Share

Bab 7

Author: MariaGG
last update Last Updated: 2023-11-26 13:30:55

Max, yang baru saja menuruni anak tangga dengan pakaian rapi yang dia kenakan, segera melangkah keluar dari kediamannya menuju mobilnya yang sudsh terarkir dengan langkah lebarnya. Sore ini, Max kembali akan berkumpul bersama kedua sahabatnya, Diego dan Rio, yang beberapa saat lalu memintanya untuk datang dan bertemu bersama.

Namun tanpa sengaja langkah, Max, yang baru saja akan keluar tiba-tiba ditabrak oleh seseorang, yang seketika membuat Max tampak marah melihat orang yang sudah dengan sengaja menabraknya.

"Apa kau tidak menggunakan matamu saat berjalan! Kenapa kau sengaja menabrak-ku, jangan bilang kamu masih ingin berusaha untuk mendekatiku!" sergah, Max dengan marah, menatap tajam ke arah Tutik, yang saat ini sudah menundukkan wajahnya di depan, Max, Tutik sangat ketakutan mendengar perkataan tajam, yang baru saja dikatakan, Max kepadanya,

Sebelumnya memang, Tutik bersalah karena telah berani merayu, Max, yang saat itu beristirahat di kamarnya, Tutik tidak memyangka Max, akan marah setelah mengetahui niatnya, dan.malah menghukumnya dengan sangat kejam. Max, ternyata seorang pria yang tidak mudah untuk dirayu, sehingga Tutik menyesali perbuatan yang telah dia lakukan kepada, Max.

"Maaf tuan, saya tidak sengaja!" ucap Tutik, yang masih menundukkan wajahnya di depan Max, dan masih takut untuk menatap ke arah Max, mengingat perbuatan lancangnya yang sudah berani menggoda majikannya

"Minggir dari hadapanku! Dan jangan menghalangi langkahku!" ucap Max, yng tidak ingin mendengarkan penjelasan Tutik dan malah menendang kaki Tuti hingga membuat Tutik terjatuh ke lantai.

Bruk!!!

"Aww..!" Jerit Tutik yang terdengar sangat kesakitan saat dirinya terjatuh ke lantai, akibat tendang yang diberika, Max, kepadanya.

Max sangat tidak suka, menatap ke arah Tutik, saat tiba-tiba saja dirinyab kembali mengingat perbuatan yang sudah dilakukan, Tutik, dengan lancang menggodanya, Max tidak bisa menahan amarahnya, dan melampiaskan dengan menendang kaki Tutik, sehingga membuat Tutik terjatuh, hingga membuat dahinya kembali membentur di lantai.

"Tuan, maafkan saya, saya memang lancang sebelumnya, sa-saya minta maaf!" ucap Tutik dengan gugup, yang mengetahui kesalahannya. Tutik memundukkan kepala dengan memandang ke arah sepatu yang dikenakan, Max, Tutik masih tidak berani untuk menatap wajah, Max, yangbterlihatbakan melenyapkannya dan memilih untuk memandang ke arah sepatu yang dikenakan, Max, di mana Max saat ini masih berdiri di depannya.

"Lain kali perhatikan langkahmu. Kamu tahu, jika kamu bekerja sebagai pelayan di sini! Dan jangan pernah berani untuk berpikir bisa mendekatiku!" Cerca Max, berdiri idepan Tutik yang terlihat meringis kesakitan, menahan nyeri yang dia rasakan.

Lyra yang berdiri bersembunyi di balik pilar rumah, melihat semua apa yang dilakukan, Max kepada Tutik, Lyra tidak menyangka jika seandainya dirinya yang berada di posisi Tutik, dan mendapatkan tendangan seperti itu dari, Max, mungkin saja akan membuatnya tidak akan berani menunjukkan wajahnya di depan, Max.

Saat Lyla masih berdiri dengan memandang ke arah Tutik, yang terbaring kesakitan, tergeletak di lantai didepan Max, tiba-tiba saja Lyra merasa punggungnya tersa dingin, yang membuatnya segera mengusap lengannya, dan saat Lyra bermaksud hendak berbalik untuk kembali ke dapur, tanpa sengaja Lyra bersitatap dengan mata tajam, Max, yang menatap lurus ke arahnya, seketika membuat Lyra berdiri dengan tubuh menegang, melihat tatapan yang diberikan, Max, kepadanya.

Lyra tidak tahu jika, Max melihatnya yang saat ini masih bersembunyi, mengira jika tempatnya bersembunyi sangatlah aman dan tidak mungkin untuk seseorang dapat melihatnya, Lyra tidak mengira jika Max, ternyata bisa menemukan dirinya yang sedang bersembunyi.

Tidak ingin bersitatap dengan, Max lebih lama, Lyra kemudian hanya menundukkan wajahnya dan berbalik berjalan kembali ke dapur mengabaikan seringai licik Yang terukir jelas di bibir, Max, saat menatapnya

Max, kemudian mengalihkan tatapannya dari Lyra yang berdiri bersembunyi, dan kembali memberi tatapan tajam ke arah Tutil yang masih menangis tergugu di lantai tepat di depannya.

"Ingat, lain kali jika kau masih dengan lancang berani menggodaku, akan aku pastikan kau akan menyesalinya," ucap Max memberi peringatan kepada Tutik, yang masih tergeletak dilantai, membuat Tutik bergetar hebat mendengar peringatan yang dikatakan Max padanya.

"Iya Tuan, sekali lagi saya minta maaf! Saya janji tidak akan bersikap lancan kepada anda," ucap Tutik seraya menganggukkan kepalaz seolah menunjukkan kepada Max Jika dia memang benar tidak akan berani untuk merayu, Max lagi ke depannya.

Tutik merutuki kebodohannya karena telah lancang dan demgan beraninya menggoda, Max, yang tidak pernah dia sangka akan mendapat hukuman sekejam ini dari, Max.

Max, ternyata memiliki sifat yang berbeda dengan Tuan Anthony yang begitu baik kepada para pelayan, berbeda dengan sikap Max, yang terlihat jauh berbeda dengan sikap ramah Tuan Antoni, Membuat Tutik kembalibberpikir untuk mendekati, Max.

Setelah memberi peringatan kepada Tutik, Max, kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju mobilnya, untuk segera bertemu dengan kedua sahabatnya.

"Astaga... Tutik, apa yang terkadi dengan kepalamu! Kenapa kepalamu bisa kembali terluka?" tanya Lyra dan pelayan lainnya yang melihat Tutik berjalan masuk ke arah dapur, dan segera menghampiri Tutik untuk membantunya membersihkan luka yang terlihat mengeluarkan darah.

"Lyra!... Apa yang kau lakukan di situ, cepat bantu aku dengan mengambil obat, kau harus segera mengobati lukaku, Dasar bodoh!" Teriak Tutik, dengan marah saat melihat jika Lyra hanya berdiri diam dan melihatnya yang saat ini merasakan sakit di keningnya, tanpa bergerak untuk datang membantunya. Luka akibat benturan kuat saat dirinya terjatuh akibat tendangan yang diberikan oleh Max kepadanya

"Baik, sebentar saya akan mengambilkannya," Lyra segera berdiri untuk mengambil kotak obat yang ada didapur untuk segera membantu mengobati luka yang ada di kening Tutik.

"Kenapa Kau lambat sekali, Lyra! Apa kau senang melihatku merasa kesakitan. Kamu memang benar sangat jahat, aku harap kau kelak juga akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini!" ucap Tutik dengan marah, menyumpahi Lyra yang duduk didepannya, seketika membuat Lyra yang hendak membersihkan luka yang ada di kening Tutik, terhenti dan menatap diam ke arah Tutik.

Lyra bergidik ngeri memikirkan apa yang baru saja dikatakan Tutik, jika memang benar apa yang dikatakan Tutik kelak terjadi kepadanya, Lyra tidak bisa membayangkan seperti apa dirinya saat mendapatkan tendangan seperti apa ya diberikan, Max, kepada Tutik.

"Kenapa kau hanya diam saja, Lyra, dan bukannya cepat kau datang mengobati Lukaku! Jangan hanya melamun di situ, Dasar idiot!" serga Tutik, Saat melihat Lyra termenung dengan menatap ke arahnya.

Mendapati teguran yang diberikan oleh Tutik kepadanya, Lyra kemudian tersadar dari lamunannya dan segera kembali melanjutkan dengan menjulurkan tangannya untuk mengobati luka yang ada di kening Tutik.

"Pelan-pelan bodoh! Apa kau sengaja ingin melihatku kesakitan," ucap Tutik dengan marah, sembari menepis kasar tangan Lyra, yang hendak membantunya membuat Lyra kesakitan dibuatnya.

"Tutik, Kenapa kau menepis kasar tanganku, jika kau tidak ingin aku membanru mengobatimu, maka baiklah, aku akan menyuruh pelayan yang lain untuk datang dan membantumu mengobati lukamu," Lyrakemudian berdiribdari duduknya, dan meninggalkan Tutik yang masih menatapnya dengan benci, Lyra tidak ingin duduk lebih lama dengan Tutik, yang Lyra tau jika Tutik akan semakin menyakitinya, jika dia masih berada di dekat Tutik.

"Cepat kau panggil pelayan, yang lain untuk datang mengobatiku! Aku tidak ingin jika kau yang mengobatiku yang mungkin saja kau akan membuat lukaku semakin terasa sakit," ucap Tutik memerintahkan Lyra, yang kemudian segera Lyra kerjakan, Lyra juga tidak ingin jika dia yang harus membersihkan luka Tutik yang mungkin akan menjadi tempat Tutik melampiaskan kemarahan Tutik.

"Max, apa semalam kau baik-baik saja?" tanya Rio, yang memberikan pertanyaan kepda Max, saat melihat Max melangkah masuk kedalam ruangan dimana mereka membuat janji sore ini.

Namun Max tidak mengatakan apapun dan hanya melirik ke arah Diego, yang saat ini duduk dengan menikmati minuman yang ada di tangannya.

"Max, kenapa kau menatapku seperti itu? Maaf, semalam aku tidak bisa mengantarmu untuk kembali ke kamarmu, aku juga harus segera kembali ke apartemenku, apa lagi hari yang sudah sangat larut," jelas Diego, memberikan alasan kepada, Max, jika dirinya tidak bisa mengantar Max hingga ke kamarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 117

    Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 116

    "Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 115

    Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 114

    Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 113

    Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da

  • Derita Cinta Istri Cacat Mr. Max   bab 112

    Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status