merasakan gundukan itu lagi. Seketika Fokus Evan hilang, justru matanya dengan nakal menelusuri bibir Elin yang dipoles dengan lipstik berwarna Nude, matanya semakin turun dan melihat gundukan itu, Evan sangat ingin menenggelamkan kepalanya disana dan mencium aroma kesukaannya. Tangan Evan memegang Pinggang Elin, menelusuri lekukan pinggangnya hingga tangannya sampai ke bokong Elin dan tangan Evan meremasnya dengan cukup kuat.

"Ahhh.." teriak Elin pelan karena terkejut, tapi Evan merasa bahwa itu itu adalah desahan Elin.

Mata Evan menelusuri wajah Elin dengan senyum jenaka, menganggap dirinya sangat lihai membuat Elin mendesah padahal tidak.

Evan menundukkan kepalanya cepat dan mengecup bibir Elin, menempelkannya tapi Elin tidak kunjung membuka bibirnya sehingga membuat Evan gemas.

"Buka mulutmu, jangan sok jual mahal. Padahal kamu baru saja mendesah" Ucap Evan dengan kepercayaan dirinya itu.

"Dasar cowok bangsat" Teriak Elin marah, setelah Evan menertawainya, ternyata dia juga melecehkannya. Elin merasa harga dirinya sudah tidak ada lagi dimata pria ini. Kenapa dia sangat jahat sekali, apakah karena Elin memutuskannya, dia jadi mendapat perlakuan tidak adil seperti ini. Elin menangis lagi.

Evan yang melihat Elin menangis lagi gelagapan tidak tahu kenapa gadis ini bisa menangis lagi, dia ingin membujuk Elin. Tapi harga dirinya sangat tinggi.

"Dasar ratu drama" Cemooh nya lagi.

Elin yang mendengar itu mendongakkan kepalanya dan melihat Evan dengan sorot kebencian yang sangat-sangat besar.

"Kauu.." belum selesai Elin berbicara, Evan  sudah lebih dahulu mendorong Elin ke tembok dan dengan cepat bibir Evan menyambar bibir Elin, mencecap rasa manis yang sudah lama ia rindukan, menghirup dengan rakus aroma strawberry yang menguar dari mulut Elin.

"Tuhannn..aku tidak ingin menghentikan kenikmatan ini" batin Evan. Dia masih mencicip dan mengulum-ulum bibir kesukaannya dengan gemas. Dia mengobrak-abrik mulut Elin dengan lidahnya, meskipun dia sudah melihat nafas Elin tersengal-sengal dan Elin juga memukul-mukul dadanya minta ciuman ini dihentikan,  tapi Evan tidak ingin menghentikannya, Evan belum puas.

Setelah cukup puas, Evan melepas ciuman mereka. Evan bisa melihat liurnya dan liur Elin yang tumpah karena sangkin panasnya ciuman mereka itu.

"Aku sangat suka bibirmu sayang, juga sangat suka dadamu" kata Evan sambil meremas pelan dada Elin.

"Dasar brengsek!!!" teriak Elin didepan muka Evan.

"Diam atau kau akan terima ganjarannya" bentak Evan karena mendengar suara Elin yang naik oktaf.

"Aku membencimu Evan, aku membencimu" lirih Elin pelan sambil berlalu dari hadapan Evan.

Tadi sebelum Evan datang ke basement, Elin sudah lebih dulu mendial nomor Doni, "dan sekarang sepertinya mas Doni sudah sampai di depan" batinnya.

Sedangkan itu, Evan yang mendengar perkataan Elin merasa hatinya seperti tersentil dengan keras.

Entah kenapa Evan tidak senang mendengar Elin yang membencinya.

Evan pun mengejar Elin dan ingin menanyakan benci bagaimana yang dimaksud Elin.

"Tidak, gadis itu tidak boleh membenciku sebelum dendamku terbalaskan" dumelnya dalam hati.

Evan yang berlari pun menemukan Elin bersama dengan pria yang kemarin dia lihat di cafe tempat Elin bekerja. Evan yang melihat itu pun merasa tidak senang, dia heran dengan dirinya sendiri. Kenapa dia harus takut disaingi dengan pria miskin itu.

Tapi sebelum Evan menghampiri mereka dan menarik Elin agar tidak berdekatan dengan pria lain. Ternyata motor butut pria itu lebih dulu melaju.

Dia kalah cepat!

"Apa-apaan pria itu, dan sepertinya emang betul kalau Elin adalah pelacur. Ngapain dia nempelin dadanya ke punggung pria itu dan memeluknya erat sekali" dumelnya dalam hati.

Evan marah, dia marah sekali. Dia ingin memecahkan apapun yang ada didepan matanya.

"Aku butuh pelampiasan" ucapnya sambil berlalu ke basement dan masuk kemobilnya. Ia ingin pulang dan mandi dan mengguyur kepalanya dengan air dingin, dia ingin meredam emosinya yang melihat Elin memeluk pria lain selain dirinya.

*****

Setelah sampai apartemennya Evan langsung masuk kamar mandi dan menghidupkan shower.

Evan pun membayangkan lagi Elin yang sedang bersama pria lain.

"Pranggg..." Pukul Evan ke kaca kamar mandinya dengan keras, tangan Evan sudah berlumuran darah, tapi dia tidak perduli. Yang dipikirannya adalah Elin sedang bersama pria lain dan dengar kurang ajarnya Elin saat itu lagi menggunakan gaun yang sangat mini.

Mengingat gaun yang dipakai Elin, Evan tersenyum campur marah. Evan tersenyum karena mengingat lekukan tubuh Elin yang tidak dia suka namun ajaibnya bisa membuatnya horny, Evan membayangkan mulai dari dadanya Elin, pinggangnya, pahanya. Argghhh membuat adiknya bangun saja.

Tapi mengingat itu, Evan kembali emosi lagi. Bagaimana bisa dada gadisnya menempel dengan erat ke punggung pria lain. Dia sangat iri dengan semua itu, dan segera ingatkan Evan untuk membeli motor saja agar punggungnya pun bisa ditempeli dada Elin, dan juga tangan Elin pun bisa melingkar erat di pinggangnya saat Elin memeluknya nanti.

Membayangkan itu membuat bibir Evan tertarik sedikit keatas, dan dia merasa diperutnya seperti ada kupu-kupu yang terbang.

"Akhhh.. Adik kecilku bangun lagi hanya karena membayangkan itu saja" batin Evan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status