Share

Keputusan yang Tak Bisa Dibantah

Setiap berpapasan dengan Ibu, dari sorot mata cokelat terangnya hanya dendam yang terlihat.

Tak ada satu pun yang menjelaskan padaku. Yang jelas, aku hanya tak diizinkan pergi ke sekolah lagi. Seragam, tas, sepatu, buku-buku bahkan seluruh alat tulis milikku dibuang tanpa alasan.

Aku menyadari mungkin telah membuat kesalahan, tapi juga tak cukup berani berbicara pada Ibu ataupun Ayah untuk sekadar meminta ampunan. Kalimat-kalimat yang diucapkan Ibu malam itu terus terngiang-ngiang di kepala. Berulang kali dan terus menerus memenuhi pendengaranku.             

Dan, hari ini aku sempat mendengar kalau Ayah dipanggil ke sekolah tanpa aku diizinkan untuk ikut apalagi tahu.

“Mulai besok, kamu akan diantar Ayah ke tempat Kak Yuni di Pagatan! Jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi setelah apa yang sudah kamu lakukan!” Dorongan kasar membuat sepanjang dinding kamar bergetar karena dihantam pintu. Tampak Ib

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status