Share

Bab 6

Penulis: MariaGG
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-24 09:01:23

"Permisi nyonya, ini bubur yang anda perintahkan," Lyra yng beridir dengan gugup berharap, Tuan Muda Max tidk akan mengenalinya, saat bertemu dengannya.

Lyra benar-benar tidak tau apa yang harus dia lakjukan untuk menghindari pertemuannya dengan Tuan Muda Max, yang Lyra takutkan akan mengenalinya sebagai wanita yang tidrur dengannya semalam, begitu melihatnya berdiri didelannya.

"Masuklah," ucap Nona Clara, yang terdengar dari dalam kamar Tuan Muda Mas, memerintahkan Lyra untuk berjalan memasuki kamar sang Tuan Muda.

Dengan menahan rasa gugup yang saat ini dirasakannya, Lyra kemudian membuka pintu kamar Tuan Muda Max, dan berjalan masuk dengan nampan yang berisi bubur hangat di tangannya, yang dapat terlihat jelas jika saat ini Lyra sangat ketakutan.

Ceklek!

Dengan menundukkan kepalanya, Lyra kemudian berjalan menghampiri Nyonya Clara yang terlihat sedang mendudukkan dirinya di samping putranya, yang terlihat menatap ke arahnya.

Deg!!

Seketika Lyra membuang muka dan menunduk dalam untuk menghindari tatapan Max, yang saat ini mengerutkan dahi menatap ke arahnya.

"Letakkan saja di meja," titah Nyonya Clara, yang memerintahkan Lyra. Segera Lyra menganggukinya dan meletakkan bubur yang dia bawa, kemeja samping tempat tidur, Max.

Melihat pelayan yang dipertintahkannya, sudah datang membawakan bubur untuk putranya, Nyonya Clara tidak lagi memperhatikan Lyra dan hanya menatap lurus ke arah putranya, yang terlihat mengerutkan dahi melirik ke arah pelayan, yang sedang meletakkan nampan bubur diatas meja, yang ditatap, Max begitu dalam.

Saat Lyra hendak berbalik pergi untuk meninggalkan kamar Max, suara panggilan dari arah belakan menghentikan langkah kaki, Lyra.

"Kamu. Berbalik kesini."

Deg!

Lyra begitu terkejut mendengar suara yng memanggilanya, dengan perasaan gugup dan tubuh yang bergetar hebat, Lyra memberanikan dirinya untuk berbalik menatap ke arah Nyonya Clara, yang sedang memanggilnya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Nyonya Clara dengan tatapan meminta Lyra menjawab pertanyaannya.

"Sa"saya mau keluar Nyonya, saya sudah meletakkan bubur yang anda minta di atas meja," ucap Lira dengan menunduk dalam mencoba untuk menghindar dari tatapan, Max, yang masih menatapnya dengan penuh selidik.

Nyonya Clara ngangguk mendengar apa yang dikatakan Lyra, yang berdiri di depannya dan kemudian mengangkat tangannya menujuk ke arah bubur, yang beberapa saat lalu diantara oleh Tutik kedalam kamar putranya.

"Kalau begitu kamu bawa sekalian bubur yang diantar oleh Tutik untuk kau buang di dapur, lain kali perintahkan kepala pelayan untuk melarang Tutik mengantarkan makanan ke kamar Tuan Muda," titah Nyonya Clara, yang segera diangguki oleh Lyra, dan perjalanan mendekat untuk mengambil bubur yang diantara oleh Tutik beberapa saat yang lalu, kemudian meletakkannya di atas nampan, sebelum Lyra kembali berbalik untuk keluar dari kamar, Max.

"Tunggu dan diam di situ!!" teriak Max, yang seketika membuat Lyra berdiri dengan kaku, memgeplkan tangan, terkejut dengan suara yang bertetiak memanggilnya dari arah belakang.

Lyra tidak menyangka jika Max akan begitu cepat mengenalinya, Lyra kemudian memejamkan matanya sesaat dengan mengepalkan telapak tangannya,.mencoba menghilangkan kegugupannya agar tidak dilihat oleh, Max.

Sedangkan Max yang melihat ke arah Lyra dengan penuh selidik, memintanya untuk berbalik menatap ke arahnya.

"Berbaliklah, aku ingin melihatmu," perintah Max, yang membuat Lira seketika menjadi takut.

Lyra tidak tahu alasan apa yang harus diberikan saat ini, agar bisa segera keluar dari kamar, Max, tapi nyonya Clara juga berada di kamar Max, yang tidak mungkin Lyra menunjukkan sikap tidak hormatnya kepada Max, dengan mengacuhkan perintahnya.

Dengan membuang nafas kasar, Lyra kemudian mencoba untuk bersikap biasa saja dan berbalik menoleh, menatap ke arah, Max, yang saat ini menyandarkan tubuhnya di punggung kepala tempat tidur dengan tatapan mata yang menusuk melihtanya.

"Kamu. Siapa namamu?" tanya Max kembali penasaran ingin menngetahui nama pelayan yang menunduk didepannya. .

Lyra kemudian menyebutkan namanya dengan gugup, tetapi masih berusaha menyembunyikan wajahnya, dengan menatap ke arah lantai kamar, max.

"Sa-saya Lyra, Tuan Muda," Lira menyebut namanya, berharap setelahnya, Max akan melepaskannya setelah mengetahui namanya.

Namun Max masih menatap Lyra dengan diam, seolah mencoba mengingat jika Lyra adalah wanita yang semalam tidur dengannya.

Max benar-benar samar mengingat wajah wanita yang semalam tidur dengannya, kecuali mengingat jika wanita yang semalam tidur dengannya memiliki sebuah tanda lahir berwarna coklat di atas payudaranya,.yang seketika membuat mata, Max, tertuju kepada dada Lyra, seolah, Max, ingin membukanya dan membuktikan jika Lyra memang adalah wanita yang semalam tidur dengannya.

"Max, Ada apa? Kenapa kau memanggil pelayan itu?" tanya nyonya Clara, yang bingung melihat putranya menanyakan nama seorang pelayan yang bekerja di kediamannya.

Nryonya Clara, melirik ke arah Lyra dengan tatapan tidak suka, menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki penampilan Lyra, yang terlihat tidak pantas jika putranya menaruh perasaan kepadanya.

"Keluarlah, dan segera buang bubur yang ada di tanganmu!" titah Nyonya Clara, meminta Lyra untuk segera keluar dari kamar putranya.

Nyonya Clara tidak ingin melihat jika putranya menaruh hati kepada seorang pelayan, yang mungkin akan merusak reputasi keluarganya jika Max menyukainya.

Nyonya Clara sangat menjunjung tinggi reputasinya dan akan memilih seorang menantu dari keluarga yang setara dengannya, jelas pelayan seperti Lyra tidak pantas untuk bersanding dengan putranya.

"Max, kenapa kau menata pelayan itu begitu lama. Jangan pernah berpikiran yang akan membuat ibu memecatnya," ucap Nyonya Clata penuh peringatan, saat melihat Lyra telah keluar dari kamar putranya.

"Mom.. apa yang Mom katakan, aku hanya ingin mengetahui namanya, dia pelayan yang bekerja di kediaman ini jadi sudah sewajarnya jika aku mengetahui nama pelayan yang ada di sini, jangan sampai aku kembali mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari pelayan-mu, Mom."

Max, terdengar menyinggung pelayan yang Tutik, yang mengantarkan bubur ke kamarnya, dan bertindak tidak sopan kepadanya, membuat Max sangat marah saat memikirkannya.

Nyonya Clara tidak lagi mengatakan apapun dan mengerti dengan apa yang dikatakan putranya, ini juga kesalahannya karena membuat Tutik, bertingkah tidak pantas kepada putranya.

Nyonyak Clara juga tidak bisa memecat Tutik, mengingat Tutik adalah putri dari pengasuh yang pernah mengasuh suaminya sejak kecil, sehingga Nyonya Clara tidak bisa melakukanny walau Tutik sudah bertingkah tidak sopan kepada putranya.

"Baiklah Max. Maafkan mom, lain kali jika kau menginginkan sesuatu. mom tidak akan meminta pelayan yang bernama Tutik Untuk mengantarkan makanan ke kamarmu, Mom mengakui kesalahan dan berharap jika kamu mau memaafkan, Mom."

Nyonya Clara kemudian mengambil bubur yang diletakkan oleh Lyra dan bermaksud untuk menyuapi, Max. Namun segera dibalas gelengan oleh Max, yang segera merebut mangkuk bubur yang ada di tangan Nyonya Clara.

"Mom, biar aku memakannya sendiri, lagi pula aku bukan anak kecil lagi Mom, aku bisa memakannya sendiri," ucap Max, kemudian segera merebut mangkuk bubur yang ada di tangan Ibunya, dan segera menghabiskan semua isi bubur di depan ibunya.

Nyonya Clara tidak menyangka jika putranya bisa memakan bubur putih, yang Nyonya Clara tahu jika, Max juga memiliki kebiasaan yang sama seperti dirinya, yang tidak menyukai makanan yang begitu lunak, maka ketika Nyonya Clara melihat Max menghabiskan bubur putih yang dia makan membuat Nyonya Clara hanya menggeleng dengan tersenyum ke arah putranya.

"Max, Mom tidak menyangka jika kebiasaanmu yang juga tidak menyukai makanan lunak seperti Mom, ternyata bisa menghabiskan semangkuk bubur putih hingga bersih, seperti yang ada di tanganmu," tunjuknya ke arah mangkuk bubur yang telah dihabiskan, Max, tanpa menyisakan sedikitpun.

Max seketika terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya, dan melirik ke arah mangkuk bubur yang ada di tangannya.

"Mom, siapa yang membuat bubur ini? Bubur ini sangat enak, aku tidak menyangkan memakan dan malah menghabiskan semuanya," ucap Max, menatap tanya ke arah ibunya.

"Sepertinya pelayan yang baru saja mengantarkan bubu untukmu, dialah yang memasak makanan yang baru saja kau habiskan, jika kau menyukai masakannya, Mom akan memintanya untuk memaksakanmu makanan setiap harinya," usul Nyonya Clara, yang segera dibalas anggukan oleh Max, dan meletakkan kembali mangkuk bubur yang sudah habis kembaki ke atas meja.

"Iya Mom, suruh pelayan wanita itu untuk membuatkanku makanan setiap harinya, dan jangan pernah meminta pelayan yang satunya untuk membuatkanku makanan. Aku benar-benar merasa jijik kepadanya, Mom," pinta Max,dengan suara yang masih menahan amarah saat mengingat Apa yang dilakukan Tutik di kamarnya.

"Baiklah, Berhentilah untuk memikirkan pelayan yang sudah bersikap lancang di kamarmu. Beristirahatlah, Mom akan keluar meminta kepada Lyra, mulai saat ini membuatkan-mu makan yang kau inginkan."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 117

    Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 116

    "Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 115

    Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 114

    Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 113

    Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 112

    Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status